Banyak Band, Banyak Rezeki

Banyak Band, Banyak Rezeki

Hal yang tak kalah penting ketika menjalankan beberapa band adalah jangan pernah melakukan perbandingan. Sama halnya seperti perusahaan, setiap band punya etos kerja yang berbeda-beda

Pada zaman sekarang mungkin sudah bukan sesuatu yang aneh jika kita melihat band yang personilnya tergabung di dalam beberapa band. Bukan tanpa loyalitas, lebih dari itu mungkin beberapa musisi perlu banyak tempat untuk menuangkan karya dan ruang lebih banyak untuk dapat mengekspresikan diri.

Siapa yang tak kenal Travis Barker? Seorang drummer dengan ciri khas dan karakter yang kuat. Sebagian orang mungkin mengenalnya saat bermain bersama Blink 182 sejak tahun 90an. Diluar Blink 182, Travis juga banyak sekali menghasilkan karya, seperti diantaranya bersama Aquabats, Transplant, +44, Box Car Racer dan beberapa proyek musik lainnya. Bahkan didalam band-band tersebut berisikan orang-orang yang merupakan pentolan band-band besar, seperti sebut saja Tim Armstrong dari Rancid yang punya inisiasi membentuk Transplant bersama Travis dan kawan lainnya. Bagi mereka membentuk sebuah grup baru mungkin bukan sebagai pelarian atau persiapan untuk hengkang dari band terdahulunya, tapi mungkin untuk meluapkan ide-ide yang tidak dapat direalisasikan bersama band mereka masing-masing.

Saya sendiri memulai eksplorasi bermusik bersama banyak band saat masih kuliah. Saya banyak belajar dari dosen dan teman-teman yang kebanyakan merupakan praktisi di dunia musik. Salah satunya dari Sani Harjasyah atau yang kerap dipanggil abah Sani, yang merupakan dosen drum di kampus kami. Dari abah Sani saya belajar untuk tidak idealis dalam bermain drum di satu genre saja, “Tong bauan main drum mah” kata beliau. Seperti yang kita tahu abah Sani adalah orang yang berada dibalik drum dari beberapa band maupun solois. Permainan agresif dan powerfullnya pada saat tampil bersama bandnya, Jeruji sedikit berbeda ketika dia tampil lebih groovy bersama Rock N roll mafia atau pun Munthe. Dari abah Sani juga saya menemukan ungkapan “Banyak band banyak rezeki, di mana maksudnya bukan hanya rezeki secara materi saja, tapi juga pengalaman dan relasi yang semakin luas.

Berangkat dari situ saya mulai membantu banyak band dengan banyak genre, hingga mencoba untuk main di caffe dan bar dengan band-band top 40 untuk menambah pengalaman . Ternyata benar, dari situ saya bisa kenal banyak orang dan punya kesempatan untuk bisa main dengan banyak band dan musisi sebagai session player. Sebut saja Noin Bullet, Iankanlah, Ocan Siagian  dan banyak lainnya. Selain sebagai session player saya juga berkarya bersama band saya sendiri, Captivate dan Saritme sejak 2012.

Ada banyak tantangan saat berkarya dengan banyak grup, salah satunya adalah dalam membagi waktu antara satu band dengan yang lainnya. Belum lagi secara waktu mau tidak mau harus terbagi lagi antara berkarya dan bekerja, mengingat main band di Indonesia kalau tidak jadi pengusaha ya tetap harus bekerja. Menurut saya banyak orang yang ingin hidup dari band, tapi lupa jika menghidupkan band juga merupakan hal yang sama sulitnya. Hal itu yang coba saya implementasikan bersama Saritme dan Captivate, bagaimana caranya band tetap berjalan, begitu juga dengan hidup kita.

Selain masalah waktu kita juga harus beradaptasi dengan gaya berkarya setiap band yang tentunya memiliki perbedaan satu dengan yang lain, mulai dari proses kreatif hingga kebiasaannya. Kita pun harus membiasakan kuping kita untuk mendengarkan banyak musik yang berbeda sesuai dengan referensi setiap band. Dulu pertama kali manggung bareng Captivate ada hal yang agak beda diatas panggung, di mana biasanya saya lihat penonton pogo kalau manggung bareng Saritme. Awanyal terasa aneh tapi lama-kelamaan saya baru sadar kalau cara apreasiasi penontonnya memang berbeda, begitu juga cara menikmati musiknya.

Saat main di banyak band kita memang harus bisa beradaptasi dari cara berpenampilan maupun bersikap karena setiap band punya skena-nya masing-masing dengan karakter komunitas yang berbeda juga.

Berbicara soal adaptasi, ada banyak yang saya pelajari saat berkarya dengan banyak grup saat menjadi session player, salah satunya adalah menempatkan posisi. Biasanya didalam satu band itu ada satu orang sebagai motornya dan yang lain cukup sebagai support system. Semua tetap punya peranan penting, tapi dengan begitu mungkin bisa mengurangi terjadinya konflik internal. Seperti Bimbim di Slank atau Ahmad Dhani di Dewa, nampaknya akan sulit menurut saya jika ada dua Ahmad Dhani di Dewa. Namun bukan berarti peran Andra dan yang lainnya tidak penting, tapi semuanya saling melengkapi sesuai porsinya.

Hal yang tak kalah penting ketika menjalankan beberapa band adalah jangan pernah melakukan perbandingan. Sama halnya seperti perusahaan, setiap band punya etos kerja yang berbeda-beda, begitu juga dengan kebiasaan orang di dalamnya yang membuat treatment berbeda pula.  Ada yang mengedepankan kekeluargaan, ada pula yang menuntut untuk produktif dengan tujuan komersil, keduanya tidak ada yang salah karena yang terpenting setiap personil memahami tujuan band dan kebutuhan satu sama lain. Selain itu, proses berkarya band pun berbeda-beda dan cara yang sama belum tentu berhasil jika diterapkan satu sama lain. Bisa jadi karena perbedaan segmentasi band ataupun faktor lainnya.  Hal ini yang membuat segala sesuatu tidak bisa dipaksakan dan harus berjalan secara natural dan biarkan band menemukan jalannya masing-masing.

BACA JUGA - Berhenti Untuk Menyalakan Api

Riha Sadikin

Riha Sadikin merupakan seorang drummer dari dua band berbeda bernama Saritme dan Captivate. Selain itu dia juga kerap menjadi session player drummer untuk beberapa band dan solois di kota Bandung. Selain bermusik dia juga siaran di sebuah radio di Bandung. 

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner