Asep Balon; Dari Majalaya ke Negeri Sakura (Bagian Dua)

Asep Balon; Dari Majalaya ke Negeri Sakura (Bagian Dua)

BACA JUGA - Asep Balon; Dari Majalaya ke Negeri Sakura (Bagian Satu)

Tiba di apartemen, aku bertemu dan langsung berkenalan dengan beberapa pengurus dari komunitas Baraya Viking Japan (BVJ). Ada Teh Mirra yang juga adalah ketua umum dari BVJ, ada juga Mang Apri, Mang Dul, Mang David, Mang Joyo dan juga Mas Hendra. Aku juga bertemu dengan Mang Dimas Djockie, frontman dari salah satu band legend dari Bandung, yakni Rentenir FC. Di sana, kami langsung bertukar cerita dan tertawa bersama sampai akhirnya Mas Hendra membuatkanku kopi. Di udara dingin yang kala itu mencapai 4°C, kopi dan rokok adalah pasangan yang tidak bisa dipisahkan, bagai Apoy 'Wali' dan gitar hijau stabilonya, cocok pisan pokoknya.

Tapi, ada sedikit kejanggalan ketika aku menyeruput kopi tersebut. Ada rasa asin yang begitu kuat di dalam lidahku. "Oh kieu meureun nya rasana kopi Jepang mah. Beda jeung di Indonesia" (Oh, begini mungkin rasa kopi Jepang. Beda dengan di Indonesia) ucapku dalam hati. Kedua kalinya aku menyeruput kopi itu, aku semakin aneh dan semakin yakin "Teuuuuuu. Ieu mah lain kopi Jepang, ieu mah rasa uyah.." (Tidak... Ini bukan kopi Jepang, ini rasa garam) dan ternyata benar, Mas Hendra yang membuatkanku kopi terlalu mabuk dan malah memasukkan garam ke dalam kopiku. Hahaha.

Banyak sekali pelajaran yang aku dapatkan selama berada di Jepang, salah satunya adalah kebersihan. Selama aku di Jepang, aku tidak sekalipun menemukan jenazah tikus yang tergeleng mobil di jalan, sepatu bayi yang cuma sebelah, ataupun puntung rokok yang sudah gepeng karena tergeleng juga. Kemanapun aku pergi, semuanya pasti bersih. Selain itu, kedisiplinan orang-orang Jepang mengenai waktu juga sangat mengagumkan. Di Jepang mungkin tidak akan ada orang yang bilang otw, padahal mah masih di rumah baru mau mandi.

Yang hebatnya lagi dari orang-orang Jepang adalah hampir 80% dari mereka selalu bepergian memakai transportasi umum. Di jalan teh sarepi weh, aku jarang sekali melihat orang yang memakai motor. Tidak ada pemakai motor yang gegeberan ga pake helm, tidak ada ibu-ibu yang caranya mengendarai motor seolah-seolah adalah penguasa di jalanan. Kapan ya Indonesia bisa seperti itu? Mungkin perlu belasan atau bahkan puluhan tahun. Tapi semuanya harus dimulai dari diri kita sendiri dulu. Karena sesuatu yang besar adalah hal-hal kecil yang kita lakukan secara konsisten. Meureun eta ge.

Asep Balon adalah seorang rapper yang berasal dari Majalaya, Kabupaten Bandung di bawah naungan SG Entertainment. Asep Balon dikenal dengan lirik-lirik lagunya yang berbahasa Sunda dengan karakter lirik yang kental dengan balutan komedi sekaligus keras dan frontal, walau terkadang lirik lagunya menuai kontroversi.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner