Halo, Apa Kabar Toko Rekaman di Masa Pandemi?

Halo, Apa Kabar Toko Rekaman di Masa Pandemi?

Foto di atas merupakan dokumentasi Demajors Jakarta. Sudah mengalami proses editing.

Selama masa pandemi, toko rekaman tetap berjuang di antara seretnya daya beli masyarakat dan nafsu konsumsi para kolektor musik yang kelewat serius.

Wabah Covid-19 sudah melanda Indonesia sejak bulan Maret 2020. Oke, katakanlah sudah hampir masuk bulan keempat. Dampaknya memang melanda pada semua sektor ekosistem musik. Mulai musisi kehilangan job manggung, para kru dan teknisi diam di rumah tanpa penghasilan, hingga EO dan promotor menangguhkan semua rencana pertunjukannya. Ya, anda pasti sudah tahu itu semua. Lagian sudah banyak dibahas di mana-mana. Baik oleh media, lembaga dan kolektif terkait. Juga kerap diungkap dalam sesi diskusi para pelaku melalui Zoom atau Live di Instagram dan YouTube.

Namun sampai hari ini saya belum melihat ada narasi yang mau melirik atau membahas kondisi toko rekaman atau record store di masa pandemi. Berhari-hari sudah coba saya googling ke sana ke mari, tetap saja tidak nemu. Ada sih secuil, nanti saya tunjukkan di bawah. Tolong kabari saya kalau ada lagi ya. Serius.

Kalau ulasan dan narasi dari luar negeri sih ada banyak. Seperti misalnya reportase dari Rolling Stone soal nasib record store di masa pandemi. Lalu bagaimana pandemi mengubah pola bisnis record store menurut ulasan USA Today. Seperti apa strategi record store di masa pandemi dari The Vinyl Factory. Sampai pada apa yang bisa kita (konsumen) lakukan untuk mendukung kelangsungan record store dari NME.

Akhir Maret lalu, NME sempat melaporkan kalau pandemi ini bikin penjualan rekaman musik (fisikal dan digital) di Amerika Serikat anjlok sampai pada titik terendahnya sepanjang sejarah dalam 60 tahun terakhir. Ugh.

Saya sampai rela mendengarkan musik Taylor Swift sejenak setelah tahu penyanyi pop perempuan itu turun tangan membantu sebuah record store di Nashville (US) supaya tetap bertahan. Sebagai hiburan, saya sempat direkomendasikan seorang kawan pada serial baru High Fidelity dan film Other Music untuk tontonan #dirumahaja.

Sebenarnya, bagaimana kondisi toko rekaman di Indonesia selama masa pandemi?

Samack lahir dan tumbuh di kota Malang. Sempat menerbitkan Mindblast Fanzine (1996-1998) dan situs musik Apokalip (2007-2010). Tulisannya seputar musik dan budaya pop pernah dimuat di Jakartabeat, The Metal Rebel, Rolling Stone Indonesia, Vice Indonesia, Warning Magz, Whiteboard Journal, GeMusik, serta berbagai media lainnya. Sesekali menjadi editor untuk sejumlah buku dan penerbitan. Saat ini beraktivitas di bawah institusi Solidrock serta mengelola distribusi rekaman bersama @demajors_mlg.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner