Berbagi Kebaikan : Kebaikan Yang Tertular

Pengalaman turun ke lapangan membagikan sembako. Wah. We’re all in the same storm, but not in the same boat. Nyata banget ini. Buat kita yang punya priviledge di rumah aja, mungkin mudah untuk ngejudge orang harus di rumah aja. Tapi yang aku lihat ketika turun ke perkampungan padat penduduk ketika bagiin sembako kemarin, mereka lebih takut kelaparan dibanding covid, karena itu nyata mereka hadapi. Pilu banget, mendengar curhatan seorang janda manula yang gak bisa lagi jualan pecel karena pandemi ini, gak ada pemasukan sama sekali dan berhari-hari gak makan, nangis sejadi-jadinya ketika nerima sembako. Wah. Speechless sekali.

We’re all in the same storm, but not in the same boat. Selalu ada cara untuk membentang kebaikan. Ada rasa adem melihat banyak inisiasi kepedulian yang digagas teman-teman dari berbagai background dan para influencer di luar sana (kita ini pun influencer loh, influencer untuk orang-orang sekitar kita, so use it wisely) karena situasi di luar masih mencekam. Banyak yang kehilangan orang terdekat karena covid. Banyak tenaga medis yang berbulan-bulan harus berjuang dan menyaksikan rekan sejawat merenggangkan nyawa. Banyak yang berhutang sana-sini untuk nyambung hidup. Banyak yang gak bisa pulang kampung dan kesepian demi melindungi keluarga. Banyak yang terpaksa harus keluar rumah nyambung hidup walau selalu ketar-ketir dalam hati. Melihat situasi dari berbagai kalangan bikin aku mulai memahami berbagai sudut pandang. Dan semakin punya empati. Buat kalian yang masih kuat untuk bertahan, untuk membantu sekitar, untuk support virtual teman-teman yang stress, yuk lakukan. Kebaikan gak harus dalam bentuk nominal, bisa juga dalam bentuk empati perhatian dan doa. Setiap support counts in the hard times like this.

Intinya, bagaimanapun kondisimu, bertahan ya. Dan buat kamu yang masih kuat: Jangan lelah untuk menebar kebaikan, karena kebaikan akan kekal sementara lelah akan hilang. Semoga hari kalian menyenangkan!