Campur Sari Indie & Top 40 di Bali
Itulah kenapa, karena Manja, Modjorido, Soulfood, Truedy, dkk, telah berikrar untuk hidup dari/oleh/untuk musik maka mereka giat menempa diri mengakrabi tembang-tembang populer (utamanya) manca negara lalu dinyanyikan di sejumlah bar dan restoran di Bali selatan tanpa rasa sungkan dan merasa bertanggungjawab menyandang predikat band indie.
Faktor unik lainnya yang tak terjadi di masa lalu adalah pihak bar dan restoran mempersilakan para pegiat indie tersebut menyelipkan karya-karya mereka sendiri saat unjuk aksi. Tiada lagi larangan seperti dahulu kala yaitu para penampil diharuskan membawakan tembang-tembang populer saja. Kini sudah jamak terjadi, di pertengahan, sang biduan bakal berujar: "Alright, guys, this next song will be our own song, the single from our second album ...."
Praktik macam begini banyak dilakukan umumnya berlatar belakang survival, agar tetap bisa bertahan. Sambil ngamen, sambil mempromosikan lagu-lagu karya sendiri, seraya berharap semoga di kemudian hari keberuntungan menghampiri lalu berevolusi menjadi musisi yang tenar dengan karya sendiri. Dan berdendang lagu-lagu orang hanya untuk bersenang-senang, bukan mencari uang.
Comments (0)