Booking Agent / Tour Coordinator (Part 1)
2017, tahun di mana saya dihadapkan di antara dua pilihan: terus aktif mengorganisir tur band atau memilih untuk fokus bekerja. Pilihan yang cukup sulit saat itu, mengingat energi dan passion saya saat itu tengah tercurah penuh untuk mengorganisir tur atau menjadi koordinator tur band yang akan melakukan tur yang tanpa terasa sudah saya jalani selama lima tahun (2012 – 2017). Walau terbilang singkat, tapi banyak hal dan pelajaran yang bisa saya petik ketika mengorganisir sebuah tur.
Itu semua dilakukan dengan learning by doing, seperti memulai dengan banyak bertanya dan bertukar pikiran dengan teman-teman yang telah memulainya lebih dulu, dalam hal mengorganisir sebuah tur. Hal-hal kecil, seperti mengontak banyak teman di jejaring pertemanan nusantara untuk mencari event organizer atau organizer lokal yang bersedia membuatkan acara di masing-masing kota, membuatkan jadwal, mengatur akomodasi, transportasi dan banyak hal lagi. Semua itu terbentuk secara alamiah dan organik. Tur masih menjadi sarana pilihan yang sangat strategis untuk band dan label rekaman untuk mempromosikan album terbaru atau sekedar membuka jaringan baru.
Mengorganisir sebuah tur adalah salah satu aktivitas di komunitas ini yang tidak terlalu banyak dilirik oleh kebanyakan orang. Lain halnya dengan pilihan seperti membentuk sebuah band atau membuat label rekaman yang banyak dipilih oleh orang untuk terlibat aktif di komunitas. Aktivitas ini bisa dibilang memakan banyak energi, terlebih lagi tur yang tidak money-oriented. Seperti kebanyakan tur-tur mandiri dengan etos DIY (Do It Yourself) yang selama ini telah banyak dilakukan oleh teman-teman. Tetapi, lain halnya juga dengan tur yang memang dirancang dengan cukup serius dengan melibatkan perputaran uang di dalamnya.
Comments (0)