FOGFEST : Sebuah Tanggung Jawab Menemukan atau (Kembali) Membunuh Diri Kita

FOGFEST : Sebuah Tanggung Jawab Menemukan atau (Kembali) Membunuh Diri Kita

“Every form of art can only be strong, and I mean truly revolutionary, if it’s a movement.” - Abigor, Band Black Metal Austria

Bulan lalu, tepatnya 11 Agustus 2018 saya dan beberapa rekan melakukan perjalanan singkat ke Tawangmangu. Sepanjang perjalanan selama sekitar dua jam dari kota Solo, kami melintasi ruas-ruas pinggiran kota hingga mendaki jalanan terjal berbukit, hanya demi menjalankan sebuah misi penting survey lokasi bakal rencana penyelenggaraan event yang sudah kami persiapkan selama ini ; FOGFEST.

Apa itu FOGFEST, dan event semacam apakah ini?

Barangkali ada sebagian pembaca yang mengikuti status-status unggahan saya di FB sedikit banyak telah mengetahuinya, atau setidaknya menjumpai kabar-kabar terbaru yang kerap saya informasikan perihal rencana event ini, terselip diantara linimasa FB yang kian sumpek dan menjemukan.

Dari namanya bisa diperkirakan bahwa ini adalah event festival. Tepatnya, Festival Kabut jika dimaknai secara harfiah. Ide utama penyelenggaraannya ialah mencoba merangkul setiap band bergenre Black Metal dari berbagai wilayah Indonesia, dan kali ini kami memantapkan ‘kenekatan’ untuk menggelar event festival ini, meski entah ke depannya terealisasi atau tidak.

Bermula pada awal tahun ini, saat saya membayangkan sebuah event gathering bertajuk FOGFEST, yang terisnspirasi dari event serupa di luar negeri, Under the Black Sun. Sialnya, akibat terjadi sesuatu hal, menyebabkan saya mesti rehat selama beberapa bulan di rumah, dan ide tersebut sempat mengendap. Namun semangat tak memudar, terlebih dari antusiasme kawan-kawan yang siap jadi volunteer dan tergabung dalam Anonymus Black Metal Alliance, sebuah kolektif penggiat musik, khususnya Black Metal, dari berbagai wilayah Indonesia, yang berinisiatif membangun jaringan dan menggelar event-event pertemuan berskala nasional termasuk rencana FOGFEST ini, yang kembali berkobar dan ditindaklanjuti upaya konkret, yakni dengan menyelenggarakannya.

Hernandes Saranela

Hernandes Saranela merupakan pembuat film personal di bawah bendera kolektif Cinemarebel Yogyakarta. Vokalis dari band Punk DEMSTER & band Pagan Metal ENUMA ELISH. Juga menjadi pengajar film dan akting di salah satu kampus di Jogjakarta.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner