Cabang-Cabang Suara Indische Party

Cabang-Cabang Suara Indische Party

Pertumbuhan kreasi Indische Party terdengar semakin meningkat ketika mereka rekaman di studio legendaris Abbey Road di London, Inggris pada 2015

Indische Party, band yang banyak dipengaruhi warna-warni 1960an, petualangan musikalnya semakin hari semakin menarik. Belakangan tambah sip dengan bergabungnya Warman Nasution menjadi gitaris kedua di tubuh mereka.

Dari akun Instagram Indische Party, saya mendapat informasi bahwa mereka baru saja merilis mini album live bertajuk Indische Garden Party. Saya mengontak gitaris Andre “Kubil” Idris menanyakan perihal rilisan tersebut. Kubil menjawab dengan mengirim tautan menuju saluran Youtube Indische Party. Rupanya mereka telah membuat sebuah video bermain lima lagu di sebuah taman yang tampak seperti pekarangan perumahan. Segera saya putar, dan tambah jatuh hati dengan Indische Party.

Setlist mereka serasa paket pas: “Babe You Got a Hold on Me Somehow”, “Down On My Own”, “Tell Me What To Do”, “Ingin Dekatmu”, dan “Duka Akhir Kemarau”. Lagunya enak semua, durasi video tak terlalu panjang, enak untuk diulang-ulang.    

Terlebih sejak era pandemi, banyak band memproduksi video live performance mereka. Kemunculan video-video itu serasa menjadi penanda zaman. selain juga ramainya diproduksi berbagai video wawancara, ketika orang-orang lebih banyak lagi menatap layar handphone mereka. Ada banyak pendekatan kreasi audio-visual pada video-video live performance itu, dari pemilihan lokasi sampai tata cahaya. Apa yang dikerjakan Indische Party, merekam bermain di taman, menjadi satu lagi penyegaran. Video dikerjakan oleh Anggik Yoga Prayuda, dengan sound engineer Panji Dharma.

Ide merekam video live performance itu datang dari Wahyu “Acum” Nugroho, vokalis/gitaris Bangkutaman yang menjadi publisher kemudian manajer Indische Party.  Acum seringkali mengunjungi kediaman pasangan suami-istri, vokalis Japs dan drummer Tika; nongkrong di halaman belakang rumah sambil berdiskusi tentang langkah ke depan Indische Party. Ide awalnya, rekaman video akan dilakukan di halaman belakang rumah Japs dan Tika. Masing-masing lagu yang direkam akan disebarkan untuk diputar di berbagai media.

“Lagu-lagu dipilih yang jarang dimainkan saat manggung, biar penontonnya benar-benar die hard fans-nya Indische Party,” ujar Japs.

Tapi rasanya tidak betul demikian juga, sebab video itu malah kemudian dapat menarik perhatian pendengar baru. Indische Garden Party bisa menjadi pintu gerbang untuk mengenal band ini, atau mengukuhkan eksistensi mereka. Satu komentar di saluran Youtube Indische Party mengaku: “Penggemar baru dan akan menunggu gigs-nya segera”.

“Seiring jalan, ada perubahan rencana publish dari Acum, video kita tayangkan di pitchplay.co sambil jualan merchandise. Jadi, nontonnya berbayar,” lanjut Japs.

Syuting video itu diadakan 22 Agustus 2021, kurang lebih dari pukul 11.00 hingga 17.00 WIB. Rencana lokasi berubah, mengambil tempat di pekarangan rumah Wisnu Aji, vokalis/gitaris Monkey To Millionare, di bilangan Kemang, Jakarta.

Saya mengajak Japs untuk mengobrol lebih ke belakang, merunut sejak terbentuknya band itu. Saya tahu bahwa Japs sempat indekos di rumah Kubil pada sekitar 2010, jadi mencurigai hal itu adalah pemicu pertama mereka nge-band bersama. Sebelumnya, Japs dikenal sebagai gitaris It’s Different Class sementara Kubil adalah gitaris The Upstairs.

Ternyata cikal bakalnya jauh lebih ke belakang lagi. Pada sekitar 2004, Japs tinggal bersama Alfi Chaniago (kala itu pemain bas The Upstairs). Alfi yang mempertemukan Japs kepada Kubil karena paham keduanya sama-sama penggemar berat The Rolling Stones.

Japs mengaku sejak SMP “diracunin” The Stones sama abang-abangan komplek. Sementara Kubil kecil memilih The Rolling Stones sebagai pahlawan musiknya, sebelum kemudian remaja dilengkapi dengan terpapar Sex Pistols.

“Eh, benar.  Pas sampai di kamarnya Kubil, lagi berserakan, tuh, kaset The Stones,” kenang Japs.

Tapi, ide pertamanya, pada sekitar 2008, justru membuat band Britpop karena Japs memang juga menyukainya. Japs mengajak Kiki “Ucup” Aulia, juga penggemar Britpop, untuk bermain bas. Sementara pemain drum Tika bergabung hasil dari dikenalkan seorang teman. Hanya beberapa kali berlatih, segera band Britpop itu ditamatkan riwayatnya.

“Gak jadi bikin Britpop, soalnya gak pantes,” kata Japs. “Mending bikin yang kayak The Stones awal aja deh, RnB jaman dulu, campur The Velvet Underground , The Yardbirds , dll.”

Jacobus dari Karon N Roll, kemudian bergabung menggantikan Ucup bermain bas, maka terbentuklah Indische Party. Nama band itu usulan dari Kubil setelah menonton tayangan dokumenter tentang partai tiga serangkai di Metro TV.

Sekitar 2011, Japs dan Kubil bersama menulis lagu pertama mereka untuk Indische Party, “Waiting For You”. Formasi Japs-Kubil-Jacobus-Tika lancar berlatih hingga terkumpul sejumlah materi dan segera merekam debut rilisan mereka. Album self-title Indische Party dirilis pada 2013.  Mereka sendiri yang menjadi produsernya.

Keempat personil Indische Party dekat dengan produksi visual. Japs sehari-hari bekerja sebagai editor, Tika adalah sutradara, Jacobus seorang art director, sementara Kubil gemar fotografi. Bersama lingkungan seni mereka, Institut Kesenian Jakarta, perkara presentasi visual juga menjadi andalan dan keahlian Indische Party. 

Video musik “Waiting For You” disutradarai dan disunting oleh Japs. Selain itu mereka juga memproduksi video musik untuk lagu “Sepeda” dan “Hey Girl”.  Bersama sound khas mereka, citra band Indische Party semakin utuh dipresentasikan.  Dengan segera Indische Party dapat diperkenalkan kepada khalayak dan mendapatkan posisinya di tengah banyaknya band independen di Indonesia.

Harlan Boer adalah penulis, musisi, produser, dan seniman visual. Pernah tergabung bersama the Upstairs, C'mon Lennon, dan menjadi manajer band Efek Rumah Kaca. Sebagai singer-songwriter hingga kini sudah merilis sejumlah single, 4 mini album, dan 2 album penuh. Tinggal dan bekerja di Jakarta.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner