Abstraksi Dari Skrip yang Terselamatkan

Abstraksi Dari Skrip yang Terselamatkan

Dalam prosesnya, saya ternyata mulai menyukai kegiatan “menulis ulang” seperti ini. Mengobrak-abrik kembali naskah lama, merevisi sedikit, juga menempelkan “sampling” yang berguna untuk memberikan konteks yang baru

Saya baru saja menerbitkan buku pertama. Judulnya Punguti Aksara. Isinya kumpulan tulisan musik. Berikut ini sepotong kisahnya di balik gagasan dan proses penggarapan buku tersebut… 

“Aku ingin mengingat / Seribu cerita / Aku ingin hidup / Di seribu cara

Tak ingin tua / Maupun seolah muda / Menjadi abadi / Menebar ingatan

Tulislah ucapan / Simpanlah, sebarkan / Punguti aksara / Jadikan sejarah”

*Lirik “Punguti Aksara” (AK47), dari album Verba Volant Scripta Manent (2016)

Malam yang memastikan itu jatuh pada pertengahan bulan Mei 2021. Pandemi telah berjalan sekitar satu tahun lebih sedikit dan belum ada tanda-tandanya untuk segera berakhir. Malam itu tiba-tiba saya meremas sekaleng bir terakhir lalu memutuskan untuk menggarap sesuatu daripada bengong atau mengutuki kondisi yang masih diselimuti aneka pembatasan dan pertanyaan besar. 

Saya yang masih menatap layar Lenovo S110 malam itu akhirnya bertekad untuk menyeleksi beberapa naskah lama, baru, bahkan setengah jadi ke dalam satu folder khusus. Maksudnya mau saya olah lagi menjadi satu paket naskah buku kumpulan tulisan musik. 

Ya, mau ngapain lagi?!

Apalagi, kehidupan saya sehari-hari memang lebih banyak di rumah, atau di dalam kamar saja lebih tepatnya. Di kamar, rak koleksi rekaman dan buku sudah berkali-kali saya tata ulang mulai dari urut abjad sampai genre. Untung saya belum terlalu sinting seperti Rob Gordon yang menyusun koleksinya berdasarkan autobiographical order. Stok DVD juga sudah habis saya tonton ulang. Saya sempat risau, kewarasan macam apa lagi yang diperlukan supaya lebih betah #StayAtHome.      

Sudah setahun lebih toko Rekam Jaya yang saya kelola bareng kawan-kawan belum bisa beroperasi secara maksimal. Tidak ada konser atau keseruan pula di sekitar. Pendek kata, saya jadi jarang keluar ke mana-mana, waktu luang saya berlimpah, serta mulai butuh kesibukan baru di rumah. Di momen itulah saya memutuskan untuk menulis buku saja – daripada coba-coba berkebun atau bersepeda yang memang bukan bakat dan hobi saya.

Penggarapan buku itu sebenarnya agak di luar rencana. Semacam tindakan banting setir. Kalau boleh cerita, sejak awal tahun 2020, saya sebenarnya sedang menyiapkan draft buku soal satu topik tertentu – yang perlu reportase ke luar kota dan wawancara dengan banyak narasumber di sana-sini. Lantas pandemi datang menerpa dan tidak kelar-kelar. Bubarlah segala rencana tadi. Proyek itu terpaksa ditunda, kalau tidak terbengkalai. Huft.

Lahir dan besar di kota Malang. Memulai kegiatan menulis melalui fanzine dan newsletter. Sempat menerbitkan Mindblast Zine dan situs Apokalip.com. Tulisannya pernah dimuat di Jakartabeat, Rolling Stone Indonesia,The Metal Rebel, DCDC, Supermusic, Vice Indonesia, Jurnal Ruang, Whiteboard Journal, Warning Magz, Pop Hari Ini, Demajors news, dan sejumlah media lainnya. Saat ini tetap menulis sehari-hari untuk topik musik dan budaya populer, sembari mengelola institusi Solidrock serta jaringan distribusi rekaman di Demajors Malang dan Rekam Jaya.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner