12 Pelajaran Penting dari DCDC x Hellshow “Killchestra” 2018

12 Pelajaran Penting dari DCDC x Hellshow “Killchestra” 2018

DCDC X Hellshow ‘KILLCHESTRA’ was the most memorable and the best show ever
for all of us in Burgerkill. It’s so emotional and we are so proud of it...”

Sedari dulu, banyak kawan yang bilang kalau konser musik itu bisa dikatakan sukses apabila menimbulkan kesan yang mendalam bagi semua yang ada di sana. Juga, mampu menjaga tensi rasa dan gairah tersebut dalam waktu yang lebih lama. Sulit dilupakan. Memorable. Bahkan, bisa terus jadi topik perbincangan hangat di tongkrongan hingga beberapa pekan ke depan.

Dampaknya, semua yang ada di sana—penonton, musisi, tim penyelenggara, hingga seluruh pihak terkait—masih sulit beranjak dari pengalaman yang seru di acara tersebut. Ya, mereka semua terjebak dan susah move on.

DCDC X Hellshow: “Killchestra” yang digelar di Gedung Sabuga, Bandung, 15 April 2018, sepertinya memiliki ‘kutukan’ tersebut. Paling tidak, itu yang masih tergambar dari beragam obrolan di sekitar atau unggahan di berbagai media sosial.

“Killchestra semalam di Gedung Sabuga Bandung adalah konser band metal Indonesia terbaik yang pernah saya tonton. Konsep pertunjukan yang matang dieksekusi dengan tepat. Tampil luar biasa, hampir dua jam termasuk bermain bersama orkestra dan mengenalkan lagu-lagu dari album baru Adamantine...” tulis Stephanus Adjie, vokalis Down For Life, melalui akun Instagram-nya.

“One hell of a show @burgerkill...” kicau singkat Ucok Homicide melalui Twitter.

Lop yu pa @ebenbkhc. Sehat terus dan tetap keren pa. Merinding melihat @burgerkillofficial tadi di Sabuga Bandung...” tulis Gebeg (Taring) pada caption foto Instagram, di mana tampak dirinya sedang berpelukan dengan Ebenz (Burgerkill) dalam suasana haru dan emosional. Sepertinya, foto itu diambil di backstage sesaat setelah pertunjukan.

Well, sudah banyak cerita dan ulasan pertunjukan Hellshow 2018. Beragam jepretan foto dan rekaman video amatir yang beredar juga rasanya cukup menggambarkan bagaimana festival musik itu berjalan.

Samack

Samack lahir dan tumbuh di kota Malang. Sempat menerbitkan Mindblast fanzine (1996-1998) dan situs musik Apokalip (2007-2010). Tulisannya seputar musik dan budaya pop pernah dimuat di Jakartabeat, Supermusic, The Metal Rebel, Rolling Stone Indonesia, Vice Indonesia, Warning Magz, Whiteboard Journal, GeMusik, serta berbagai media lainnya. Sesekali menjadi editor untuk sejumlah buku dan penerbitan. Saat ini beraktifitas di bawah institusi Solidrock serta mengelola distribusi rekaman bersama @demajors_mlg.

View Comments (1)

Comments (1)

  • Enodimedjo
    Enodimedjo
    25 May 2018
You must be logged in to comment.
Load More

spinner