Lolos Dari Tuntutan, Album Berbahaya Infamy Dinyatakan Bebas Bersyarat

Disatu sisi suasana acara mulai memanas. Pidi Baiq kembali bertanya kepada Infamy khususnya perhal instrumen mereka yang menggunakan gitar tujuh senar. Dengan rileks, Ajie kembali menjawab hal itu ditujukan sebagai diferenasasi dengan band-band lainnya. Dari meja pembela, Ebenz yang juga seorang gitaris menegaskan bahwa setiap band punya gayanya tersendiri, selain Infamy dengan tujuh senar, Jasad saja tujuh senar dan Panas Dalam satu senar. Mendengar pernyataan itu, penonton kembali tertawa sembari melihat ekspresi dari Pidi Baiq. Masih berkutat pada pembahasan tujuh senar, Ricky (gitar) ditunjuk oleh Budi Dalton untuk menjawab pertanyannya mengenai proses penggunaan gitar bersenar tujuh ini. Dengan penuh senyum dan malu, Ricky menjawab cukup susah memainkan gitar tujuh senar. Setelah peryataan itu pula, persidangan harus di jeda sejenak untuk sekaligus menjadi satu upaya agar suasan kembali normal. Di sesi jeda, agar tidak bosan, penonton dihadapkan dengan sebuah gambaran kilas balik mengenai WMBI 2017 kemarin yang turut membawa Beside sebagai perwakilan dari Indonesia untuk bertempur di WOA Jerman. Dengan ini juga sekaligus Eddi Brokoli menyatakan bahwa WMBI 2017 kembali dibuka, dan mengajak bagi para kelompok musik metal yang berada diseluruh Indonesia untuk bertpartisipasi.

Tak lama setelah itu, persidangan pun kembali dilanjutkan. Sebagai pembuka, Jaksa Pidi langsung melontarkan pertanyaan kepada pihak Infamy mengenai arti dari tajuk album Harum Scarum. Dengan sigap, salah satu personilnya langsung menjawab bahwa album itu. Jika merunut berdasarkan sumber baik dari buku atau kamus, tajuk album itu tidak memiliki makna sama sekali. Tapi bagi pihak Infamy sendiri diartikan sebagai mantra, atau kasarnya ungkapan dalam bermusik. Pernyataan dari pihak Infamy semakin diperkuat oleh dua pemebelanya. Terutama Yoga PHB yang mengatakan bahw tajuk ini memang diupayakan sebagai mantra Infamy sendiri. Kembali lagi ke Jaksa, menanyakan mengenai tema di album ini secara mendalam. Infamy menjawab bahwa ada dua interpretasi lirik disini : tentang peradaban manusia dan teknologi. Tapi tiba-tiba, ditengah persidangan Jaksa Budi melihat ada sesuatu yang beda dari suasan persidangan yang dirasanya cukup dingin, tidak serupa seperti persidangan biasanya. Nyatanya, Jaksa Budi mendapatkan sebuah bukti berupa video yang menyatakan bahwa Hakin Man Jasad dan Panitera Eddi Brokoli telah lebih dulu mendengar materi lagu Infamy sebelum persidangan dimulai. Dalam artian, mereka memihak sebelah dalam persidangan kali ini. tanpa fikir panjang, Jaksa Budi dengan arogannya menyuruh Hakim Man Jasad untuk bertukar tempat dengannya. Dan kini Jaksa Budi menjadi Hakim dan, Man Jasad menjadi Jaksa disebelah Pidi Baiq.

Persidangan pun terus berlanjut dan kini saatnya pembahasan mengenai lirikal lagu “Enigma” milik Infamy. Kalimat perkalimat dalam lirik lagu tersebut ditanyakan dan dijawab oleh Infamy dengan cukup jelas pada pihak Jaksa, terutama kepada Man Jasad selaku pihak yang menanyakannya. Sedari itu pula banyak pertanyaan dilontarkan serta jawaban yang terus dikuatkan oleh Infamy dan pemebelanya dalam persidangan ini. Hingga lambat laun tanpa terasa persidangan pun mencapai puncaknya pada malam itu. Dan sidang pun mengambil sesi skorsing sembari menunggu hasil pembacaan putusan terhadap kasus rilisnya album Infamy. Sembari itu pula, para penonto dihadapkan oleh visual klip Infamy berjudul “Constant Paranoia”.

View Comments (2)

Comments (2)

  • andriramdani13
    andriramdani13
    16 Feb 2018
    blm mulai live nyaa
  • Rezky666
    Rezky666
    16 Feb 2018
    Belum mulai nih live nya?
You must be logged in to comment.
Load More

spinner