Abstraksi Dari Skrip yang Terselamatkan

Abstraksi Dari Skrip yang Terselamatkan

Buku itu adalah Plan B atau bahkan Plan C yang terpaksa saya kerjakan karena memang itu yang paling realistis dan rasanya tidak memakan enerji terlalu banyak. Meski sejujurnya saya tidak begitu suka menoleh ke belakang dan membaca lagi tulisan-tulisan lama saya. Selain malu dan sebal mendapati banyak kekurangannya, saya juga percaya kalau setiap tulisan itu punya takdir dan momennya masing-masing. Namun kondisi pula yang memaksa saya untuk kembali menggali arsip-arsip lawas yang masih ada di komputer. Comot ini-itu, sikat sana-sini. Sedikit rekonstruksi ulang. Sisanya saya biarkan tetap sebagaimana aslinya.

Dalam prosesnya, saya ternyata mulai menyukai kegiatan “menulis ulang” seperti ini. Mengobrak-abrik kembali naskah lama, merevisi sedikit, juga menempelkan “sampling” yang berguna untuk memberikan konteks yang baru. Jika naskah ini diibaratkan sebagai musik, maka yang saya lakukan di sini mungkin seperti proses remixed atau remastered – sebagian malah terbaca kayak B-Side atau extended version. ini di luar naskah asli yang memang sengaja saya biarkan dan sudah beres dari sononya.   

Ada satu alasan kuat juga mengapa saya memutuskan untuk menerbitkan buku saja. Begini, sudah sekian lama Denny Mizhar dan Dandy dari Pelangi Sastra memaksa saya untuk menulis buku. Mereka yang akan menerbitkan, janjinya. Kebetulan, kami dulu pernah kerja bareng dalam proyek buku Ritmekota (2019). Malah saya pernah “diancam” kalau kelamaan setor naskah, mereka akan comot langsung dari blog saya dan bakal dicetak sendiri. Oke, intimidasinya terbukti berhasil.

Suatu malam di akhir bulan Juni 2021, saya mengganggu Kimung via WhatsApp. Ternyata dia sedang latihan band jelang reuni Burgerkill formasi Dua Sisi. Maksud saya saat itu mau meminta kesediaannya menulis pengantar di buku saya – yang masih dalam proses sunting dan belum nemu judulnya. Selepas teks singkat dan kelar latihan band, Kimung langsung video call. Ada Ebenz, Toto dan Baruz juga di Chronic Rock, malam itu. Kami saling menyapa dan bercanda kecil. Dengan beberapa celetukan iseng dari Ebenz, "Dua Sisi bisa di-tur-in, nih!" atau "Engkok kirim bukune loh yo!" Ugh.

Singkat cerita, beberapa hari kemudian saya kirimkan naskah buku ke Kimung. Kenapa kok saya memilih Kimung? Sejak dalam pikiran, dia memang sasaran utama saya dengan berbagai alasan yang esensial. Kimung adalah salah satu sosok penting di balik Revograms, zine musik lokal yang pertama kali saya pegang di negeri ini. Apalagi, enerjinya dalam pencatatan dan penulisan selalu menginspirasi saya sejak dulu sampai sekarang. Jadi, sudah sewajarnya, bukan?!

Kebetulan juga saat itu saya banyak berkomunikasi dengan Ravi urusan publisitas karya Extreme Decay. Jadi sekalian saja saya todong untuk bikin desain sampul buku ini. Dia pernah bikin zine punk/hc dan sering bikin desain grafis untuk berbagai proyek kami bersama. Saya cuma kasih brief singkat, “Pokoknya didesain ala zine saja. Simpel. Minimalis. Gak banyak warna. Blablabla…” Sudah pasti dia paham banget apa yang saya mau. Benar juga, tidak lama dia kirimkan banyak sampel desain untuk sampul buku. Saya pilih satu desain yang menurut saya paling kuat. Sisa desain lainnya masih saya simpan dan sayang saja kalau dilupakan

Oya, kalau anda tadi sempat membaca potongan lirik pada baris pembuka esai ini pasti akan langsung tahu dari mana judul buku saya ini berasal. Iya benar, dari lagu “Punguti Aksara milik AK47 di album Verba Volant Scripta Manent (2016). Saya memang suka dengan isu liriknya dan langsung mengontak pentolan AK7, Garna Raditya, yang berada di Amerika Serikat untuk minta izin “meminjam” frasenya tersebut. Lagunya juga apik, silakan putar dulu di bawah ini:

Lahir dan besar di kota Malang. Memulai kegiatan menulis melalui fanzine dan newsletter. Sempat menerbitkan Mindblast Zine dan situs Apokalip.com. Tulisannya pernah dimuat di Jakartabeat, Rolling Stone Indonesia,The Metal Rebel, DCDC, Supermusic, Vice Indonesia, Jurnal Ruang, Whiteboard Journal, Warning Magz, Pop Hari Ini, Demajors news, dan sejumlah media lainnya. Saat ini tetap menulis sehari-hari untuk topik musik dan budaya populer, sembari mengelola institusi Solidrock serta jaringan distribusi rekaman di Demajors Malang dan Rekam Jaya.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner