Aksi Musisi dan Media Sosial

Aksi Musisi dan Media Sosial

Saat mayoritas masyarakat skeptis dengan politik apalagi yang mereka bisa percaya untuk mengubah dunianya? Sebagian besar berkata “musik”. Mereka masih percaya dengan kekuatan musik. Ini momen yang tepat untuk musisi menyebarkan energi positif  bagi masyarakat yang percaya akan kekuatan musik. Dengan musik kita bisa mengangkat isu-isu sosial yang bergelimpangan tak berdaya saling tumpang tindih. Belum habis riwayat isu yang satu, sudah cepat bergilir tergantikan oleh isu lainnya.

Dengan bantuan musisi yang peduli. Mengemas lirik dengan visi, mentautkan isu sosial bukan dengan gaya pragmatis dan melodrama. Isu yang ada sebenarnya bila digali dan ditilik dan ditemukan akar permasalahannya. Dari situlah setiap musisi dengan cara yang beragam sesuai karakter masing-masing bisa meraciknya menjadi lirik. Tentunya dengan kata-kata yang cukup sederhana dan bisa dimengerti.

Saat lagu-lagu tersebut diperdengarkan, di situlah musisi bisa bercerita tentang latar belakang dan ide krusial apa yang mendasari pembuatan lagu. Perlahan namun pasti kita akan hidup sebagai generasi yang menolak lupa. Generasi yang peduli akan sekelilingnya. Bukan sekedar ikuti isu, larut dalam arusnya namun tak berbuat apa-apa.

Musisi bisa berperan di sini, menjadi dinamo bagi perubahan. Kepedulian yang lahir dengan tulus melalui musik. Ragam inilah yang dapat dijadikan konten-konten propaganda yang disebar di media sosial.

Banyak hal yang terjadi di dunia musik setelah media sosial dikenal. Beberapa gerakan terdengar gaungnya dan memberikan dampak positif serta pengaruh yang luar biasa. Contohnya saja musisi-musisi yang peduli isu sosial dan lingkungan hidup mendapatkan banyak penggemar melalui aksi-aksinya. Sebut saja;

·  Navicula, musisi dari Bali yang bekerjama dengan “Greenpeace” melakukan kampanye penyelamatan ‘Harimau Sumatera’ dan upaya melindungi hutan terakhir di Indonesia. Harimau! Harimau! merupakan lagu kedua Navicula yang berbicara tentang satwa langka, setelah lagu Orangutan. Sejak akhir tahun 2011, Navicula mengampanyekan perlindungan terhadap orangutan lewat single dan video Orangutan. Juli 2012 Navicula menggelar konser di Medan, Sumatera Utara untuk kampanye orangutan. Konser itu merupakan pemanasan sebelum Navicula menjalankan Borneo Tour di Kalimantan pada September 2012.

Navicula membiayai tur di Kalimantan dengan pendanaan oleh khalayak (crowdfunding) lewat kickstarter.com dan patungan.net. Upaya penggalangan dukungan publik itu menghasilkan sekitar AS$3500 untuk membiayai tur.Kebetulan sekali, saat Navicula akan berangkat tur ke Kalimantan, “Greenpeace” juga akan melakukan ‘Tur Mata Harimau’ di 3 provinsi, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat. Akhirnya Navicula ikut dalam tur itu, sebagai rider (pengendara) motor tim ‘Mata Harimau’, melintasi 2.500 kilometer mendokumentasi kerusakan dan sisa keindahan hutan Kalimantan. [1]

·  Superman Is Dead dalam aksi ‘Bali Tolak Reklamasi’. Gerakan yang berusaha menjaga sosial budaya dan ekosistem Pulau Dewata ini hanya menuntut satu hal, menolak reklamasi di Teluk Benoa. Selama dua tahun terakhir isu ini makin menggelembung. Mulanya penolakan hanya dilakukan oleh 25 orang. Namun sekarang, aksi penolakan bisa dilakukan oleh 1000 massa yang turun ke jalan. Penggeraknya ialah solidaritas musisi, seniman, dan pegiat lingkungan hidup yang tergabung dalam forBALI [forum Bali Tolak Reklamasi]. 

People power yang berawal dari media sosial ini bahkan mampu memaksa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bertindak dengan terbitnya Perpres No 51/2014. 

ForBALI, rutin melakukan parade budaya #TolakReklamasiTelukBenoa. Penolakan terhadap rencana reklamasi Teluk Benoa disuarakan secara lantang dan terus menerus untuk memastikan rencana reklamasi Teluk Benoa segera di batalkan. Parade budaya #TolakReklamasiTelukBenoa melibatkan seluruh element masyarakat yang menyatakan penolakannya terhadap rencana reklamasi Teluk Benoa. Simak info parade budaya #TolakReklamasiTelukBenoa di Facebook Page mereka: ‘Bali Tolak Reklamasi’, atau akun twitter mereka: @forbali13 dan mari bergabung di dalam barisan parade budaya #TolakReklamasiTelukBenoa.[2]

·  Kaka SLANK mengkampanyekan tentang Bangka, Minahasa Utara di akun media sosialnya. Tidak hanya itu saja Kaka membuat lagu dan membuat petisi di Change.org. Kaka ingin membuka mata pemerintah, bahwa, Bangka, lebih berharga menjadi obyek wisata daripada tambang. Kala, menjadi tambang, pulau ini terancam menghilang dari peta Indonesia.

·  Melanie Subono  ikut  bersuara setiap kali melihat penderitaan para buruh migran lewat media sosial. Kini Melanie menjadi duta Migrant Care dan WalkFree --dua LSM pemerhati buruh migran--. Ia tidak hanya menyampaikan suaranya di dunia maya tapi  bergerak juga memperjuangkan buruh migran langsung.

· Efek Rumah Kaca melalui liriknya dan menyebarkan semangatnya melalui media sosial mereka yang mempunyai pengikut banyak. Berikut beberapa judul lagu Efek Rumah Kaca beserta maknanya;

-          Di Udara : Mengenai Munir

-          Mosi Tidak Percaya : Tentang DPR dan Perlawanan Terhadap yang Berkuasa

-          Jalang : Pemberontakan Terhadap Undang-Undang Anti Pornoaksi dan Pornografi

-          Belanja Terus Sampai Mati : Mengangkat Tentang Budaya Konsumtif

-          Menjadi Indonesia : Intropeksi dan Mencari Jati Diri

-          Banyak Asap di Sana : Tentang Urbanisasi

Dan masih banyak lagi lagu-lagu Efek Rumah Kaca yang menyuarakan tentang isu sosial yang tengah terjadi.

 

·  Glenn Fredly dengan studio Lokananta, Solo. Tahun 2012 Glenn muncul dengan gebrakan baru. Demi menyelamatkan Lokananta, label rekaman terbesar di Indonesia yang memiliki sejarah panjang, Glenn Fredly merilis album DVD Live yang bertajuk Glenn Fredly & Bakuucakar Live from Lokananta.   
Oleh karena itu Glenn memiliki sebuah ide yang bisa mengangkat kembali Lokananta menjadi rumah musik di Indonesia. Hal ini juga sekaligus untuk menjadikan Lokananta sebagai warisan budaya Indonesia yang harus dilestarikan Glenn merasa musisi harus kembali ke rumah musik Indonesia. Banyak orang yang tidak tahu tentang Lokananta dan lagu Indonesia Raya yang  direkam di sana.

Gerakan Glenn menjadi besar dan direspon oleh banyak musisi lainnya setelah berkembang di media sosial.

Melihat contoh aksi-aksi di atas. Penggemar dari musisi yang mengerti tentang misi serta visi musisi, secara tidak langsung akan menjadi agen-agen perubahan yang menyebarkan keresahan musisi dan bergerak mencari hal-hal sederhana yang bisa menjadi solusi lalu diimplementasikan di kehidupan sehari-hari. Kemudian musik dapat menjadi medium dalam mengembangkan kritik sosial. Musisi secara sadar memiliki kebebasan menyampaikan semangatnya serta menjadikan kemampuannya sebagai penghubung kesinambungan budaya. Melestarikan budaya baik secara luas melalui media sosial.


[1] http://www.naviculamusic.com/navicula-greenpeace-hutan-sumatera/

[2] http://www.forbali.org/

Intan anggita Pratiwie

Music blogger (eargasmme.com), socmed consultant, initiator Substore, Sight From The East and menujutimur.com. Love doodling, travelling and writing

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner