Cerita di Balik Proses Kreatif  DCDC Rock N’Semble

Cerita di Balik Proses Kreatif DCDC Rock N’Semble

Foto: Gogeng

Untuk kesekiankalinya, sebagai musisi saya harus angkat topi untuk DCDC dan ATAP Promotions sebagai penggagas DCDC Rock N’Semble. Bagaimana tidak, belum lama para penikmat musik disuguhi kolaborasi apik dari Burgerkill sebagai representasi musik metal yang lekat dengan citra maskulin dengan musik orkestra yang lebih dinamis dan ornamentatif. Hasilnya memang sesuai dugaan, kolaborasi itu berhasil memukau ribuan musisi dan penikmat musik.

Kini, DCDC dan ATAP Promotions kembali membuat terobosan dengan menawarkan konsep menarik dan cenderung berani. Sebuah kolaborasi musik punk yang diwakili Rosemary asal Bandung dengan musik gamelan oleh Ki Ageng Ganjur asal Yogyakarta dipercaya akan menjadi sebuah konser yang akan menyita banyak pasang mata di akhir tahun 2019 ini. Walaupun model kolaborasi seperti ini tidak asing di Indonesia, tetapi yang membuat DCDC Rock N’Semble spesial ialah keberanian untuk memadukan musik punk dan gamelan yang secara disiplin cukup bertolak belakang. Selain aspek musikal yang biasanya berbenturan, para kolaborator juga harus mempertimbangkan dengan matang perihal teknis produksi di atas dan di bawah panggung.

Bocoran tentang konser ini memang sudah lama saya dengar. Gatot sang gitaris Rosemary beberapa bulan ke belakang menceritakan pada saya tentang rencananya itu. Namun, waktu itu saya perhatikan format musik yang akan mereka kerjakan belum tergambar dengan jelas. Seketika itu pula, saya membayangkan rasa-rasanya konser ini akan sulit diwujudkan. Bukan hanya aspek musiknya saja, tetapi rumitnya pengaturan proses latihan mengingat para kolaborator berasal dari kota yang berbeda.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by DCDC (@dcdc.official) on

Lama tidak mendengar lanjutan berita konser tersebut, pada suatu malam saya dihubungi Rino sebagai perwakilan ATAP Promotions dan meminta kesediaan saya menjadi music director dalam konser yang tempo hari dibicarakan dengan Gatot. Secara singkat, padat, dan jelas Rino mulai menjelaskan bagaimana proses dan deskripsi pekerjaan yang akan diemban oleh saya. Antara kaget dan gembira, saya tidak lantas langsung menyetujui tawaran itu. Saya cukup kaget. Mengapa saya yang dipilih? Mengingat sepertinya Bandung masih mempunyai music director lainnya yang memang ahli di bidang musik kolaborasi. Di satu sisi, saya juga gembira karena jujur saja ini pengalaman pertama menjadi penanggungjawab aransemen musik dalam sebuah konser kolaborasi dengan skala cukup besar pula.

Saya sadar bahwa ini tanggung jawab besar, dibutuhkan keberanian dan usaha ekstra agar semuanya berjalan lancar. Berbekal pengetahuan musik gamelan seadanya, tawaran itu saya terima karena kesempatan seperti ini belum tentu akan datang lagi di kemudian hari.

Hinhin Agung Daryana atau yang lebih dikenal dengan sebutan Hinhin 'Akew' adalah salah satu tokoh yang sudah bergelut di ranah musik bawah tanah sejak tahun '90an. Ia merupakan seorang gitaris dan akademisi yang fokus mengajar hal-hal yang berkaitan dengan musik. Hari ini, ia aktif dan bermusik bersama Nectura dan Humiliation.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner