Rosemary, Back to Roots and Enjoy!

Rosemary, Back to Roots and Enjoy!

Kami memulai semua dari satu akar yang sama : skateboard. Banyak sekali kawan-kawan pemain skate antara 1990an dan 2000an, TL, Samsat, Gedung Sate, Tegalega. Kami saling bertemu, bermain bersama, bertukar kabar. Hasrat yang membuat kami saling mencari. Pun dengan musik yang sekarang kami mainkan. Skateboard yang memperkenalkannya kepada kami. Lag Wagon, Penny Wise, Anthrax, dan masih banyak lagi adalah musik yang sangat berhubungan dengan skateboard. Kami mendengarkan semua dan musik-musik ini menjadi keseharian kami. Kemudian kami memainkannya.

Kami main di mana saja. Tak pernah ambil pusing dengan bayaran atau kondisi panggung. Yang penting kami enjoy dan menikmati waktu-waktu kami bermain bersama-sama. Tak ada yang lebih penting dari itu. Sejak awal, kawan-kawan dari ranah skateboard sudah sangat mendukung kami.  Merekalah yang hadir di panggung pertama kami, saat band kami bahkan belum punya nama. Mereka juga yang lalu memberikan nama Rosemary buat kami.

Tahun 2005 kami tampil di Bukit Cafe, Lembang dalam sebuah acara skateboard. Saat itu ada band tamu dari Jerman yang akan tampil. Rosemary sebetulnya dijadwalkan tampil di awal-awal acara, namun ternyata ada beberapa band kawan yang mengajak bertukar jadwal. Saat itu bertukar jadwal tampil memang lumrah asal dua pihak bisa sepakat. Dan Rosemary itu nothing to lose, kami selalu ok jika harus bertukar jadwal. Hingga kahirnya, Rosemary harus tampil ke dua terakhir, membuka band Jerman ini. Beberapa saat sebelum manggung, ternyata band Jerman ini juga mengajak bertukar jadwal dan kami menyanggupinya. Gigs sangat seru, audiens menyambut penampilan mereka dengan hangat. Semua senang hingga kahirnya penampilan usai dan audiens bubar. Mereka tak tahu jika setelah band Jerman itu Rosemary akan tampil. Namun kami tetap tampil. Yang menonton hanya panitia. Tapi tak apa. Kami tetap main enjoy, tetap main total. Bagi kami yang paling penting adalah bagaimana kami menikmati musik yang kami mainkan sendiri.

Masa ini juga kami sering dikemas satu paket dengan band crustcore Rabies. Mereka adalah kawan kami di ranah skatebard Samsat, terutama Ewon sang vokalis. Namun kami sering tak jadi tampil saat bareng dengan Rabies. Band ini adalah band yang sering tampil liar dan brutal, bahkan bersama audiensnya. Tak jarang terjadi kerusakan-kerusakan alat di panggung yang mengakibatkan gigs dihentikan. Namun kami enjoy saja. Kami suka Rabies dan mereka kawan kami. Bagi kami menikmati brutalnya Rabies adalah hal yang sangat menyenangkan kami dan itu sudah cukup walau kami harus tak jadi main. Coba bayangkan, belum tentu di masa kini orang bisa melihat lagi aksi liar Rabies. Dan kami sungguh beruntung bisa menyasikan mereka di masa lalu!

Kami selalu merasa excited ketika berkunjung ke tempat-tempat baru yang belum pernah kami datangi. Ada perasaan penasaran, ada gairah yang membuat kita merasa menjadi seperti band baru. Ada satu bisikan,” aing teh lain sasaha,” satu pengingat untuk selalu kembali ke akar, satu spirit untuk bermain musik lepas tanpa beban, satu alasan untuk berenang-senang. Di masa ini, kami tak pernah menganggap rekaman itu penting, hingga datanglah dua kawan kami yang merubah persepsi itu : Adan Gimbal dan Yoni. Merekalah yang membentuk kami di masa awal dan mendorong untuk merekam karya kami. Masuknya Ink dan Ahong yang lalu merombak aransemen musik dan membuatnya lebih asik juga, menurut saya mewarnai gairah rekaman pada saat itu. Kini saya bisa melihat “Punk Rock Show” dimainkan siapa saja, di mana saja.

Di luar bermusik, kami juga bekerja. Saya adalah seorang bankir yang sehari-hari memiliki jam kerja dan tanggng jawab pekerjaan. Pun dengan Gatot, Ahong, dan Fajar, mereka semua juga memiliki tanggung jawab pekerjaan sendiri-sendiri. Namun kami tidak pernah membuat semuanya menjadi ribet. Selalu ada kendala dalam mencari uang, namun itu bisa disiasati dengan pembagian waktu, pendirian yang kuat, dan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat. Alhamdulillah, sudah tiga tahun ini saya menjadi karyawan terbaik di kantor, berhasil mencapai bahkan melampaui target yang ditentukan. Kantor tahu jika saya juga bermain musik dan mereka senang serta mendukung aktivitas ini. Namun, tidak ada pengecualian atau keistimewaan bagi saya yang diberikan kantor, sama saja. Yang harus pandai membagi-bagi adalah diri kita pribadi. Bagi saya tanggung jawab pertama itu kepada keluarga, kemudian pekerjaan, dan kemudian hobi.  Hmmm sekarang ini, selain bermusik dan bekerja, saya juga masih bisa meluangkan waktu untuk berolah raga dan berbisnis.

Musik masa kini sudah berkembang dengan sangat cepat. Setiap jam teknologi baru dikembangkan dan ratusan band lahir. Instrumen-instrumen menjadi semakin canggih, ragam musik dimainkan saling dipadukan mlahirkan banyak sekali ragam baru dan musik semakin meluas. Ini tentu bagus, namun di satu sisi musik seperti tercerabut dari akarnya. Ia kini semakin mengambang tanpa karakter yang jelas. Bagi saya, musik tahun 1970an, 1980an, dan 1990an adalah akar musik rock yang kuat dan berkarakter kuat. Di Indonesia, Bandung tetap menjadi barometer musik. Di sinilah inovasi-inovasi baru dibuat, ide-ide baru diwujudkan menjadi bentuk-bentuk baru. Dan Bandung menghargai akarnya. Di kota ini, ranah musik independennya bahkan bisa kembali menghidupkan musik etnik dan budaya tradisional. Tingkat perekonomian juga bagus sehingga semua bisa mungkin untuk diciptakan di kota ini.

 

Seperti yang dituturkan Gatot dan Ink,

Jon Pasisian//DCDCShoutOut//Juli2014

View Comments (1)

Comments (1)

  • courbie
    courbie
    6 Oct 2016
    Band cadass...
You must be logged in to comment.

Related

Load More

spinner

Website ini hanya diperuntukkan bagi Anda yang berusia 18 tahun ke atas.