Jangan Gengsi dengan Seni Tradisi!

Dari yang saya pelajari di sekolah, ada beberapa teknik musik yang menurut saya menarik dan ya mungkin untuk remaja usia sekolah mah bisa jadi bahan buat keren-kerenan. Saya tidak menyangka kalau teknik-teknik tersebut juga ternyata bisa diaplikasikan juga dalam musik tradisi. Sampai akhirnya, perjalanan membawa saya tergabung dengan sebuah grup bernama Ega Robot Ethnic Percussion. Menggaris bawahi kata "Ethnic" pada nama Ega Robot Ethnic Percussion, tentu kalian yang membaca ini sudah tahu arah musiknya Ega Robot Ethnic Percussion ke mana. Yup, musik-musik yang kelompok ini mainkan kental dengan unsur etnik atau tradisi.

Kelompok ini kemudian membuka wawasan saya akan musik tradisi. Ternyata, musik tradisi bisa tetap relevan dengan zaman dan bisa dikolaborasikan dengan musik modern. Ditambah, Ega Robot Ethnic Percussion sendiri merupakan kelompok musik yang menurut saya dinamis dan fleksibel, jadi pada output-nya pun terdengar unik dan menarik. Saya yang cinta dengan musik progresif rock ternyata masih tetap bisa terhubung ketika itu diaplikasikan ke dalam instrumen musik tradisional.

Bung Bungan Bluto

Menariknya lagi, ternyata saya bukan satu-satunya orang yang pada akhirnya menyadari kalau musik tradisi bisa seasyik itu. Contohnya ada Manshur Praditya, yang menggabungkan instrumen musik angklung dengan EDM, sampai akhirnya dia dijuluki DJ Angklung. Kalau dirunut lebih jauh lagi, kita akan banyak menemukan musik-musik tradisi yang menarik untuk diikuti, dan bahkan sebelum istilah ‘scene indie’ itu kemudian muncul di pertengahan tahun '90an, para musisi tradisi sudah terlebih dulu merilis album-album musik tradisi secara ‘indie’. Dari mulai kecapi suling, rampak kendang, cianjuran, tarling, dan banyak lagi kaset-kaset yang pada saat itu banyak dirilis dengan label ‘indie’ (before ‘indie’ was cool hehe). Jadi, sebelum para anak senja itu merasa paling edgy, para musisi tradisi ini sudah edgy duluan dengan musiknya.