Mendengar Adalah Konstelasi Tak Memudar

Mendengar Adalah Konstelasi Tak Memudar

Kita mesti mulai banyak mendengar jika usia sudah tak lagi muda jika ingin tetap relevan, belajar memahami apa yang terjadi hari ini, membuka ruang percakapan dengan usia yang lebih muda, bukan berusaha menghakimi selera musik mereka

Banyak mendengar adalah konstelasi tak lekas memudar. Solusi jitu untuk tetap relevan dan bertahan di tengah arus trend setter teknologi yang melesat cepat pada era digital seperti sekarang. Insting dalam industri mesti banyak bernegoisasi, berdamai atas nama ego demi pundi percuanan duniawi, agar tetap berada dalam ring pertandingan merebut hati pasar, pasar apapun itu, bidang musik tak terkecuali, ada pula didalamnya.

Seperti liga agar tetap related di mata konsumen muda, pengunyah produk jual dengan daya beli yang maksimal atas nama sosial. Entah kocek yang mana yang mereka rogoh demi sirkel perkawanan menjadi terlihat edgy dan popular. Semasa kecil ketika kita semua masih pada masa serba analog dan baru menuju digital, Metallica tetaplah Metallica, Van Halen tetaplah Van Halen, Walaupun ketika David Lee Roth memilih hengkang dari Van Halen die hard fans pun meraung sedih meratapi sosok rockstar flamboyan idola mereka pergi, dan memulai proyek musiknya sendiri. Namun keperkasaan Quartet rock asal California, Amerika itu semakin menjadi jadi ketika Sammy Hagar mampu mengambil tempat menjadi nakhoda baru yang membawa Van Halen berada ke fase lebih manly nan perkasa.

Banyak yang berdecak kagum ketika seorang Ahmad Dhani mampu membawa DEWA menjadi benar-benar Dewa, ketika karakter vokal Once Mekel mampu menghapus short memori baladewa garis keras pada saat itu, menjadikan kita lupa bahwa sosok Ari Lasso pernah menjadi salah satu pemantik meledaknya album album Dewa19, lewat nomor-nomor abadi seperti “Kangen”, “Aku Milikmu”, “Tak kan Ada Cinta yang Lain”, hingga “Cukup Siti Nurbaya”.

Industri musik Indonesia sepakat bahwa Once adalah ejawantah dari Sting dalam rasa kearifan lokal. Bayangkan jika saja The Police yang memilih rendang dan soto lamongan dalam riders pertunjukan backstage mereka Itulah Dewa pada era album Bintang Lima. Hits seperti “Roman Picisan”, “Lagu Cinta”, hingga “Sayap Sayap Patah” adalah karya-karya yang harus kita amini bersama memang pantas menjadi salah satu masterpiece karya cipta lagu Indonesia.

Saat itu publik berpendapat Ahmad Dhani laksana Wolverine dalam serial komik X-Men besutan Marvel, abadi tak bisa mati, tak ada lagu yang tak hits jika disentuh oleh tangan dinginnya. Genius! Sederetan nama penyanyi solo pun turut mengambil tempat menjadi pemain utama arus mainstream buah dari kejeniusannya, sebut saja Reza Artamevia, Tere, hingga duet fenomenal bersama Agnes Monica.

Akbar Haka lahir di Tenggarong, 19 Februari 1983. Anak ketiga dari 4 bersaudara dan Ayahnya Drs. Halidin Katung yang disingkat menjadi akhiran namanya "Haka" adalah seorang gitaris band rock terkenal di Kalimantan Timur - D'Gilz pada medio akhir 1970-an. Selepas menamatkan SMA 1 Tenggarong pada tahun 2000, Akbar merantau ke Bandung hingga 2005, lalu pindah ke Jakarta (2005-2007), lalu kembali menetap di Tenggarong sebagai kecintaannya pada kampung halaman dan bercita-cita meledakkan nama Tenggarong, Kutai Kartanegara di Peta Musik Keras Nasional.

Perlahan cita-citanya terwujud saat mendirikan Kapital (2005) sampai sekarang, dan telah memiliki 6 album penuh, mewakili Indonesia dalam Heartown Rock Fest Taiwan 2018, dan saat ini sedang berproses untuk album ke tujuh "MANTRA".

Membentuk skena musik keras di Tenggarong bernama "Distorsi" yang kemudian melahirkan event rock berskala internasional KUKAR (Kutai Kartanegara) Rock In Fest dan ROCK IN BORNEO yang tercatat dalam rekor MURI sebagai festival rock terbesar dan gratis di Indonesia dengan catatan 80 ribu penonton.Juga aktif tercatat sebagai Music Director untuk Lembaga Pembinaan Kebudayaan Kabupaten Kutai Timur yang membawa Akbar Haka bersama sanggar-sanggar Tari Dayak atau pun Kutai berkeliling Eropa sebanyak dua kali, kemudian Shanghai, Vietnam, Singapura dan beberapa pertunjukan tradisi di dalam dan luar negeri.

Terobsesi oleh hampir semua karya tulis dari Tan Malaka, dan yang paling melekat dalam persepsi Akbar Haka adalah Terbentur, Terbentur, Terbentur...... Terbentuk!

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner