Apa Kabar, Radio?

Apa Kabar, Radio?

Pada 1995, berdiri M97FM, sebuah radio yang khusus memutar classic rock! Radio ini sudah serasa sekte saja, ketika para nerd musik rock bekumpul untuk memanjakan telinga mereka dan mendengar ocehan-ocehan rock yang serasa ajaib bagi mereka di luar sana. Salah satu acara M97FM adalah Collector’s Time yang dipandu oleh Denny Sakrie—dari namanya saja sudah terbayang betapa “sekte”-nya acara ini. 

M97FM memang “radio gila”. Ada satu adegan yang masih sangat kuat saya ingat. Suatu hari, saya datang ke rumah seorang teman lama. Siang, dia baru bangun tidur. Dia keluar kamar, kembali dengan segelas kopi hitam, memutar radio yang gelombangnya tepat di M97FM. Sungguh rock!

Memasuki era 2000an, lahirlah Radio MTV Trax, yang kemudian berganti nama menjadi Trax FM. Radio ini sempat menjadi corong utama diputarnya musik-musik indie rock/pop yang semakin tumbuh di mana-mana. Band-band tersebut bahkan kerap bermain dengan set akustik di studio, hingga lahir acara off air “Terusik Traxkustik”, dengan para penampil awal The Sastro, C’mon Lennon, dan The Brandals.

Sementara itu, Radio Prambors terus beregenerasi. Bila dulu Krisna dan Ida Arimukti menjadi penyiar pagi kegemaran kawula muda, wujud generasi berikutnya di era 2000an berupa Arie Dagienkz dan Desta “Club Eighties”. Pecah! Apalagi bila Desta sudah berbahasa Inggris yang sungguh ngaco!

Masih banyak lagi nama-nama acara di berbagai radio, serta nama-nama penyiar legendaris yang bisa disebutkan, tentu termasuk Indy Barendz dan Farhan di Hard Rock FM sampai Buluk dan Jimi Multhazam di Trax FM.

Belakangan, ada perubahan signifikan pada radio. Jika dahulu beberapa radio dikenal sebagai pencanang tren anak muda dan “menciptakan hits”, kini umumnya radio lebih fokus pada memutarkan hits (dengan berbagai segmentasi pendengar radio tersebut) dan membatasi durasi cuap-cuap penyiar. Menjadi “aman” sebagai penghibur namun terasa kurang seru?  

Hari ini, ketika semua semakin meriuh: rapatnya gelombang FM, munculnya radio-radio online yang silih berganti, dan maraknya Podcast dengan beragamnya tema siaran, siapa saja yang menjadi “perayaan besar”? Sulit juga menjawabnya; saya membaca artikel tentang John Peel dulu saja.

Dan kalau mendengarkan siaran langsung pertandingan sepakbola atau bulutangkis terasa terlalu absurd di era media sosial (ada yang masih ingat dengan popularitas Bung Sambas?), mungkin boleh jadi suatu hari nanti kita masih berkirim-kirim salam lewat radio.

Harlan Boer adalah penulis, musisi, produser, dan seniman visual. Pernah tergabung bersama The Upstairs, C'mon Lennon, dan menjadi manajer band Efek Rumah Kaca. Sebagai singer-songwriter hingga kini sudah merilis sejumlah single, 4 mini album, dan 2 album penuh. Tinggal dan bekerja di Jakarta.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner