From vinyl to Rock and Roll Guru

From vinyl to Rock and Roll Guru

Rekti Yoewono berbicara tentang bagaimana menyikapi fans-fans yang bermental lemah, menjadi produser yang handal dan membagi resep jitu agar band THE S.I.G.I.T tetap immortal. 

Dalam karir sebagai musisi, Kenapa harus bikin vinyl store?

Sebetulnya toko yang sudah berdiri seperti sekarang tidak begitu direncanakan, dulu waktu pertama-tama bikin THE S.I.G.I.T, pertama kali setelah di rilis oleh SPILLS records punya cita-cita untuk punya label tapi punya tokonya juga.. toko yang bukan cuma jual rilisan orang lain, tapi juga merilis band-band sendiri. Apalagi sekitar tahun 2005-an kan banyak toko kaset yang gulung tikar.

Yah akhirnya saya bikin BHANG records ini, yang sudah merilis seperti THE SLAVE, THE DATSUNS dan kedepannya akan (me)rilis beberapa band Bandung, band Swedia juga.. tapi semua yang saya rilis itu bukan saya kenal selewat, tapi saya bener-bener suka dan kenal betul.

Jadi masih mungkin kalau ada band yang datang kesini untuk minta di rilis?

Yaa.. mungkin saja, tapi unsur subjektifitas saya pasti sangat besar … (sambil tertawa) , karena saya Cuma pengen ngerilis band yang saya suka, dan saya pasti ingin terlibat di dalam proses nya. Genre tidak terlalu berpengaruh.. seperti saya sekarang sedang berencana merilis Anto Arief (70’s Orgasm Club/gitaris Tulus) dan juga memang jarang juga yah kayanya Label yang turun langsung ikut terjun ke proses pengerjaan musik nya. Mungkin saya akan berlaku seperti produser nya ya.. saya pengen mempunyai proyeksi - proyeksi tentang band yang saya akan rilis, yang artinya saya bisa banget ikut mengembangkan eksplorasi musik nya… Apalagi tentang masalah teknis , seperti tentang sound yang cocok, arahan musik, nuansa dan lain lain. Karena saya gak pengen, BHANG records hanya sekedar ‘tukang’ rilis rekaman.

Bagaimana menyikapi tentang kemungkinan-kemungkinan keseragaman band-band yang akan di rilis nanti? Apakah selera kamu akan sangat berpengaruh ?

Ya memang saya harus bisa memilah - milah teknis untuk genre - genre band yang akan saya garap. Saya harus bisa memecahkan masalah - masalah tentang apa keinginan dan kendala yang dihadapi band -band nya itu sendiri, dan semua masukan yang saya tawarkan memang berdasarkan selera dan wawasan saya… tetapi bukan juga semata-mata saya hanya memaparkan ‘referensi - referensi’ yang saya tahu.. tapi saya bisa memastikan kepada mereka bahwa saya tahu bagaimana ‘cara mengolahnya’.

“Rekti secara tidak langsung sudah terlihat sangat mempunyai bakat dan naluri menjadi seorang produser, sangat jarang saya temui pada musisi independen yang ‘tidak bingung’ dan berani untuk menyatakan dirinya mampu menjadi seorang produser. Menjadi produser adalah menguasai secara secara teknis dalam proses rekaman. Apalagi setelah beberapa album pembuktian dari THE S.I.G.I.T yang Rekti juga adalah leader dari band itu”.

Menurut kamu, apa yang membuat mereka tertarik untuk di rilis dan di produseri oleh kamu ?

Nah.. kalo itu saya enggak tahu hahahha … saya juga sebenernya enggak punya banyak uang untuk bisa memproduksi album mereka, enggak menjanjikan mereka untuk menjadi terkenal juga… ( tertawa lagi ) kalau mereka percaya sama saya, ya saya janji akan bantu.. mungkin cuma itu ya janji saya hahaha.

Mungkin proses kolaborasi dan eksperimen musik dengan saya juga adalah tawaran yang menarik bagi mereka. Menjadi produser juga bukan semata-mata saya men-dikte, tapi lebih kepada ; mengembangkan potensi-potensi yang band tersebut miliki, mengarahkan untuk membuat musikalitas yang lebih bagus, memberi bayangan arah musik yang justru membuat band tersebut tidak berkembang.

Ada kategori khusus juga bagi mereka yang akan kamu rilis?

Kalau secara personal atau kelompok dari band/musisi tersebut ‘nyambung’ sama saya, pasti bisa.. karena nanti pasti akan banyak waktu untuk ngobrol dan diskusi.

Bagaimana dengan musisi-musisi yang belum kamu kenal atau mungkin dari fans nya THE S.I.G.I.T yang mungkin mereka pasti segan atau mungkin juga bisa disebut tidak ‘satu level’ wawasan nya dengan kamu, bagaimana cara menciptakan ‘Chemistry’ dalam proses rekaman ?

Dari dulu selalu ada dari fans-fans THE S.I.G.I.T yang memberi demo kepada saya, dan kalau menurut saya demo nya belum bagus atau masih ‘kurang’ ya saya hanya bisa bilang ke mereka : “bikin lagu lagi aja dulu”. Karena saya juga tidak bisa memberikan langsung masukan atau mengajak bekerja sama kalau mereka sendiri belum siap, yang pada akhirnya kembali kepada kesiapan band nya.

“Bukannya saya tidak senang mereka bikin lagu mirip THE S.I.G.I.T , karena saya justru tertarik sama band-band yang bisa menemukan ke-unikan dari band mereka sendiri”

Pengalaman apa lagi tentang para fans yang memberi demo kepada kamu?

Ada fans yang memberi demo lagu ke saya, dan menurut saya itu lagu nya malah THE S.I.G.I.T banget, dan saya secara halus juga memberi tahu ke mereka untuk bikin lagu lagi. Dari pertemuan-pertemuan itu malah ada yang bete atau merasa tertolak, “Bukannya saya tidak senang mereka bikin lagu mirip THE S.I.G.I.T , karena saya justru tertarik sama band-band yang bisa menemukan ke-unikan dari band mereka sendiri” . Tapi ada juga band yang akhirnya kembali lagi untuk bereksplorasi dan 3 tahun kemudian datang lagi kepada saya dengan materi-materi lagu yang lebih unik, disitu mungkin seleksi alam nya.

Jadi menurut kamu, sebetulnya apakah tepat bagi para fans-fans THE S.I.G.I.T untuk berkonsultasi musik kepada kamu ?

Ya.. tepat saja sih, cuma jangan bete atau marah atau gampang merasa tertolak .. hahaha.

Karena pada level musisi manapun juga sebenernya pasti akan ada mengalami penolakan, saya sendiri pun pasti masih akan menemukan penolakan… seperti mungkin contohnya THE S.I.G.I.T ditolak oleh records label luar negeri, oleh Festival besar di luar negeri... tapi ya sudah, jalani saja karena semua tidak berakhir disitu.

Dan kondisi saya tinggal di Bandung atau di Indonesia, untuk sebagian orang mungkin saya ‘mudah untuk di akses’ padahal mungkin saya nya sendiri tidak bisa semudah itu untuk ‘di akses’ .. mungkin dari kondisi itu mereka ‘rasa tertolak’ nya menjadi lebih besar. Mempersiapkan ‘mental’ mungkin yang paling pertama yang harus dipersiapkan.

Menurut kamu, apakah generasi sekarang cenderung mempunyai mental yang kurang kuat dalam bermusik?

Dari pengalaman yang saya temui mungkin mereka mempunyai kecenderungan untuk ‘minta ditolong’, untuk di rilis, atau dibantu secara instan.. tapi justru pertolongan pertama yang paling berharga adalah ‘membuat band nya menjadi siap’.

Bagaimana untuk menjadi siap? Ya.. band tersebut di gojlok untuk bisa kuat.

Bagaimana dengan THE S.I.G.I.T sendiri waktu awal karir dahulu ? apakah semua proses nya dilalui dengan mudah ?

Banyak juga sebetulnya kendala-kendala yang ditemui, tetapi apapun yang ditemui bukan menjadi masalah yang besar.. kami berusaha menyikapi nya santai saja. Tidak terburu-buru untuk menjadi ‘Besar’ dan terus berproses.

Kalau dibandingkan dengan band-band seangkatan THE S.I.G.I.T, mungkin THE S.I.G.I.T yang paling jarang terdengar punya masalah, walaupun pasti didalamnya pasti saja ada kendala.. tapi ya jalani saja, tidak usah terlalu koar-koar sampai kita membuat sesuatu yang baru atau karya yang baru.

Jangan terlihat kalau band kita adalah band bermasalah. Dari kondisi itu pasti opini orang pun akan berubah 180 derajat.

Seperti saya pernah bilang kepada Bonny dan Benny dari band SPEAKER FIRST, “Jangan dulu bubar.. Jangan dulu bikin statement apa - apa, bikin saja dulu karya yang baru” konsisten saja dulu…

Apakah saya bisa bilang kalau itu adalah ‘resep THE S.I.G.I.T’ selama 10 tahun berkarir ?

Ya itu resep saya.. hahaha mungkin orang bilang THE S.I.G.I.T langgeng dalam karir nya selama 10 tahun.. ya karena mereka juga mungkin tidak pernah dengar apa - apa dan kami pun tidak pernah mengumumkan apa - apa.. padahal di setiap band pasti berantem antar personel ya pasti ada saja kan ? (sambil tertawa lagi)

Tapi mungkin kalau di Amerika misalnya, gosip atau konflik dari setiap band kan bisa menjadi nilai jual bagi media atau fans-fans nya ?

Naah.. kalau itu balik lagi ke kenyataan ! seperti contoh : Guns and Roses bermasalah.. dan lalu bubar, lalu Guns and Roses reunian lagi dan tiket konser nya Sold Out ! kalau strategi ini di aplikasikan kepada band kita di Indonesia.. ya ini adalah langkah yang salah.. jika kita menganggap band kita setaraf dan sebesar Guns and Roses adalah salah … (sambil tertawa)

Karena kenyataan nya adalah : Band kita bukanlah Guns and Roses. Daya jual Band kita pasti tidaklah sebesar mereka.

Jadi langkah-langkah seperti bagaimana menurut kamu yang cocok untuk band-band kecil di Indonesia ?

Jalan terbaik untuk band-band di Indonesia adalah : ‘Jalan terus sampai kapanpun’ .. seperti SLANK , seperti ROLLING STONES .

 

Dari awal nya berkarir dalam bermusik, Rekti adalah sosok yang kalem dan tidak terlihat ambisius dalam menjalani karir musik, tidak memaksakan segala sesuatu nya berproses dengan cepat. Tipikal musisi Geek dan anak rumahan. Dia banyak menghabiskan waktu di rumah untuk mengembangkan bakat dan wawasannya ketimbang sering bergaul dijalanan atau di bar. Tapi ketika Rekti hadir di kehidupan sosial nya, dia hadir bukan sebagai anak yang ‘culun’ dan sangat bisa beradaptasi sesuai karakter nya.

Rekti sangat pandai menghabiskan waktu di rumah untuk membuat, menganalisa atau praktek segala sesuatu yang ‘Bagus’.

 

Bersambung ke part 2 …

Satria Nurbambang a.k.a Iyo

Adalah seorang vokalis dari band pop alternatif asal Bandung Pure Saturday, bassist dari band “anti -skill “ super ugal – ugalan Teenage Death Star, dan Manager dari band Hardcore Taring.

Di Medio pertengahan 90-an pernah membentuk band The Jonis, bersama dengan rekan – rekan seperjuangannya antara lain pendiri Aksara Recs. dan sekarang menggagas -Irama Nusantara- David Tarigan. Serta mewarnai pergerakan majalah independent local Ripple pada 1999 sampai dengan sekarang (sedang) mati suri dengan menerbitkan sekitar 66 edisi. Beliau sejak 1996 sudah berkecimpung di dunia independen subkultur Indonesia, khususnya kota Bandung. Awal mula berkarir sebagai fotografer amatiran dan seniman yang mendorong beliau untuk merekam fenomena dan pergerakan budaya youngster ketika itu.

Mengelola sebuah ruang alternative bernama “Brusbrothers gallery”, yang mewadahi seniman –seniman muda untuk memamerkan karya mereka. Tujuannya tak lain adalah memfasilitasi serta mengembangkan para seniman dan illustrator muda untuk berkembang dan pameran tentunya.

Pendidikan : FSRD ITB jurusan Seni Grafis

BRUSHBROTHERS juga membuat sebuah majalah seni.

View Comments (1)

Comments (1)

  • inangsh
    inangsh
    10 Jul 2015
    sudah terlihat dari musiknya di The S.I.G.I.T kalau rekti itu guru..
You must be logged in to comment.
Load More

spinner