Cara Mengatur Emosi Lewat Musik

Cara Mengatur Emosi Lewat Musik

Words : Angkuy

Mengatur Emosi Lewat Musik

Musik dan emosi tentu saja sangat dekat. Bahkan setiap musik yang kita dengarkan atau mainkan bisa menghasilkan emosi yang berbeda-beda. Untuk urusan musik, sederhananya emosi itu dimaknai sebagai cepat lambat (elemen tempo) atau keras lembut (elemen dinamika) sebuah komposisi musik. Gak beda jauh sih sama makna emosi di psikologi, jadi ya bisa disimpulkan kalo emosi di musikologi itu menggambarkan hal-hal yang berkaitan dengan perasaan atau hal-hal yang dapat dirasakan dari penyajian sebuah karya musik. Ini ada ringkasan hubungan ciri musik dengan ciri khusus emosi dalam hal ekspresi musikal:

  • Gembira
    Tempo cepat, modus mayor, tingkat suara tinggi, konsonan, harmoni sederhana, pitch tinggi, banyak variasi pitchtimbre terang, vibrato sedang cepat, bentuk teratur.
  • Sedih
    Tempo lambat, modus minor, disonan, interval minor, timbre kabur, melambat, bentuk tidak teratur, vibrato lambat.
  • Marah
    Tempo cepat, modus minor, atonal, disonan, tingkat suara tinggi, interval 7th dan 4th, ritme kompleks, perubahan ritme tiba-tiba, timbre tajam, bentuk tidak teratur.
  • Takut
    Tempo cepat, tempo bervariasi, modus minor, disonan, kontras pitch, ritme tersentak-sentak, timbre lembut, vibrato cepat, bentuk tidak teratur.
  • Lembut
    Tempo lambat, modus mayor, konsonan, pitch rendah, timbre lembut, kontras nada panjang dan pendek, aksen pada nada tonal, vibrato cepat-sedang.

Mengatur Emosi dengan Musik

Yuk kita bahas lebih lanjut. Setelah ngeliat ringkasan korelasi di atas, kita bisa mengetahui karakter-karakter musik yang akan didengarkan untuk menghasilkan emosi-emosi tertentu. Atau ya sebaliknya, kalo kita pengen emosi tertentu, kita bisa memilih musik-musik tertentu juga yang sesuai dengan respon emosinya. Eh tapi jangan salah, emosi musikal itu berbeda dengan emosi sehari-hari, karena tidak memiliki konsekuensi yang sama dengan situasi emosi kehidupan sehari-hari. Jadi kalo di kehidupan sehari-hari, misalnya kita jadi ngelamun atau sedih karena diputusin. Kita juga bisa ngalamin emosi sedih ketika ngedengerin musik postrock.

Jadi ya perbedaannya bisa keliatan kan emosi musikal dan non-musikal.

Yang paling menarik dari hal ini adalah proses terjadinya emosi, baik itu secara musikal atau non-musikal hampir sama. Misalnya nih ya, kita sedang berjalan di hutan terus di hadapan kita ada seekor harimau. Kita akan mendapatkan rangsangan dari situasi ini berupa emosi yang relevan, yaitu takut. Gak mungkin dong emosinya malah jadi girang atau bahagia, pasti takut atau tegang lah. Setelah emosi itu muncul, tubuh kita akan meresponnya dengan jantung berdebar cepat, gemetar, aliran darah cepat dan lain-lain.

Nah, secara musikal juga, respon emosi takut atau tegang itu dirangsang dari musik yang didengar. Musik dengan tempo cepat bisa merangsang aliran darah cepat dan jantung berdebar cepat juga, maka secara fisik, tubuh kita hampir sama. Jadi ya musik bisa merangsang emosi kita.

Mengatur Emosi dengan Musik

Jadi, ya musik memang dapat mempengaruhi emosi, menyebabkan emosi dan bisa bekerja secara terapi. Ada sebuah penelitian yang dilakukan Hevner pada tahun 1937, dia meneliti efek sebuah lagu pendek dengan fokus pada piano dan memperdengarkan versi asli dan versi yang telah diadaptasi. Pada versi yang telah diadaptasi, dia memanipulasi beberapa elemen musikalnya seperti modus (tangga nada mayor atau minor), harmoni (sederhana-rumit), irama (monoton-lancar), tempo (cepat-lambat), dan garis melodi (naik-turun).

Mengatur Emosi dengan Musik

Saat pendengar diminta menjelaskan pengalaman emosi dari musik yang didengar, ternyata tempo dan modus memiliki pengaruh yang terkuat. Kalo karya piano tersebut dimainkan secara cepat pada modus mayor, pendengar akan menangkap kesan riang gembira. Sebaliknya, kalo dimainkan dalam tempo lambat dan modus minor, musik tersebut terkesan imajinatif dan sensitif.

Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya emosi sudah ada di dalam musik, jadi gak harus butuh pengalaman emosi dari pendengar untuk merespon. Musik seringkali menimbulkan reaksi dan respons emosi dalam saat tertentu, misalnya pas tiba-tiba terjadi perubahan tempo atau klimaks. Tempo sebuah lagu merupakan salah satu karakteristik ekspresi emosi atau jadi pengalaman musikal bagi pendengaran seseorang. Jadi, karakteristik musik seperti modus, irama dan tempo yang dirasakan pendengar dapat menjadi sebab untuk mengekspresikan emosi.

Keuntungannya dari pengetahuan tentang emosi dan musik ini, bagi musisi tentu saja jadi ada gambaran untuk penciptaan emosi yang diinginkan pada sebuah lagu. Bisa mengatur dan membentuk emosi-emosi tertentu berdasarkan elemen-elemen musik tadi. Terus bagi pendengar, kita bisa memilih musik-musik tertentu dengan harapan emosi yang diinginkan, ya bisa untuk menemani kegiatan sehari-hari kita. Sekarang kita bisa jadi tahu kan untuk bahagia itu ga perlu ngeluarin duit yang mahal, cukup dengan dengerin musik yang punya reaksi emosi bahagia aja. Bahagia itu sederhana.

Foto : www.mcgilldaily.com
www.peezer.net
jakecoded.tumblr.com
www.musiccog.ohio-state.edu

Writer
New Media Artist
Song Writer
Traveller

View Comments (2)

Comments (2)

  • mozrel
    mozrel
    25 Jun 2016
    kak\
  • mozrel
    mozrel
    25 Jun 2016
    kak, saya izin share ya :)
You must be logged in to comment.
Load More

spinner