Funk. MSG Untuk Musik Indonesia? (Bagian 3 dari 3)

Funk. MSG Untuk Musik Indonesia? (Bagian 3 dari 3)

Bicara solois pria tidak bisa lepas dari Glenn Fredly dan Tompi yang selalu memasukan unsur funk dalam musiknya. Dan untuk solois muda ada Tulus dengan“1000 Tahun Lamanya” dan “Tukar Jiwa” yang mampu membuat kepala mengangguk-angguk mengikuti irama lagunya.

Di tahun 2018 funk hadir dari balik DJ booth. Perkenalkan Merdi dan Aat, duo DJ Diskoria Selecta yang juga kolektor piringan hitam. Mereka mempopulerkan funk/disko Indonesia era 70an – sekarang, di klub-klub disko masa kini di bawah kolektif bernama Suara Disko.

Di Bandung juga ada DJ Munir “Midnight Runners” yang selain memutar lagu-lagu funk/disko Indonesia lawas di lantai dansa, juga menciptakan komposisi-komposisi baru dari lagu-lagu tersebut (sampling).

Yang terbaru di 2018 adalah rapper asal Medan, Pangalo! merilis album perdana dashyat berjudul Hurje! Maka Merapallah Zarutusthra. Dengan meledak-ledak Pangalo meracau dengan bahasa Indonesia di atas lagu-lagu funk '70an yang ia sampling. Mengingatkan pada kolektif hip hop 90/2000an Homicide, namun dengan kadar lebih funky.

***

Vokalis/gitaris 70sOC dan penjaga konten Pophariini.com. Suka membaca tentang musik, tentang subkultur anak muda dan sangat gemar menonton film.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner