Lima Album Pop Favorit 2019

Lima Album Pop Favorit 2019

Dibuka oleh nuansa bunyi-bunyi, Jirapah seperti ingin membuat keutuhan atmosfer, mencoba memasukkan kita ke dalam alam semesta album ini. Sampai intro lagu kedua, “Bintang”, Planetarium belum banyak menggoda, tapi sejak Ken menyanyikan lirik pembuka “Gelap di balik surya, tak kan pernah melintas kita”, itu merupakan penanda awalnya. Sebetulnya bukan tentang solo-solo gitar dan durasi sembilan menitan yang membuat lagu ini (dan kemudian album Planetarium) menuju terang spesial.

Pada lagu ketiga, “Matahari”, Jirapah semakin terasa mengundang gerimis yang hangat, meskipun komposisi curah suara masih terdengar berkelit dari meteor eksplorasi (ekspedisi jauh lebih sukses saat mendaratnya tumpukan spoken word bebas gravitasi pada lagu “Pengunjung”). Namun sejak lagu kelima, “Menjamur” sampai habis album (lagu terakhir kembali berupa nuansa bunyi-bunyi), semuanya terasa bak permata langit. Sisi manisnya pop dan misteri berimbang di sana-sini, keduanya dibangun oleh komposisi suara dan kata-kata yang sama-sama polos-ganjil serasi, menaburi bunga putih dan salju sekaligus pada jejak dan jeda hidup, dan renungan diri. 

Lagu “Bekerja” di album ini, kalau saya tak banyak lupa, adalah lagu Indonesia terbaik 2019 yang pernah saya dengar sejauh ini. Mengambil jurus notasi pop 1960an dalam gerakan alir yang menumbuhkan bukit dan lembah keindahan, liriknya lugu dan puitis, dengan gaung vokal yang pas, mengusap dahaga rasa di leher kita.

Lagi, saya ingin mengulangnya lagi.

Harlan Boer adalah penulis, musisi, produser, dan seniman visual. Pernah tergabung bersama the Upstairs, C'mon Lennon, dan menjadi manajer band Efek Rumah Kaca. Sebagai singer-songwriter hingga kini sudah merilis sejumlah single, 4 mini album, dan 2 album penuh. Tinggal dan bekerja di Jakarta.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner