Buku dan Lirik, Dua Mata Pisau yang Sama Mematikan

Buku dan Lirik, Dua Mata Pisau yang Sama Mematikan

Di awal tahun '90an, saya mulai berkenalan dengan musik yang lebih keras dari rock. Adalah band Metallica yang membuat saya tertarik dengan musik mereka dan penasaran dengan isi liriknya. Di kamar teman yang punya koleksi album Metallica cukup lengkap, saya putar setiap albumnya. Di beberapa album, dalam bungkus kasetnya ada yang menyertakan cetakan lirik. Saat itu, pendengaran saya kesulitan untuk memahami apa yang diteriakan oleh James Hetfield. Usia saya saat itu 14 tahun dan kemampuan bahasa Inggris saya sangat berantakan.

Salah satu yang menarik perhatian saya adalah album Ride The Lightning yang sampul albumnya bergambar kursi listrik yang di atasnya terpampang besar logo Metallica bertekstur metal dengan hiasan petir menyambar. Yang membuat saya tertarik dengan album ini adalah lirik yang ditulis di tiap lagu sangat panjang, begitu juga dengan durasi lagunya yang rata-rata di atas lima menit. Sangat berbeda dengan album pertama mereka Kill 'Em All. Bahkan ada lagu yang durasinya hampir mencapai sembilan menit.

Mengandalkan kamus bahasa Inggris – Indonesia, saya coba artikan kata perkata dalam lirik-lirik di album tersebut. Saya begitu penasaran dengan apa yang ingin diceritakan oleh Metallica melalui lirik mereka. Hingga muncul sebuah pertanyaan besar: dari mana mereka mendapatkan ide? Merancang tema? Memilih kata demi kata hingga akhirnya bisa bercerita menjadi satu kesatuan utuh dengan musik yang mereka ciptakan. Di usia itu mungkin jadi pengalaman pertama saya membedah lirik sebuah band. Dan pertanyaan itu terus menghantui saya.


Lokasi penjualan buku bekas di Cikapundung | Sumber: kompasiana.com

Karena ketertarikan pada musik metal itulah akhirnya minat saya terhadap buku semakin bertambah. Di Bandung, ada sebuah tempat bursa buku bekas. Berjajar di sepanjang jalan Cikapundung menempati lahan trotoar depan gedung PLN, beraneka buku bekas dijual dengan beragam harga tergantung kondisi.

Di situlah saya biasa menghabiskan tabungan untuk berburu majalah musik metal bekas. Majalah seperti Metal Hammer, Kerrang!, Hit Parader dengan edisi yang biasanya telah terbit satu tahun lalu. Seperti itulah saya biasanya mencari informasi terkait band-band metal yang ada di seluruh dunia. Dan jika beruntung, masih ada bonus poster yang masih lengkap terselip di tengah halaman. Kalaupun tak ada, biasanya setelah habis dibaca setiap halaman dengan foto-foto berwarna saya gunting kemudian ditempel dijadikan poster.

Ranah musik bawah tanah kota Bandung tidak akan pernah sama jika Addy Gembel tidak hadir di era '90an. Bersama grup musik ekstrim yang dinamai Forgotten, ia lantang menyuarakan hal-hal provokatif dan kontroversial, dengan dua jenis pilihan bahasa: frontal dan sangat frontal.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner