Apakah Sahabat-Sahabatku Terbelenggu Di Bulan Ini?

Apakah Sahabat-Sahabatku Terbelenggu Di Bulan Ini?

Tahun ini, adalah bulan Ramadhan kesekian yang dilewati bersama "mereka", sahabat-sahabat kecil tak kasat mata.  Entah sudah berapa puluh kali orang bertanya apakah mereka tetap muncul di bulan puasa? Padahal kami percaya bahwa setan dibelenggu saat ini, setidaknya sampai nanti lebaran tiba.

Terkadang ada beberapa hal yang tak bisa ditelan mentah-mentah mengenai tafsir hadist. Mengutip dari HR. Bukhari No. 1899 dan Muslim No. 1079 yang menyatakan "Jika bulan Ramadhan, pintu-pintu rahmat dibukakan, pintu-pintu Jahanam ditutup, dan setan-setan pun diikat dengan rantai." Yang lainnya menyatakan, "Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan dibelenggu." Bagi saya yang awam, dengan mudah saya mencerna bahwa tak akan ada setan, hantu, mahkluk halus, di bulan Ramadhan yang penuh berkah.

Saya begitu menyukai hadist ini. Setidaknya satu bulan di setiap tahunnya saya bisa merasakan ketenangan karena tak usah cemas melihat mahkluk-mahkluk tak kasat mata yang tak ingin saya temui. Diberi kelebihan untuk melihat mahkluk yang tak biasa dilihat oleh manusia lain, bukan berarti bisa bebas memilih apa yang ingin saya lihat. Lain halnya jika kedua mata ini hanya melihat hantu-hantu lucu, enak di pandang, dan tak gemar menakut-nakuti. Sempat terbersit waktu kecil dulu, bahwa kemampuan ini adalah sebuah kutukan, bukan anugerah.

Namun ternyata mereka tetap muncul, meski hari sudah menginjak bulan Ramadhan.

***

Ketika itu, Ramadhan ke tiga belas di hidup saya. Dengan pemikiran bahwa bulan ini adalah bulan tanpa melihat hantu, saya sedikit kelewat batas, dan kelewat berani. Ada beberapa tempat yang saya hindari sejak saya sadar punya kemampuan tak biasa ini. Diantaranya, sebuah tempat pembuangan sampah yang cukup besar tak jauh dari komplek, dan sebuah rumah tua yang selalu terlihat menyeramkan karena seringkali sosok hantu perempuan muncul disana dengan ekspresi marah dan melotot khasnya.

Namun ini kan Ramadhan! Buat apa menghindari tempat-tempat itu? Sudah sejak lama saya mengubah rute jalan kaki saya menuju rumah ataupun sekolah, menghindari tempat-tempat itu meski konsekuensinya adalah jarak tempuh yang lebih jauh. Menyambut Ramadhan jadi lebih ceria bagi saya, ada hal baru yang tak sabar untuk dinanti.

Benar, ketika pergi menuju sekolah, tak ada gangguan apapun disana. Tempat dimana sempat saya melihat mahkluk-mahkluk mengerikan yang berusaha untuk membuat saya lari terbirit sambil berteriak-teriak ketakutan. Jarak tempuh menuju sekolah pun menjadi lebih pendek. Ketenangan dalam hati, ditambah kedamaian saat berpuasa, membuat saya sangat bahagia! Menahan lapar dan haus bukanlah pantangan, kedamaian ini berhasil menghalau rasa lapar sekalipun.

Rupanya saya kelewat bahagia, hingga terkesan sombong dan bersikap seolah sedang menantang "Mereka".

***

Sengaja, hari itu saya ikut acara buka puasa di luar, bersama teman-teman sekolah. Jika pulang sendirian ke rumah dengan berjalan kaki atau kendaraan umum, biasanya saya tak berani untuk ambil resiko pulang malam hari. Tapi, ini kan Ramadhan! Tak ada lagi yang perlu ditakutkan, termasuk suasana malam yang biasanya mencekam.

Tak ada yang terjadi pada saat melewati tempat pembuangan sampah. Meski tempat itu lumayan besar, dengan pohon-pohon tinggi di sekitarnya, tapi saya tak sedikit pun merasa takut. Alih-alih memejamkan mata seperti biasa, saya malah berani membelalakan kedua mata ini untuk melihat apakah benar mahkluk-mahkluk seperti mereka dibelenggu kali ini, sebulan ini. Benar, tak ada apa-apa disana! Mereka dibelenggu. Rasa percaya akan hal itu mulai membuat saya congkak, ada perasaan ingin mendatangi semua tempat yang saya hindari hanya untuk merasakan bagaimana rasanya jadi manusia normal.

Dan akhirnya kaki ini sampai pada rumah tua terlihat kosong yang berada beberapa ratus meter dari rumah tempat saya tinggal. Hantu perempuan yang selalu mengintip di balik pintu kaca depan rumah itu selalu memberi kesan menakutkan. Matanya melotot, wajahnya terlihat marah, dengan rambut acak dan baju putih tampak kotor oleh bercak darah. Belum tahu alasan mengapa hantu perempuan itu selalu terlihat marah saat mata kami beradu pandang. Terlalu senewen bagi saya untuk mecari tahu itu.

Karena sebelumnya berhasil melewati tempat pembuangan sampah dengan santai, kali ini dengan langkah sangat ringan kaki ini berjalan riang. Hari sudah malam, mungkin di luar bulan Ramadhan saya tak akan berani berjalan sendirian melewati rumah ini. Tak ada perasaan merinding, tak ada perasaan takut, hati kecil saya berbisik. "Ha! Kali ini aku yang menang! Tunjukan dirimu kalau memang berani!"

Hanya berselang 5 detik, tiba-tiba saja angin berhembus dari arah belakang, menerpa rambut dan bagian belakang tubuh saya. Bukan hembusan angin biasa, karena kini sekujur tubuh diterpa perasaan merinding karenanya. Badan ini tiba-tiba memaku, mata pun melotot kaget, seperti ada yang salah dengan situasi ini. Situasi ini tak asing, sering saya rasakan...          

"Pergi... Pergiiiii..."

"Pengganggu... Pergiiiii..."

Jelas terdengar bisikan suara wanita bersuara parau di telinga kanan saya. Seketika itu juga bulu kuduk meremang, rasa takut menjalar bagai aliran listrik. Entah mengapa rasanya langsung kenal siapa pemilik suara parau itu, karena lokasi saya berada tak jauh dari rumah yang biasanya saya hindari. Pasti hantu itu! Hantu perempuan yang selalu mengintip dari balik kaca rumah. Melihatnya saja tak berani, karena dia selalu terlihat marah. Dan kali ini, dia terasa sangat dekat, seolah-olah berada di belakang saya.

Tanpa ba bi bu... saya lantas berlari cepat, air mata mengalir deras dari kedua pelupuk mata. Belum pernah rasanya mengalami ketakutan seperti ini.  Keberanian yang tadi ada lenyap, berganti dengan rasa ingin segera sampai di rumah, setidaknya untuk membenamkan kepala dalam selimut hangat kamar. Rasanya lama sekali untuk mencapai rumah, seperti tak sampai-sampai. Kaki ini terus berlari, sampai akhirnya tubuh saya ambruk tepat di depan pintu rumah. Beruntung, ada nenek disana. Rupanya dia khawatir mengapa cucu perempuannya tak pulang-pulang.

Dengan terbata-bata saya menceritakan kejadian yang baru dialami. Sementara itu, nenek terus membopong saya masuk ke dalam rumah. Masih dalam keadaan panik, saya bertanya pada Nenek. "Mengapa mereka masih hadir, nek? Bukankan di bulan Ramadhan mereka dibelenggu?" Nenek tersenyum, sambil menggelengkan kepalanya.

"Hantu-hantu di dalam hatimu yang dibelenggu, Risa. Bukan Hantu atau setan yang sesungguhnya. Dan kamu harus tahu, yang membelenggu mereka tak lain dan tak bukan adalah dirimu sendiri, bukan orang lain. Kamu harus menahan segala nafsu, dan hal-hal buruk di dalam hatimu. Ingat, sebenarnya itu harus dilakukan setiap saat, bukan hanya di bulan suci saja."

Pikiran saya melayang-layang, setengah tak mengerti apa maksud dari ucapan nenek. Dengan polos saya kembali bertanya, "Jadi, hantu-hantu itu tetap ada, Nek?" Dan nenek hanya tersenyum sambil memakaikan selimut di tubuh saya, tanpa menjawab pertanyaan saya.

Image:
Jon Kenn
LawrenceCreation
Dark Haunt
 

 

Partime singer, partime writer, & partime ghosthunter

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner