Ingin Menikah dengan Orang Kaya Raya
Zaman sudah berubah, berpuluh tahun sudah digeluti semenjak perbincangan sepulang sekolah itu. Namun rasanya, masih membekas hingga saat saya menulis cerita ini kembali untuk kalian.
Ibu, sehari-hari menjadi seorang Ibu rumah tangga, yang mengantar suami dan anak-anaknya menjadi manusia yang tumbuh seutuhnya. Sebuah pekerjaan yang begitu mulia, dibandingkan pekerjaan-pekerjaan lainnya...
Tapi Ibu pula yang mendukung anak-anaknya untuk mencari hal-hal baru, mimpi-mimpi lain, cita-cita tinggi, selain apapun yang selama ini dia ajarkan kepada saya dan adik saya. Lagi saya mencerna... Tak ada yang tak mungkin di dunia ini, selama masih dalam koridornya.
Sekarang saya mulai mengerti maksud mereka. Manusia hidup dengan segala mimpi, dan saya dulu sama sekali pesimis merasa tak mungkin menjadi apapun di dunia ini. Seperti cerita sinetron, saya berharap kelak ada yang datang... Seorang tampan kaya raya, tak sengaja bertemu di supermarket, lalu jatuh cinta, menikah, kaya raya, bahagia sampai hari tua.
Pada kenyataannya, hidup tak seindah sinetron. Seburuk apapun hidup, selalu tertanam segala pesan Ibu... Tentang cita dan harapan.
Beberapa waktu lalu saya menelepon Ibu, “Bu, saya sekarang kaya... tolong bilang juga sama Ayah. Sekarang saya sangat kaya raya. Bukan perkara banyak uang, tapi kaya akan kesadaran, ilmu pengetahuan, persaudaraan, dan kebahagiaan. Saya tak perlu menikah dengan orang kaya untuk menjadi kaya. Saya bahagia, Bu. Terima kasih, Bu... sampaikan juga pada Ayah... Karena tak membatasi mimpi saya semau Kalian.”
Dan jauh sebelum kedua orang tua saya berpikir seluas ini, ada Ibu R.A. Kartini sang pendobrak segala kekakuan yang membentengi cita-cita perempuan Indonesia. Beliau yang membuka sudut pandang semua orang hingga seluas samudera, seperti Ayah & Ibuku.
Selamat hari Kartini...
Comments (2)