Berhenti Untuk Menyalakan Api

Berhenti Untuk Menyalakan Api

Kita ini berkegiatan yang disebut “main band”, awalnya adalah “main”. Maka sesulit apapun keadaannya sebisa mungkin esensi menyenangkan dari main itu tidak akan pernah pudar

Tanpa terasa, kita sudah masuk di kuartal ke-empat tahun 2021. Tersisa hanya 3 bulan untuk memasuki ranah petualangan baru milik 2022. Masih keinget jelas sih sekitar 587 hari yang lalu, tepatnya 5 maret 2020, saya menyelesaikan panggung terakhir di salah satu gigs di bilangan Kemang dan bagaimana manajemen meyakinkan bahwa hingga akhir 2020 bakal terpenuhi oleh sejumlah stage yang negosiasinya sudah memasuki tahap dealing. Siapa sangka sekitar dua minggu sesudahnya pemerintah mengumumkan anjuran lockdown yang hasil akhirnya bisa kita tebak dan rasakan hingga hari ini.

Sektor yang kita geluti dan (mungkin) kita cintai ini jadi sektor yang pertama merasakan dampak dan bakal jadi sektor yang akan terakhir pulih total dari kondisi ini. Puluhan list panggung dan juga list jadwal promo rilis terpaksa harus ditunda bahkan beberapa dibatalkan. Posisinya jadi terpaksa memilih :  memaksakan alur kerja agar roda ekonomi perusahaan (band)  tetap berjalan atau harus memilih mendukung upaya pencegahan, tapi dengan segala kata terpaksa mengorbankan satu sisi pemasukan. Ada juga yang mulai mempertanyakan "Apa jalan ini masih layak untuk saya perjuangkan?", saya salah satunya, karena memang ada kebiasaan yang hilang, diluar itu juga berdampak ke penghasilan, no more nongki-nongki kopi fancy, hahaha.

Tapi kemudian pelan-pelan kami-kami ini berpikir, di sisi lain kondisi ini jadi mengajarkan kami banyak hal dan kami juga jadi belajar hal yang dulu tidak sempat kami jelajahi atas nama kesibukan dan lain lain. Mempelajari hal-hal lain mulai dari yang berhubungan dengan musik yang semakin meluas, tidak hanya dari segi penciptaan tapi juga (karena waktu yang senggang) segi manajerial, yang selama ini rasa-rasanya tidak terlalu kami pedulikan. Kebiasaan yang tadi dinilai hilang lambat laun menjadi bias oleh datangnya beberapa aktivitas baru seperti:  mulai menyesuaikan diri untuk mengerjakan rekaman dari rumah masing-masing, mulai belajar editing audio dan video untuk sekedar menaikkan konten live dari rumah masing-masing yang kemudian dirangkai menjadi satu video utuh, bahkan mulai mendalami caranya membuat live show sendiri. Aktivitas ini juga yang mampu mengubah pertanyaan diatas tadi "Apa jalan ini masih layak untuk saya perjuangkan?" untuk berubah menjadi "Belum waktunya aja ini mah, masih ada cara lain yang bisa dipikirin juga ternyata ya".

Saya sendiri tertampar keras oleh ibunda saya ketika hampir menjual separuh isi studio. Saat itu rasanya sangat ingin menyerah dan hendak menyudahi perjalanan di musik. Beliau menunjukkan video yang dia ambil diam-diam bertahun-tahun silam. Berisikan adegan: Saya yang berseragam SMP, memegang raket sebagai gitar, melompat lompat dan menunjuk-nunjuk kaca, berimajinasi seolah sedang ditonton ratusan orang. Setelahnya, Beliau meminta saya memutar video penampilan terakhir saya di satu festival tahun 2019 silam, lalu berkata :

"Kamu sudah bisa mengubah apa-apa yang dulu hidup di khayalan kamu jadi aktivitas yang benar-benar kamu lakukan, yakin mau menyerah? Gimana kalau kamu hanya diminta berhenti sementara, mengasah diri, lalu maju lagi?"

Ya, ternyata kata-kata itulah yang saya tunggu, mungkin memang bukan jawaban pasti dari segala keraguan yang dialami, tapi setidaknya perkataan itulah yang menjadi trigger dan titik balik segala keluh kesah menjadi semangat untuk tetap berusaha berkarya. Kita yang berkarya ini adalah orang-orang yang nantinya tak akan dilupakan oleh sejarah, walaupun tidak dalam skala besar jumlah manusia yang mengingatnya, karena itu kenapa harus berhenti secara total? Kondisi ini adalah perhentian sementara, pitsop mungkin dalam istilah balapan. Dimana kita mengisi bahan bakar yang nantinya memperkuat laju kita. Percayalah, kondisi ini hanya sementara, dan diluar sana sudah banyak teman-teman yang terus berusaha menelurkan ide mereka dalam bentuk karya. Ada yang merilis lagu, mulai menyusun materi album, sedang shooting video klip, yang terus menulis jurnal-jurnal referensi musik pun ada. Pasti ada jalan untuk yang tak pernah berhenti melakukan hal-hal yang dicintai.

Untuk saya pribadi, saya meyakinkan diri saya bahwa tujuan awal saya berkarya adalah untuk mengekspresikan apa-apa yang saya mungkin tak mampu mengungkapkannya lewat kata-kata. Hal itu yang setidaknya mampu mengikis banyak keraguan untuk saya memulai kembali, menata diri di perhentian sementara ini, untuk kemudian melanjutkan apa-apa yang telah saya dan kawan-kawan mulai selama ini: bermain di ranah audio. Saya juga teringat sebuah wejangan ikonik dari Gebeg (Taring) “Tetap tersenyum dan main band”. Wejangan dari seorang yang saya anggap menginspirasi dan saya angkat topi jika mengingat kisah perjuangannya dalam bermusik. Betul juga ya, kita ini berkegiatan yang disebut “main band”, awalnya adalah “main”, maka sesulit apapun keadaannya sebisa mungkin esensi menyenangkan dari main itu tidak akan pernah pudar. Biarlah hal-hal dibelakangnya seperti ketenaran atau uang mengikuti perjalanan menyenangkan ini. Toh dulu pun kami memulainya belum dengan iming-iming insentif apapun. Hanya kesenangan dan kepuasan semata.

Kita sudah banyak kehilangan semenjak kisah awal pandemi ini dimulai, baik yang berupa kehilangan semangat, kehilangan pemasukan dan penghidupan dari sektor musik, hingga kehilangan orang-orang yang amat kita kagumi. Bulan September kemarin, kita dirundung begitu banyak berita duka, kehilangan sosok mendiang Eben salah satunya, maka Oktober dan seterusnya mari kita menyalakan api untuk terus menerangi semangat Eben dan para pendahulu kita yang tak pernah padam selama ini dalam berkarya dan melakukan hal-hal yang amat mereka cintai. Raga mereka boleh hilang dan berhenti melakukan hal-hal luar biasa yang mereka lakukan seumur hidupnya, tapi tidak tentang semangatnya. Sudah cukup waktunya berhenti, mari kita mulai kembali menyalakan api. Terakhir, Izinkan saya menutup tulisan ini lewat kutipan lirik lagu Troü yang berjudul 'Berhenti':

"Maka berhenti, tapi jangan kau sembunyi. Ingin kulihat lagi, api yang dulu menari"

Hariz Lasa

Hariz Lasa adalah seorang penulis lagu, penyanyi dan seorang multi-instrumentalis. Hariz tergabung dalam dua unit musik yaitu unit alternative bernama Troü dan unit experimental rock bernama Diocreatura. Meski dikenal sebagai seorang pemusik, Hariz justru mengawali perkenalannya dalam kancah musik sebagai seorang jurnalis untuk MusicBandung dan juga penggiat komunitas musik di Beat n' Bite semenjak tahun 2010. 

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner