Ketika Sastra dan Musik Saling Mencurahkan Dirinya
Sekarang perihal sastra. Masih dalam bahasan tentang rapping. Apakah rap adalah bentuk puisi? Atau lebih luas lagi, apakah rap adalah bentuk sastra? Untuk itu, kita harus memahami dulu artinya deskriptif tentang puisi. Di titik mana, setumpuk kata-kata dan kalimat bisa disebut dengan puisi. Menurut pemahaman konvensional, tentu puisi adalah rangkaian kata-kata indah yang teratur dalam baris, tertumpuk dalam bait, memiliki rima dan berirama. Sekarang rasanya pengertian puisi sudah lebih abstrak. Bisa lebih abstrak dari pemahaman soal musik. Satu yang bisa kita pahami dari puisi adalah, keindahannya, dari bentuk maupun makna. Lalu, di mana posisi rapping? Dengan pehamahan yang cukup luas dan abstrak di atas, rap bisa dikategorikan sebagai puisi. Mungkin bukan puisi, apakah sajak atau pengistilahan yang lainnya? Jujur saya kurang paham. Namun rap, karena ia sudah kuat dengan konteks musik, maka rangkaian kata-kata dalam karya rap mempunyai definisi lain lagi, yaitu lirik.
Saya selalu suka dengan teori bahwasanya bahasa memiliki ketukan atau beat serta nada-nada tertentu. Kita suka mengatakan bahwa orang Italia ketika sedang berbahasa seperti sedang bernyanyi. Bahasa Mandarin dan Arab memiliki alunan tertentu persuku kata dalam membedakan arti. Pengucapan panjang-pendek, ayunan, hentakan dan lain-lain, mampu mengubah makna satu kata. Pernah dengar kan tentunya, anekdot soal orang Sumatera mengucap kata dan ekspresi Bahasa Sunda "punteun" dengan lucu? Itu karena seperangkat alat berbahasa (yaitu mulut, lidah, tenggorokan) telah men-default orang Sumatera untuk memiliki penekanan irama dan ketukan tertentu dalam bahasa dan logat tempat ia dibesarkan. Hampir semua bahasa memiliki tata aturan dalam pemakaiannya. Terkadang tata aturan tersebut tidak disadari oleh sang penutur bahasa. Tata aturan tersebut adalah word stressing atau penekanan kata, irama bertutur atau alunan dan lain-lain. Inilah yang membuat bahasa bernyanyi. Nyanyiannya pun unik antara satu sama lain.
Puisi adalah penggunaan bahasa dengan indah. Kenapa beberapa baris kalimat tertentu bisa terasa indah. Itu karena kreativitas sang penulis yang peka menyatukan beberapa kata yang kemudian indah ketika bersama, serta membentuk makna-makna yang luar biasa. Saking indahnya sebuah karya puisi, bahkan ketika kita sedang membacanya, kita merasa tidak hanya membaca tetapi juga seakan kata-kata tersebut sedang dibisikan di kuping kita. Ketika kata-kata bisa terasa indah bersama—tentu nomor satunya adalah permainan makna di dalamnya—tetapi juga kata tersebut nyaman di dengar ketika bersama dan bahkan menarik secara visual. Sebuah karya puisi bagiku, melebihi sekedar kata-kata indah, dimensi yang diraihnya juga berbagai rasa indrawi. Lebih lagi ketika puisi tersebut dibacakan. Tidak mudah tentunya membaca puisi di publik, penekanan kata-kata tertentu, ritme sampai rasa dalam membacakannya menjadi salah tiga dari hal-hal yang perlu latihan untuk menyempurnakannya. Maka, puisi bisa menjadi musik.
Comments (0)