Melankolia dan Estetika Karya

Melankolia dan Estetika Karya

Perasaan-perasaan melankolis seperti itu terkadang jika dilihat dari estetika karya bisa jadi ‘arena bermain’ yang menyenangkan

Katanya dengan mendengarkan lagu sedih akan membuat kita jadi lebih baik, karena dengan mendengarkannya kita merasa tidak sedang sendirian, ketika ada di titik terendah dalam fase kehidupan. Karena katanya lagi, kesepian adalah yang perlahan akan ‘membunuhmu’. Untungnya ada yang mau berbaik hati untuk hadir di setiap sudut gelap hati kita, menyanyikan lagu-lagunya hanya untuk memberi tahu jika kita tidak sendirian. Bahwa perkara hidup, kita semua pernah menjadi pecundang sebelum akhirnya menemukan jawaban yang kita cari.

Saya berhutang banyak pada musisi-musisi yang menyajikan sisi melankolisnya lewat sebuah lagu. Kepada “Sweet Song” dari Blur, “Shut Me Out” nya Aiden Hawken, lagu-lagu manis nya Trembling Blue Stars, dan banyak lagi. Bisa ratusan kalau harus dituliskan disini. Saya rasa saya perlu menyampaikan rasa terima kasih saya pada apa yang mereka buat. Karena dalam fase tertentu mereka hadir menemani saya.

Mungkin ada juga orang yang merasa lebih baik dengan mendengarkan lagu-lagu ceria, dengan isian chord-chord mayor serta lirik positif seperti misalnya saja “Hey yang ada disana jangan bikin keki, bikin suasana happy”. Kalau saya pribadi sih lagi sedih dengerin lirik seperti itu bisa tambah sedih hahaha. Mungkin ada benarnya juga apa yang anak muda kekinian sering bilang tentang toxic positivity yang cukup mengganggu, karena dalam fase-fase tertentu kita memang hanya ingin mengeluh dan larut dalam kesedihan. Saya pikir biarkan saja ikuti alurnya, toh tidak akan selamanya juga kan?

Perasaan-perasaan melankolis seperti itu terkadang jika dilihat dari estetika karya bisa jadi ‘arena bermain’ yang menyenangkan. Bagaimana akhirnya pelipur lara yang kita butuhkan justru hadir ketika kita membiarkan rasa sedih itu bersemayam lama dalam pikiran. Melekat sampai akhirnya mampu mengisi ruang alam bawah sadar kita dan bertemu dengan kumpulan nada yang kita punya.

Bagi yang sangat menyukai musik seperti saya mendengarkan lagu jadi ritual wajib setiap harinya. Dari ratusan lagu yang didengarkan tentu akan ada ribuan nada di dalamnya. Secara acak atau mungkin secara intuisi kita akhirnya memilih nada-nada tersebut dan mengkombinasikan dengan apa yang kita rasakan. Rasa sedih yang bersemayam lama dalam pikiran tadi kemudian mendapatkan tandem yang tepat kala dibungkus oleh lirik dan nada. Hal itu secara natural akan menjadi karya yang jujur dan sampai ke ‘hati’ pendengar. Karena katanya kan apa yang berasal dari hati akan sampai ke hati lagi.

Sedikit intermeso. Bicara tentang melankolis, katanya melankolis adalah salah satu tipe kepribadian yang umumnya dikenal sebagai "temperamen kulit hitam". Tidak ada warna lain yang paling tepat menggambarkan temperamen ini, karena temperamen melankolis terus-menerus tersiksa oleh gelap atau "suasana hati yang gelap". Dari semua temperamen lain, melankolis dalam Inklusi melampaui temperamen lain di bidang ini.

Menghubungkan hal itu dengan kepribadian seseorang yang melankolis, katanya lagi nih, orang  melankolis sering pula dijuluki perfeksionis yang analitis. Tipe orang seperti ini terbilang serius, tekun, jenius, kreatif, perasa terhadap orang lain, dan punya standar tinggi. Menghubungkan kembali pernyataan hasil googling di atas dengan musik, saya tertarik menggaris bawahi tentang perfeksionis dan punya standar tinggi. Coba saja dengarkan lagu-lagu bertema patah hati atau hal-hal ‘gelap’ lainnya. Banyak dari lagu-lagu itu akhirnya menjadi mahakarya, karena dibuat oleh seorang melankolis yang perfeksionis dan punya standar tinggi. Tentu tidak semuanya, tapi kebanyakan lagu-lagu bertema ‘gelap’ sering terasa punya ‘kelas’ berbeda buat saya.

Tidak pula mengglorifikasi kesedihan, namun bagi saya pribadi, menjadi melankolis adalah jalan menuju kesembuhan dari perasaan sedih itu sendiri. Betapa dengan membuat lagu dari hasil memeras perasaan sedih tersebut bisa menjadi jalan keluar saya untuk lebih baik. Masih ingat kan lagu ini? “Take a sad song and make it better”...    

BACA JUGA - Serba Serbi Pedal Efek Gitar

Ebbie Hendarsyah

Muhammad Febri Hendarysah atau akrab disapa Ebbie ini merupakan vokalis dari sebuah band bernama Clubwater

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner