Awas Pestolaer Nyembur Lagi!

Awas Pestolaer Nyembur Lagi!

Dari mana semua ini berasal? Kenapa Pestolaer kali ini muncul-muncrat dengan gaya seperti ini?

Bila album pertama mereka dahulu yang dirilis circa 1995 terasa banyak pengaruh indie dari Charlatans, album kedua Jang Doeloe berwarna indie-pop pada 1997, kemudian Tribute For You pada 2006 pun masih terasa meneruskan tradisi itu—dengan masih memberi dosis psikedelia mengawang-awang sambil tersisipi goth dan industrial (paling kental pada lagu hingga video musik “New Decade”), begitu pula yang terdengar pada album Rhythm of Mine pada 2013 yang berisi rekam ulang katalog lama mereka dengan personil dan sentuhan aransemen baru—termasuk kembali merekam lagu “Oempama” bersama vokalis tamu Vivi Coaster dari Wondergel. Pada 2013 pula dirilis antologi “Birth- School- Indie Rock- Death” yang merangkum katalog lama mereka. Rekaman Pestolaer juga pernah tampil untuk soundtrack film, lagu “Colors” pada Kuldesak (1998) dan ‘Tribute to Amster” pada Catatan Akhir Sekolah (2005). Keduanya adalah film yang “cult” pada zamannya masing-masing.

Lama tidak terdengar kabar dan karya barunya, ada apa dengan Pestolaer hari ini? Kini lagu-lagunya seperti meloncat ke sarang permulaan mereka ketika terbentuk pada 1992 dan memainkan punk rock, tentu dengan perbekalan amunisi kecuekan hari ini yang menjadi-jadi. Sebetulnya bukan hal yang aneh pula. sebab “cuek”, “asik sendiri”,  sesungguhnya memang dekat dengan jejak Pestolaer. Dikenal pertama membawakan Sex Pistols, U.K. Punk ’77, pada 1994 Pestolaer meneruskan dengan memainkan The Stone Roses, Charlatans, hingga kemudian Oasis dan Blur. Taba mengenang acara Festival Musik Alternative di Meteng, Jakarta circa 1994, ketika Pestolaer memainkan “No Feelings” dari Sex Pistols dan juga membawakan lagu mereka sendiri, yang menjadi penanda titik tolak perjalanan berikutnya bersama indie rock. Pada era Pestolaer membawakan punk rock, dikenal memainkan lagu-lagu Sex Pistols, pada 1992-1994, mereka belum pernah merekam karya sendiri. Justru sekarang kita bisa mendengarkan endapan dari perjalanan dan asal mula itu. Album kompilasi dari Young Offender adalah pemicunya!

Young Offender adalah komunitas punk yang diinisiasi oleh Ondy dari Submission dan Taba pada awal 1990an. Keduanya berkenalaan pada sebuah acara musik di kampus Institut Kesenian Jakarta yang berlangsung rusuh, dengan Ondy sempat mencatat nomer telepon Taba di kertas bungkus rokok sebelum mereka terpisah. Nama Young Offender diambil dari judul lagu Disrupters yang terdapat dalam album kompilasi Punk and Disorderly.  Taba mengingat bahwa tiga volume Punk and Disorderly adalah yang dahulu sering didengarkan. Tak bisa dipungkiri, Punk and Disorderly, dengan puluhan band termuat di sana—dari Vice Squad, The Partisants, sampai G.B.H.—adalah kompilasi komprehensif yang klasik.

Dari pertemuan ke pertemuan, Young Offender terus berkembang. Melalui divisi Slammer Productions mereka juga rajin membuat berbagai acara independen dan membangun jejaring. Tetapi dekade 1990an juga tentang kegelapan drugs, masif dan brutal, berdampak pada kegiatan-kegiatan Young Offender yang semakin menghilang. Setelah badai memudar, kondisi lebih stabil, Young Offender pada era 2000an kembali mengadakan acara-acara musik. Sampailah berlanjut diwujudkannya proyek album kompilasi berisi 19 band/musisi—acara peluncuran CD-nya diadakan secara virtual pada 31 Januari 2021. Sudah tentu Pestolaer, salah satu eksponen Young Offender, ada di dalam album kompilasi itu..

Taba mendatangi gitaris Angga, Sudah bertahun-tahun belakangan ini, Pestolaer memang biasa merekam materi lagu di studio di rumah Angga. “Gue punya satu memori dengan ‘anak-anak’, punya pattern yang bisa dikenang bahwa kita dulu berasal dari tempat itu, namanya punk rock,” jelas Taba tentang arah musik Pestolaer untuk album kompilasi Young Offender.

Maka, lahirlah lagu “Monas”. Primitif, noise, simpel, inosen, tak ambil peduli … punk rock!

Aku suka ke Gambir

Suka banget ke Gambir

M.O.N.A.S…

Mo Mo Mo Mo…Monas!

“Si Taba ngomong apa, sih, tentang lagu ‘Monas’ sehingga lo nerjemahin musiknya kayak begitu?” tanya saya pada Angga via WA. Angga mengetik, “Yang jelas pengalaman dia masa SMA yang suka nongkrong di sana. Sementara gue hanya coba melihat dari tutur kata dia hingga bahasa tubuhnya menerangkan gimana bikin rif  gitar pakai mulut…”

Lagu “Monas” memang tentang nostalgia Taba yang dahulu suka nongkrong bersama teman-temannya di Monas dan Gambir. Pemain bas Mada dan penabuh drum Onez segera diminta datang ke studio. Tanpa latihan yang berarti, mereka langsung merekam “Monas”. Energi meletup-letup, rekaman tidak perlu rapi, dan kegembiraan pun datang. Penuh spontanitas dan atraksi bebas. Dari hanya merekam satu lagu untuk proyek album kompilasi Young Offender, Taba segera ingin meneruskan merekam lagu-lagu berikutnya. Angga pun ditantang oleh Taba, untuk membuat album dalam empat kali pertemuan. Setiap pertemuan, menulis dan merekam dua lagu. Tampak tiada satu pun personil Pestolaer yang keberatan. Album baru dikerjakan! Album itu kacau sekali! Vokal dalam hampir semua lagu hanya diambil sekali rekam. Musik dan lirik penuh spontanitas. “Gue garap album ini nggak ada beban satu pun. Semua senang, semua player nyanyi,” jelas Taba.

Harlan Boer adalah penulis, musisi, produser, dan seniman visual. Pernah tergabung bersama the Upstairs, C'mon Lennon, dan menjadi manajer band Efek Rumah Kaca. Sebagai singer-songwriter hingga kini sudah merilis sejumlah single, 4 mini album, dan 2 album penuh. Tinggal dan bekerja di Jakarta.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner