Dangdut Koplo Dramarama: Histeria Semu Kaum Berpunya

Dangdut Koplo Dramarama: Histeria Semu Kaum Berpunya

Ilustrasi oleh Muhammad Sena.

Kelompok yang dulu merendahkan Dangdut, memvonisnya sebagai genre murahan karena disukai oleh para tetua membosankan serta kaum kampungan, khalayak cool tersebut belakangan malah merangkul dan meninggikannya. 

Memang, memang bukan Dangdut per se yang didongkrak ke atas. Tapi Dangdut Koplo. Serupa, iya. Tapi tidak sama. Seperti Reggae dengan Ska.

Coba saja kita perhatikan sekitar, Dangdut Koplo sudah menyebar ke banyak bar, merangsek ke klub-klub molek, berkelindan dengan anak gedongan dan elitis metropolitan. Kasta cool, kelas menengah dan strata kaya sudah tidak malu-malu berjoget diiringi Dangdut Koplo. Lengkap dengan gestur jempol digoyang serta liukan pinggul dan pantat pra-“senggol bacok”.

Jika dirunut ke belakang barangkali institusi dan sosok yang paling mula berinisiatif membawa Dangdut ke ranah borjuis adalah kanal MTV lewat MTV Salam Dangdut dengan pembawa acaranya yang keren dan kocak, Jamie Aditya, pada awal 2000an. Walau terbilang acaranya cukup menarik, prakarsa revolusioner tersebut nyatanya sepi sambutan. Respons dari kasta cool, kelas menengah dan strata kaya cenderung hening. Pamor Dangdut masih dicap pedesaan.

Sampai kemudian muncul Inul Daratista. Dangdut lalu diberi atensi lebih, lebih istimewa dari biasanya. Lewat VCD bajakan yang deras berpindah tangan, dikenallah kemudian “Goyang Ngebor”. Gerak laga nan vulgar. Tak lagi malu-malu dan sekadar sensual. Tapi sudah seksual. Bukan ngotot berkutat di jalur lambat. Namun ritme digeber lebih cepat. Pendekatan yang tanpa tedeng aling-aling, frontal, in your face (mirip manuver punk rock) oleh Inul Daratista ini membuka pintu baru bagi Dangdut. Selain kehebohan gerakan pantat yang fenomenal tersebut, di saat bersamaan istilah Dangdut Koplo mulai populer.

Rudolf Dethu memiliki beragam profesi. Mulai dari manajer band, penulis buku, jurnalis, pengamat musik, aktivis gerakan sosial kemasyarakatan, koordinator program kesenian, sempat menjadi penyiar radio cukup lama, pun menyandang gelar diploma di bidang perpustakaan segala.

Pernah ikut menyelenggarakan salah satu festival industri kreatif terbesar di Indonesia, Bali Creative Festival, selama 2 tahun berturut-turut. Namanya mulai dikenal publik setelah turut berperan membesarkan Superman Is Dead serta Navicula.

Belakangan ini, Dethu disibukkan utamanya oleh 3 hal. Pertama, Rudolf Dethu Showbiz, band management yang mengurusi The Hydrant, Leanna Rachel, Manja, Athron, Leonardo & His Impeccable Six, Negative Lovers, dan Sajama Cut. Kedua, Rumah Sanur - Creative Hub, di mana ia menjadi penyusun program pertunjukan musik dan literatur. Ketiga, MBB - Muda Berbuat Bertanggungjawab, forum pluralisme yang mewadahi ketertarikannya pada isu kebinekaan dan toleransi.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner