Kepada Bunga yang Tumbuh di Beton

Kepada Bunga yang Tumbuh di Beton

Sumber foto: kr.123rf.com, sudah mengalami proses edit.

Kolom hari ini soal kompilasi Bersama Bersuara, serta rekomendasi musik cadas dari AK//47, Cloudburst, Kief, Narcholocos, hingga Suri.

Entah apa yang ada di benak KPID Jawa Barat yang tiba-tiba melayangkan surat edaran pembatasan jam tayang lagu-lagu tertentu di radio. Alasannya agak lucu: 17 lagu tersebut dianggap memuat konten seksual dan mengancam moral pendengarnya?! Alhasil, kebijakan itu menuai banyak kritik dari berbagai pihak. Bahkan Bruno Mars ikut gemas dan merespon kocak kabar itu lewat akun Twitter-nya. Entah apakah pelantun “Just The Way You Are” tersebut sudah menerima direct message dari Ketua KPID Jabar. Ha!

Eits, kebijakan seperti tadi itu tidak akan berdampak besar?! Para pengelola radio tentu meradang, apalagi lagu-lagu itu termasuk top request di stasiun radionya. Oke, lagu-lagu itu mungkin bukan selera kuping saya (dan anda). Namun kalau kita biarkan saja, lagu favorit kita yang bisa jadi korban berikutnya. Memang, kita juga sudah jarang mendengarkan siaran radio dan lagu-lagu itu sebetulnya bisa kita putar kapan saja melalui layanan music streaming. Tapi maaf, bukan seperti itu logikanya. Mengekang karya seni karena alasan moral dan etika itu sudah kebablasan. Fakta sejarah membuktikan bahwa pelarangan dan sensor lagu (atau karya seni) itu tidak pernah menyelesaikan masalah. Sekarang, kebijakan itu “hanya” berdampak pada 17 lagu asing komersil dan di skala regional Jabar saja. Esok hari, siapa yang tahu?!

Sekadar mengingatkan: Selepas petisi dan suara penolakan dari sana-sini, RUU Permusikan belum juga resmi dibatalkan atau dicabut dari Prolegnas. Berbagai diskusi dan kajian sudah digelar di mana-mana. Kesimpulannya cukup jelas. Sampai-sampai salah satu band rock terbesar di tanah air mempertemukan para pihak terkait, lalu menghasilkan kesepakatan tegas dalam momen yang disebut Konferensi Meja Potlot. “Bola liar” itu sekarang ada di tangan parlemen, dengan kawalan ketat dari sejumlah pihak – termasuk Koalisi Nasional Tolak RUU Permusikan yang mulai bergerak ke tahap selanjutnya dalam misi bertagar #BersamaBatalkanRUUPermusikan. Cabut 100%. Tidak ada revisi. Tanpa kompromi.

A luta continua!

Perjuangan tidak selesai sampai di situ saja. Sejumlah pelaku musik dari berbagai daerah di Indonesia menggarap proyek album kompilasi Bersama Bersuara dengan satu isu besar untuk membatalkan RUU Perrmusikan. Serial pertamanya baru saja dirilis melalui kanal Bandcamp, memuat 100 lagu/band dengan aneka genre musik. Kompilasi ini diharapkan jadi medium yang masif untuk menyatukan suara, sekaligus ibarat senjata dan kekuatan pendesak untuk memukul mundur RUU Permusikan.  

Oya, saya meminjam salah satu lagu AK//47 sebagai judul kolom ini. Saya suka liriknya sejak bait pembuka: “Kami adalah bunga yang tak kau hendaki di tengah tembok tinggi berpagar besi...” Kalimat itu cukup menggambarkan semangat kawan-kawan kita yang masih lantang bersuara. Salut kepada mereka yang telah menanamkan gelombang kesadaran dan memupuk benih-benih keberanian. You know who you are!

Samack lahir dan tumbuh di kota Malang. Sempat menerbitkan Mindblast Fanzine (1996-1998) dan situs musik Apokalip (2007-2010). Tulisannya seputar musik dan budaya pop pernah dimuat di Jakartabeat, The Metal Rebel, Rolling Stone Indonesia, Vice Indonesia, Marning Magz, Whiteboard Journal, GeMusik, serta berbagai media lainnya. Sesekali menjadi editor untuk sejumlah buku dan penerbitan. Saat ini beraktivitas di bawah institusi Solidrock serta mengelola distribusi rekaman bersama @demajors_mlg.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner