Kiat Membuat Lagu Enak a la Is

Kiat Membuat Lagu Enak a la Is

Foto didapatkan dari akun Instagram Pusakata. Sudah mengalami proses editing.

Banyak orang bertanya pada saya, “Mas, kok kalau bikin lagu rasanya personal? Ngena di hati gitu.” Sering juga ada yang komentar, “Kalau dengerin Mas Is nyanyi rasanya kayak lagi didongengin.” Yang komentar mengaku seperti diajak hadir ke tempat dan kejadian yang diceritakan di dalam lagu. Bukan sulap, bukan sihir. Untuk membuat lagu yang enak, diawali dengan menyebut nama Allah (bismillaah) dan langkah-langkah berikut ini:


Tangkap dan Simpan

Serap sebanyak-banyaknya hal yang bisa ditangkap indera, simpan baik-baik di dalam memori sebagai perbendaharaan kata dan rasa. Literasi memperkaya perbendaharaan kata dan rasa. Contoh sumber literasi tentunya buku, bukunya pun bisa buku apa saja, tidak terbatas buku sastra saja. Novel, roman, antologi puisi bahkan buku komik dan resep masakan pun punya pengaruh sebagai penyumbang perbendaharaan kata dan rasa saya.

Selain buku, film dan berbagai pertunjukkan seni seperti pertunjukkan teater dan tari juga kerap memperkaya memori saya tentang detail keindahan latar, kedalaman karakter dan gestur tokoh yang dipertunjukkan, sengitnya konflik, manisnya romansa, nuansa yang ditimbulkan, dan sebagainya. Bukan hanya karya-karya bikinan manusia, bagi saya Al Qur’an, pemandangan alam, kasih ibu, istri dan anak-anak saya, kejadian sehari-hari, dan apapun yang ada di sekeliling saya, saya serap dan simpan baik-baik di dalam ingatan untuk dipergunakan sewaktu-waktu dalam mencipta karya baru.


Mengolah Kata dan Rasa

Dari perbendaharaan kata dan rasa yang kita punya tadi, kemudian kita olah melalui interpretasi. Kenapa harus diinterpretasikan? Topik berupa cinta, rindu, bahkan luka saja sudah menarik untuk ditampilkan dalam karya, penikmat karya bisa menginterpretasikannya sendiri. Ibarat orang masak, punya bahan-bahan untuk dimasak. Bahan bisa jadi sudah enak, tapi bahan bisa jadi lebih enak kalau sudah melalui proses masak dulu. Berkarya juga begitu.

Contohnya seperti dalam lagu "Berdua Saja": "Ada yang tak sempat tergambarkan oleh kata ketika kita berdua." "Yang tidak sempat tergambar" oleh kata itu maksudnya diam. Diam yang menurut saya berisik. Berisik karena suara jantung yang berdegup keras, deg-degan karena sedang duduk bersama dengan pujaan hati tapi malu-malu untuk bicara. Diam yang bukan hening senyap seperti di kuburan, tapi intens. Diam menurut saya bisa jadi sama sekali berbeda dengan diam bagi kebanyakan orang.

Kecakapan kita mengolah kata dan rasa sangat dipengaruhi oleh wawasan kita. Perluas wawasan dengan menyimak karya-karya orang lain, membaca buku misalnya. Biasanya cara kita mengolah kata dan rasa akan sangat dipengaruhi oleh penulis yang kita sukai, tapi bukan berarti kita menyalin mentah-mentah apa yang mereka lakukan. Saya suka dengan karya-karya Sapardi Djoko Damono dan Hermann Hess. Karya mereka sangat mempengaruhi saya dalam menulis lirik. Diksinya sederhana, namun maknanya dalam.

Pusakata adalah proyek solo dari Mohammad Istiqamah Djamad atau yang akrab disapa Is, pria kelahiran Makassar, 24 Januari 1984. Ia adalah seorang penyanyi, pemain gitar sekaligus pencipta lagu. Ketertarikannya pada dunia seni sudah dimulai sejak ia kecil, tak hanya di bidang musik tapi juga di bidang teater dan tari.

Namanya melambung sejak Is berjalan bersama Payung Teduh sebagai vokalis dan gitaris. Ia dikenal lewat karakter suaranya yang khas ditambah kemampuannya yang mumpuni dalam bermain gitar dan merangkai kata. Kini, Is memutuskan untuk berkarir solo dengan nama Pusakata, ditemani The Panganans sebagai band pengiringnya. Pusakata sudah melahirkan beberapa lagu dan satu buah album berjudul Dua Buku.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner