Katarsis Musik : Kepuasan Menulis Lirik Dalam Sebuah Lagu

Katarsis Musik : Kepuasan Menulis Lirik Dalam Sebuah Lagu

Ketika menulis lirik ternyata memilliki kaitannya dengan psikologi positif didalamnya, di mana hal ini juga diistilahkan dengan sebutan “Well-being” atau kesejahteraan pada diri seseorang

Musik selalu mengiringi kita dalam keadaan apapun, suka maupun duka, lagi saat bersama teman, keluarga ataupun saat sendiri sekalipun. Di kamar, di jalanan, di ruang publik tertentu, musik tidak bisa terlepaskan dari kehidupan kita. Selain yang dihasilkan dari alunan/padupadan instrumen yang membuat kita senang mendengarkan musiknya, kita tidak bisa bohong kalau keindahan dari lirik yang ada di dalamnya membuat kita makin suka dengan lagu yang kita dengarkan. Apalagi kalau vibes dan liriknya menggambarkan suasana yang pernah kita lalui, atau mungkin sedang kita lalui saat ini.

Musik dan lirik pun tidak bisa terlepas, di mana keduanya bisa jadi bentuk komunikasi dari para pencipta ke para pendengarnya. Banyak hal atau mungkin pesan yang tidak bisa tersampaikan secara langsung karena keadaan keadaan tertentu, mungkin karena dibungkam ataupun karena ketidak mampuan kita mengutarakannya langsung, maka banyak juga musisi menyampaikan semua pesan-pesannya melalui lagu dan lirik yang dibuatnya. Dari pesan yang ingin disampaikan, beberapa penulis juga dapat mengevaluasi diri mereka, baik dari keadaan diri sendiri pada masa kini, masa lalu, dan masa mendatang.

Salah satunya adalah The Rolling Stones dengan lagu “Sympathy for the Devil” yang ditulis sang vokalis, Mick Jagger. Di lagu itu Mick menulis/menceritakan tentang banyaknya peristiwa dan hal mencengangkan yang dibuat oleh umat manusia, dengan narasi perspektif dari sang Iblis. Dalam lagu tersebut ternyata Mick mengingatkan dan mengajarkan kita untuk saling menghargai, serta menyebarkan kebaikan antar umat manusia. Hal tersebut menjadi relevan dengan beriringannya era/tahun tersebut (saat penulisan lagu ini) di mana masih banyak perang dan isu lainnya yang terjadi saat itu. Lewat lagu ini Mick secara tidak langsung ingin menyampaikan pesan kedamaian juga kepada orang banyak.

Lagu lainnya yang sangat ikonik dengan isian musik dan liriknya adalah “Bohemian Rhapsody” dari Queen. Di lagu tersebut, sang vokalis, Freddy dengan kepercayaannya yang menganut Zoroantronisme (merupakan aliran kepercayaan kuno orang persian atau Iran) secara tidak langsung membuat para pendengarnya banyak bertanya apa makna dari lirik yang ditulisnya, mengingat dia banyak sekali memasukan unsur-unsur tertentu seperti kata “Bismillah”, “Beelzebub”, “Scaramouch”, “Fandago”, “Figaro”, “Magnifico”, hingga sang ilmuwan Galileo berada di dalam lirik yang Freddie tulis.

Dari banyaknya unsur yang dimasukan dalam liriknya, intinya lagu “Bohemian Rhapsody” menyampaikan pada pendegarnya bahwa Freddie menjalani kehidupannya sebagai seorang gay yang penuh lika-liku. Namun dengan segala keadaannya dia tidak bisa menyampaikannya begitu saja secara langsung, terutama untuk orang-orang dekat di sekitarnya seperti ibunya dan kekasihnya, Mary Austin. Freddie hanya bisa menjalani hidupnya kemana angin berhembus (konvensional) seperti orang-orang Bohemian yang menjalani hidup hanya dengan mengikuti kemana angin membawanya.

Dari dua masterpiece ini kita bisa melihat musisi hebat melakukan komunikasi dengan menumpahkannya dalam sebuah karya (lirik lagu) yang tidak hanya membuat para penulisnya merasa lebih nyaman dan lebih baik melalui lirik yang ditulisnya, namun kita sebagai pendengarnya pun ikut kagum dengan lirik yang ditulisnya.

Faktanya, menulis lirik dalam sebuah lagu dapat memiliki dampak penyembuhan, serta wadah untuk menumpahkan apa yang ingin disampaikan (Penelitian oleh Edgerton, 1990; Gallagher & Steele, 2002; O’Callaghan, 1996).

Selain itu, fakta lainnya adalah ketika menulis lirik ternyata memilliki kaitannya dengan psikologi positif didalamnya, di mana hal ini juga diistilahkan dengan sebutan “Well-being” atau kesejahteraan pada diri seseorang. Hal ini jelas dicari oleh hampir semua orang, baik untuk memenuhi kesejahteraan secara fisik maupun mental. Menulis lirik dapat meningkatkan 2 dari 5 unsur PERMA Model yang merupakan bagian dari psikologi positif yang terdiri dari Positive Emotion, Engagement, Relationship, Meaning, Accomplishment. Dua dari lima unsur tersebut yang dapat meningkatkan well-being pada saat menulis lirik adalah pada bagian “Positive Emotion” dan “Meaning”.

“Positive Emotion” memunculkan hal yang lebih positif seperti kebahagiaan, harapan, kegembiraan, hiburan serta cinta dalam pikiran kita. Hal ini jika diaplikasikan dalam musik bisa sejalan dengan sebuah penelitian yang menyatakan jika musik dapat memiliki kapasitas untuk mempengaruhi emosi kita secara aktif atau pasif (Västjall et al.,2012).

Kita bisa mendengarkan musik kapanpun kita membutuhkannya secara tidak langsung untuk tujuan memanipulasi suasana hati kita, dari yang mungkin kurang mood ketika mendengarkan musik favorit bisa membalikan mood kita ke normal atau lebih semangat lagi.

Sedangkan “Meaning” disini merupakan bagian dari sesuatu yang sudah dilewatkan kehidupan pribadi kita dan bagaimana hal itu dapat kita maknai di diri kita, sampai memotivasi/memberi arah dan tujuan pada diri yang lebih jelas dan lebih baik lagi. Selain bisa menopang rasa stress dalam diri, meaning disini juga mengalihkan kita dari pikiran dan kekhawatiran yang ada dalam diri kita. Ketika kita bisa memiliki kemampuan menemukan makna, terapi menulis naratif seperti menulis lirik membantu dan mengenali cerita yang dialami dalam diri kita. Dari cerita itu kita dapat mengubah citra dalam diri kita dan lebih memahami kehidupan diri kita sendiri serta memahami dunia sekitar kita.

So, kalau kalian juga ada sesuatu yang mungkin tidak ada yang bisa disampaikan, kalian bisa menggunakan Katarsis dalam menulis lirik dan menjadikannya sebuah karya, serta menjadikannya sebagai terapi naratif yang banyak banget memberi manfaat. Selain menjadi sebuah karya yang hebat, tentunya secara ga langsung bagus untuk Well-being kalian.

Reference: Ransom, Patricia Fox, "Message in the Music: Do Lyrics Influence Well-Being?" (2015). Master of Applied Positive Psychology (MAPP) Capstone Projects. 94.

Wanita kelahiran Bandung '97 yang mendalami ranah musik underground dari tahun 2011 hingga akhir hayat nanti. Vokalis dari band INVICTA dan PIGPHOBIA ini merupakan seorang lulusan bidang psikologi yang mendalami dunia modelling dan photography

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner