Keliling Dunia, Buka Jalur Musik Indonesia

Keliling Dunia, Buka Jalur Musik Indonesia

Sejak menyambangi festival musik seperti Clockenflap di Hongkong atau Fuji Rock Festival di Jepang, terpantiklah Satria untuk langkah lebih lanjut. Seingatnya, festival pertama di luar negeri yang dihadirinya adalah Laneway Singapore pada 2011

Sekitar setahun terakhir ini, saya menetap sementara di Leiden, Belanda. Mengetahui saya telah mendarat di Jakarta, Satria Ramadhan, sosok dibalik manajemen artis SRM dan toko rekaman musik dan merchandise Heyfolks!, langsung menghubungi saya, mengajak bermain di salah satu outlet Heyfolks! yang berlokasi di Dekhad Gandaria. Toko Heyfolks! didirikan oleh band indie pop Ballads of the Cliche sejak lebih dari 16 tahun lalu.

Belakangan ini Heyfolks! bersama Dekhad mengadakan seri pertunjukan yang dinamakan “Suara Dari Dekhad” yang kini mencapai volume ketujuh. Acara diadakan pada 22 Desember 2022. Baru saja saya tiba di Heyfolks! Gandaria, masih pada obrolan awal, Satria langsung mengusulkan saya untuk mengadakan tur di Eropa: Belanda, Perancis, Jerman. Dia siap menemani tur tersebut. Saya memilih untuk mencoba bermain di toko-toko rekaman musik di sana. Kita lihat bagaimana nanti, rencana mulai disusun.

Gerak cepat sekali Satria, kalau dalam istilah kami: “sat set”. Padahal saya tahu dia belum lama pulang dari Jepang, mengadakan “Tau Tau Tur” bersama para roster RSM: Bangkutaman dan Logic Lost.  Perjalanan ini bermula dari diundangnya mereka bermain di ajang Tokyo Beyond Festival 2022. Festival diadakan pada 26 dan 27 November lalu, menampilkan showcase musisi dari Jepang, Australia, Inggris, Amerka Serikat, Prancis, dan lainnya.  Dari undangan tersebut, sekalian disusun tur, dan akhirnya bermain pula di tiga tempat lainnya.     

Sebelumnya, masih di bulan November, tepatnya pada 18 sampai 22, Satria diundang menjadi delegasi, hadir pada acara bilateral ASIAN- India Music Festival 2022. Pada ajang tersebut, Riau Rhythm tampil sebagai perwakilan aksi dari Indonesia.

Sebelumnya lagi, masih di bulan November, tepatnya pada 3 hingga 6, Satria menjadi delegasi pula untuk menghadiri konferensi musik Lucfest Taiwan. Kehadirannya bersama Kukuh Rizal, co-founder record label Suneater. Band Indonesia yang tampil di acara tersebut adalah .feast dan Kuntari.

Sibuk sekali Satria berangkat ke luar negeri di tahun ini. Tak lama sebelum ke Taiwan, September lalu, ia bertolak ke Singapura untuk menghadiri Asean Showcase Music Festival 2022 yang digagasnya bersama sejumlah kolega di berbagai negara Asia Tenggara. Dari Indonesia, “diutus” Pamungkas, Basboi, Mad Madmen, IQIF, LONE, Littlefingers, dan Logic Lost. Dari perhelatan itu, sekalian diadakan tur Logic Lost dan Littlefingers di Singapura dan Malaysia. 

Tahun depan, Satria seolah tak ingin berlama-lama diam di tempat (padahal di Indonesia ia juga terbilang padat menggelar beragam acara, mengelola toko, sembari mengurus pergerakan para roster SRM, salah satunya SORE yang sedang menyiapkan album terbaru), telah dijadwalkan keberangkatannya sebagai delegasi untuk menghadiri Music Lane Festival Okinawa 2023 pada 17 sampai 19 Februari nanti.  Selain dari jepang, Music Lane mengundang beberapa musisi dari Asia, Eropa, dan Amerika. Di tahun pertamanya, masih pada masa pandemi pada 2021, Music Lane diadakan online dengan menampilkan beberapa musisi/band Indonesia: Tanayu, Lightcraft, Prince Hussein, Bedcahamber, Jeslla, dan Iris Bevy.    

Kenapa Satria Ramadhan giat sekali berjejaring dan berkeliling ke luar negeri?

“Misi utamanya yang pasti mempromosikan band-band Indonesia dan band-band SRM khususnya. Selain itu, membuka jalur untuk bekerjasama dengan pelaku musik di negara-negara tersebut untuk merancang tur, kolaborasi antar musisi, sampai kesempatan untuk tampil di festival tersebut pada tahun berikutnya,” jawab Satria. 

Sejak menyambangi festival musik seperti Clockenflap di Hongkong atau Fuji Rock Festival di Jepang, terpantiklah Satria untuk langkah lebih lanjut. Seingatnya, festival pertama di luar negeri yang dihadirinya adalah Laneway Singapore pada 2011.

“Gue kayak ngerasa, gimana nih supaya band-band SRM bisa main di festival ini? Pasti ada wadahnya atau event yang fungsinya bakal jadi titik temu antara musisi dan promotor,” jelasnya.

Hal tersebut menjadikannya rajin datang ke festival berkonsep showcase seperti Perth Festival, Bangkok Music Festival, dan Muse Expo Los Angeles.  Di Indonesia sendiri kita mengenal konsep serupa seperti pada perhelatan Archipelago Fest.

“Dan 2020, gue gabung menjadi co-founder ASEAN Music Festival. Dari situ mulai kenal banyak orang dari berbagai negara,” tambahnya.

“Apa pengalaman paling menarik dari menjadi delegasi atau menemani band tur di luar negeri?” tanya saya.

“So far yang paling berkesan pas tur The Trees And The Wild (TTATW) ke Perth Festival 2018. Di situ pertama kali gue nyetir HIACE di luar negeri jarak jauh, karena di-support sama Western Australia Tourism, jadi dapat jalan-jalannya juga,” jawabnya.

“Apa festival di luar negeri yang paling berkesan buat lo?” tanya saya.

“Fuji Rock Festival, tentunya. Enam kali ane ke sana,” jawabnya sambil mengirim emoticon tertawa.

Bagi Satria, Fuji Rock adalah festival yang “paling kena” karena meliputi semua hal: line-up-nya “gawat”, experience-nya “dapet”, panggung dan sound-system-nya “gak ada cela”. Ia pun salut dengan segala urusan detail pada festival itu. 

Dahulu sekali, pada 2000an, Satria Ramadhan memulai karirnya di kancah musik independen dengan menjadi fotografer band Ballads of the Cliché, kemudian jalan demi jalan bersimpang dan bergulir, Satria menjadi manajer sejumlah band/musisi hingga mendirikan Satria Ramadhan Manajemen (SRM).  

“Menurut lo, kenapa band-band Indonesia, dalam hal ini utamanya band-band independen, perlu untuk bermain di festival-festival di luar negeri?” tanya saya.

“Jawabnya satu: biar bisa nyobain kolam yang lebih besar lagi. Jadi, besar di kolam sendiri’ belum tentu besar di kolam lain,” katanya.

Dengan segala pengalamannya, kini rencana Satria Ramdhan menjadi banyak.

“Tapi yang baru terbersit pasca balik dari delegasi-delegasi kemarin, pingin bikin Tangerang Music City. Haha. Music Conference skala internasional juga intinya, tapi bikinnya di Tangerang. Karena Lucfest saja bikin bukan di Taipe (kota besar), melainkan di Tainan (kota kecil),” tambahnya.

Satria Ramadhan memang kini berdomisili di Tangerang. Dia begerak, “sat set” ke berbagai penjuru dunia.  

Harlan Boer

Harlan Boer adalah penulis, musisi, produser, dan seniman visual. Pernah tergabung bersama the Upstairs, C'mon Lennon, dan menjadi manajer band Efek Rumah Kaca. Sebagai singer-songwriter hingga kini sudah merilis sejumlah single, 4 mini album, dan 2 album penuh. Tinggal dan bekerja di Jakarta.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner