10 Tahun Tragedi 9 Februari, Sebuah Refleksi untuk Komunitas Musik Bandung

10 Tahun Tragedi 9 Februari, Sebuah Refleksi untuk Komunitas Musik Bandung

“Step back, I know who I am
Raise up your ear, I'll drop the style and clear
It's the beats and the lyrics they fear
The rage is relentless
We need a movement with a quickness
You are the witness of change
And to counteract
We gotta take the power back”

-Rage Against The Machine-

Tentu, masih lekat dalam ingatan kita peristiwa kelam yang terjadi pada tanggal 9 Februari 2008. Kala itu, band Beside menggelar konser pelepasan album perdana mereka, Against Ourselves. Malam itu, suasana yang harusnya berakhir dengan suka cita berubah menjadi sebuah mimpi buruk yang akan dikenang sepanjang masa oleh komunitas musik di Bandung.


Poster 'Against Ourselves' Album Launching Party - http://scumbag666.blogspot.co.id

Sebagai sebuah band yang berasal dari Ujungberung dan telah berkarir lebih dari sepuluh tahun, tidak akan ada yang menyangka akan mendapatkan antusiasme massa yang begitu besar. Semenjak sore menjelang malam, antrian calon penonton terus berdatangan dan berkerumun di depan pintu masuk Gedung AACC. Sementara, suasana di dalam gedung konser berjalan sebagaimana layaknya kemeriahan konser band metal. Hingga lagu terakhir dimainkan di atas panggung, suasana masih berjalan dengan aman dan tertib.

Awal tragedi justru terjadi ketika konser dinyatakan selesai dan lampu dalam gedung pertunjukan dinyalakan. Arus ratusan penonton yang berada di dalam mendadak tertahan ketika mereka hendak keluar dari Gedung AACC. Ratusan calon penonton yang berada di luar gedung pertunjukan bergerak serentak memaksa masuk ke dalam Gedung AACC. Tidak ada yang tahu bahwa konser telah berakhir. Mereka bergerak, merangsek, memaksa masuk dan menghancurkan pintu gerbang yang tertutup. Terjadilah tabrakan arus manusia  di mulut pintu gerbang masuk Gedung AACC. Sebelas anak muda tewas dengan gejala yang nyaris sama: kekurangan oksigen akibat terhimpit dalam ruang sempit yang sesak.

Saat itu, semua pihak tersadar bahwa ada banyak hal yang harus dilakukan pasca tragedi berlangsung. Citra musik underground yang sebelumnya selalu dianggap negatif kali ini makin terpuruk akibat tidak berimbangnya pemberitaan di media. Hingga akhirnya, pihak yang berwenang mengeluarkan kebijakan untuk melarang segala jenis bentuk kegiatan konser underground, lengkap dengan daftar cekal beberapa band yang mereka anggap bisa membawa potensi kericuhan. Semua pihak, terutama para penggiat komunitas, terpukul dengan situasi tersebut. Dengan segala daya dan upaya kolektif, akhirnya mereka bisa keluar dari situasi sulit tersebut.

Ranah musik bawah tanah Kota Bandung tidak akan pernah sama jika Addy Gembel tidak hadir di era '90an. Bersama grup musik ekstrim yang dinamai Forgotten, ia lantang menyuarakan tentang hal-hal provokatif dan kontroversial, dengan dua jenis pilihan bahasa: frontal dan sangat frontal. 

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner