Konser Belum Ada, Akan Bagaimana Musik Tahun Ini di Indonesia?

Konser Belum Ada, Akan Bagaimana Musik Tahun Ini di Indonesia?

Hari ini, manajemen artis semakin sibuk dengan beragam platform, dari Instagram, TikTok sampai YouTube, sementara media konvensional dengan karakter kebijakannya serasa semakin sulit dijajaki?   

Pada akhirnya, apa pun itu, akan menjadi semakin fokus pada karakter media itu sendiri. Kita lihat misalnya channel YouTube Ngobryls asuhan Jimi Multhazam dan Ricky Malau, mempresentasikan sosok penyanyi-penulis lagu Bungen, serasa dari antah berantah, tanpa terlalu peduli hiruk pikuk di media arus utama, online maupun konvensional, dan disambut baik. Channel YouTube DISKAS asuhan Eka Annash menghadirkan kelompok musik Mad Madmen. Channel YouTube Jammin’ Box asuhan Buluk 'Superglad/Kausa' memberi ruang bagi Woro & the Night Owls. Channel YouTube RAWR Production mempersembahkan 10 rilisan terbaik Indonesia 2020 versi mereka. Di Instagram, Aktivis Musik Militan menggelar apresiasi untuk musik Indonesia pada 2020. Inisiatif media besar untuk menampilkan edisi-edisi konten yang fokus mungkin perlu segera semarak, sebelum nantinya jadi tipikal dan segera diserobot.

Video-video dengan tema spesifilk juga jadi solusi tersendiri di tengah keriuhan hari ini. Belum lama, beredar video wawancara tentang kelahiran sebuah komunitas punk di Jakarta, Young Offender di webzine Wasted Rockers. Saya juga baru saja menemukan footage di balik pentas A. Rafiq kala berduet dengan Chrisye, yang rasanya jadi amat berarti. Di luar, sangat banyak contoh serupa. Film atau video musik yang fokus mengangkat sebuah band atau tema tertentu bisa jadi nilai yang sangat menarik bagi tahun berapa saja sebetulnya.  Tidak hanya berlaku bagi band/musisi “veteran” atau “klasik” tapi juga yang baru. Terlebih di masa seperti ini.

Di luar soal kepuasan penggemar, musik sebagai industri tentunya juga dekat dengan lirikan sponsor. Dengan kondisi terakhir, di mana kreasi anak muda terus tumbuh dan ragam cabang ekonomi berkembang, sesungguhnya kerja sama musisi dan produk bisa terjalin lebih beragam lagi. Dalam berbagai skalanya, inisiatif tidak hanya bertumpu pada jenis produk tertentu, musik bisa berjalan bersama produsen apa saja. Kembali ke masa dahulu, ketika merk batu batere pun bisa menjadi pasangan bagi musik, hari ini seharusnya bisa jauh lebih beraneka. 

Sekali lagi saya masih mengira dengan percaya, walau seandainya tahun ini belum juga bisa ada konser dan tur, musik dan aktivitas bersamanya masih berlangsung seru. Tanpa perlu disemangati “Yuk, bisa, yuk”, segalanya telah bergulir. Bukan meringankan sesuatu yang berat secara kondisi dan pemasukan ekonomi, tapi itulah nyatanya yang terjadi.

Melihat gejala, tahun ini nampaknya bukan lesu.

Harlan Boer adalah penulis, musisi, produser, dan seniman visual. Pernah tergabung bersama the Upstairs, C'mon Lennon, dan menjadi manajer band Efek Rumah Kaca. Sebagai singer-songwriter hingga kini sudah merilis sejumlah single, 4 mini album, dan 2 album penuh. Tinggal dan bekerja di Jakarta.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner