Berdosakah Jika Tak Antusias pada HUT RI?

Saya juga baru sadar bahwa Bhinneka Tunggal Ika yang ada di bawah burung Garuda itu bukan semboyan asal keren dan bombastis. Waktu masih sekolah saya tak paham artinya itu. Cuma hafal.

Baru sekarang lah saya sadar, bahwa betapa hebatnya para pendiri bangsa ini. Merumuskan sesuatu yang bisa mewakili semua keragaman yang ada. Bangsa kita ini terlalu beragam sehingga perlu dipersatukan oleh sesuatu yang memang datang dari area netral. Bukan dari area agama. Bukan juga dari area suku bangsa.

Hebat lah Soekarno dengan konsep Pancasila.

Sekarang orang sudah banyak yang lupa bahwa kita punya semboyan “Berbeda-beda tetapi tetap satu juga” dan banyak yang ingin menyeragamkan bangsa kita dengan paham yang mereka yakini paling benar. Padahal ya sudah ada Pancasila yang mewakili itu semua. Tak perlu lah ada ideologi lain yang menggantikannya. Kalaupun masih banyak ketidakberesan di negara ini, saya yakin itu bukan karena negara ini tak memakai hukum agama tertentu buat mengatur hidup warga negaranya.

Wah gawat nih. Menyebut-nyebut agama. Sudah ah, takut ada yang sensitif. Hehehe. Lagipula, saya sudah harus membuka pesan di grup WhatsApp komplek. Bapak-bapaknya sedang membahas persiapan Agustusan di komplek. Ya saya sih tak terlalu antusias menghadapinya. Tapi, anak saya sudah bertanya dari kemarin, “Kapan lomba Agustusan diadakan di komplek?”

Minimal, anak saya kan jadi senang. Dan semoga ini jadi kenangan indah buat dia. Syukur-syukur sampai dia dewasa. Dan kalau dia jadi penulis juga, terus diminta menulis tentang Agustusan oleh sebuah media online, dia bisa menulis: Saya selalu senang menyambut Agustusan. Dari kecil hingga sekarang. Berbeda dengan bapak saya yang hilang antusiasmenya ketika beranjak dewasa. 

Dan anak saya memasukkan link tulisan ini di tulisannya nanti. Yaaa, itu pun kalau situs ini masih ada ketika anak saya dewasa nanti.