Mari Membuat Musik Jelek

Mari Membuat Musik Jelek

Menjadi penggila musik kadang membuat kita hampa ketika menyadari bahwa diri kita tidak pandai dalam bermain instrumen musik. Sudah mahal-mahal beli instrumen tapi tetap buta nada, bernyanyi-pun tidak bisa sekeren band-band idola, sedangkan di sisi lain hasrat untuk bermusik tetaplah terus memuncak. Terdiam dalam lamunan kita ketika jongkok di kloset duduk sebagai pertanda belagu bisa jongkok itu... Muncul lah sedikit demi sedikit wacana tersebut dalam pikiran, “Saya harus bikin musik!” dan keputusan tersebut adalah keputusan yang tepat untuk orang-orang yang disebutkan tadi. Karena saya akan menjelaskan mengapa kamu harus membuat musik meski tidak pandai dalam bermusik.

Sejatinya, musik adalah seni yang dinikmati dengan indera kupingmu yang ketika dibersihkan e’e nya akan terasa enak jika sambil diwarnai batuk-batuk. Jika kamu menganggap bahwa musik dalam satu gambaran bagus, maka kubur pemikiran tersebut seperti kucing yang sedang menggali pasir beraroma strawberry. Karena musik juga adalah seni, maka para seniman boleh melakukan apapun terhadap karyanya, tidak harus mengikuti aturan-aturan yang sudah diteorikan ataupun memandang komentar-komentar umum di masyarakat.

Kali ini, saya akan memperkenalkan sebuah musik yang mungkin tidak terlalu nyaman didengar dalam keadaan bangun tidur, cuci muka, ngopi sachetan sambil merokok dan menikmati burung kenari milik bapakmu yang dilatih berkicau melalui video YouTube berjudul “1 jam nonstop masteran KENARI GACOR durasi panjang” di pagi hari. Nama pengelompokan musik tersebut dinamai “Outsider music”.

Outsider music adalah sebutan untuk musik yang dibawakan oleh musisi-musisi yang bermain instrumen secara otodidak, tidak berpendidikan musik, dan primitif. Di dalam dunia seni, outsider music tergolong juga sebagai naive art. Yang dimaksud otodidak di sini bukanlah orang yang belajar instrumen secara serius kemudian meminta tips-tips kepada dewa gitar di kompleknya dan tiba-tiba membuat band math rock dua tahun kemudian. Otodidak di sini adalah orang-orang yang belajar sendiri, tanpa guru yang membimbing, dan tanpa lihat tutorial YouTube tentunya.

Outsider music juga cukup sering disebut musik yang dibuat oleh pengidap mental illness, meskipun sebenarnya tidak semuanya demikian. Nama yang membuat outsider music sering diidentikan dengan musik yang dibuat oleh para pengidap mental illness tersebut tentu saja adalah Daniel Johnston. Daniel Johnston adalah seorang seniman dan penulis lagu yang mengidap bipolar disorder. Karya musik yang dibuat oleh Daniel Johnston banyak menjadi referensi dan di-cover ulang oleh musisi-musisi populer di Amerika, sebut saja Karen O, Beck, Lana Del Rey, The Flaming Lips, dan lain-lain. Karya musik di album pertama Daniel Johnston direkam dengan cara bernyanyi langsung menggunakan media kaset pita satu persatu tanpa duplikasi alat. Maka dari itu, setiap kaset yang Daniel Johnston jual akan memiliki perbedaan materi di setiap kasetnya.

Di sisi lain, outsider music juga identik dengan musik lo-fi. Salah satu musisi outsider yang dijuluki “The Godfather of Home Recording” adalah R. Stevie Moore. Dia mulai membeli alat-alat rekaman kaset pita dan merekam seluruh instrumen di rumahnya dari mulai tahun '60an. Selama karirnya, R. Stevie Moore telah membuat kurang lebih 5.000 karya lagu, meskipun demikian dia baru mulai bisa melakukan tur keliling dunia pada tahun 2010.

Sebelum saya mengenal istilah outsider music, saya pernah merasakan gelombang di mana saya menemukan musisi atau band lokal yang bisa dibilang tidak nyaman jika didengarkan sambil fitness di gym yang dipenuhi bapak-bapak yang lebih banyak ngobrolin batu akik dibandingkan angkat beban. Pada tahun 2010-2015an, rasanya saya cukup gandrung pada musisi-musisi yang berbeda ini, bukan karena kemegahan skill dan sound-nya, tetapi karena musik yang mereka buat jauh dari quality control Anang Hermansyah dan Ahmad Dani. Tema-tema yang diangkat oleh para musisi outsider music lokal cukup banyak yang menggambarkan satir atau sindiran terhadap dunia seni rupa maupun band-band indie. Meskipun tidak semuanya demikian, tetapi berikut beberapa musisi/band yang saya temukan di masa itu. Karya-karya mereka mungkin bisa disebut juga sebagai outsider music dengan penilaian beberapa faktor yang saya pikir bisa masuk dalam kelompok ini.

Bagongtempur adalah ketua hipster kabupaten periode 2013-2016 yang berbasis tinggal di Cinunuk. Dia juga salah satu vokalis Muchos Libre yang paling sering melakukan hal gila diatas panggung. Ilustrator lepas dan pembuat majalah Cucukrowo Mekgejin. Diluar dunia kreatif, Bagongtempur adalah tukang bubur dari jam 6 pagi sampai jam 10 malam, guru percakapan bahasa Jepang untuk orang Indonesia, juga guru percakapan bahasa Indonesia untuk orang Jepang.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner