"Bencana", Karya Kontroversial yang Menyeret Revenge The Fate ke Pengadilan Musik

Pengadilan Musik kembali dimulai setelah perangkat persidangan beristirahat di belakang ruang sidang. Sesi kedua pun dimulai, dan Jaksa masih membahas seputar lirik yang kontroversial. Baik dari segi semiotika dan hermenetik, Jaksa Penuntuk mempertanyakan sisi "Bencana" yang mereka rasa tidak ditemukan di lirik milik Revenge The Fate. Gebeg membantu Revenge The Fate dengan mengatakan bahwa seniman bebas membuat lirik apa saja. Dengan kata lain, lirik adalah salah satu media ekspresi dari setiap musisi, dan apa yang disajikan oleh Revenge The Fate tentunya merupakan ruang mereka mengungkapkan apa yang mereka pikirkan dan rasakan.

Selanjutnya, pertanyaan berkutat pada sisi spesial yang Revenge The Fate sajikan melalui "Bencana" jika dibandingkan dengan karya mereka sebelumnya. Pihak Revenge The Fate mengatakan bahwa single ini dibuat dengan lebih "berat", yang kemudian diaminkan dengan topik berbobot tentang krisis intoleransi di Indonesia yang diangkat di karya terbaru mereka. Hal ini dilakukan dengan harapan bahwa karya mereka dapat lebih bermanfaat.

Tak berhenti menyerang Revenge The Fate, akhirnya sang panitera berinteraksi dengan Colony. Dua orang Colony diundang ke atas panggung, seorang perempuan dan seorang lelaki. Pada awalnya, kehadiran mereka diharapkan dapat meringankan Revenge The Fate. Ternyata, keadaan justru terbalik karena kedua Colony yang ditarik ke ruang persidangan justru membuat para Jaksa Penuntut menambah bahannya untuk "menuntut" Revenge The Fate. Meski begitu, suasana persidangan di Pengadilan Musik terasa sangat hangat dan hidup.

Puncak dari sesi kedua pun akhirnya dimulai. Untuk pertamakalinya, video klip "Bencana" dipertontonkan secara live di Kantinnasion dan dapat diakses via live streaming di www.djarumcoklat.com. Seluruh hadirin yang ada secara serius dan khidmat menyaksikan video klip yang dikemas dengan sangat matang, juga dengan konsep yang menawan. Video tersebut menampilkan penampilan dari beberapa orang yang mengenakan topeng dengan kostum yang terbilang aneh. Mereka terlihat berkumpul di sebuah ruang makan dan menikmati santapan yang telah disajikan. Tetapi, di sela-sela video, terlihat seseorang yang tengah menggerakan pion catur dan lalu berpengaruh pada aktivitas di ruang makan tersebut. Suasana chaos dan saling berebut terjadi, bersamaan dengan pion-pion yang terus diubah posisinya. Pertanyaan kembali muncul: apa yang sedang Revenge The Fate sampaikan di video tersebut?

Pihak Revenge The Fate mengatakan bahwa pihak production house yang mengatur segala konsep. Inti dari video klip ini adalah adanya beberapa karakter yang berbeda paham maupun latar belakang. Pada awalnya, mereka hidup berdampingan, dan keadaan berubah ketika ada satu pihak yang menjadi "penggerak" dari masing-masing individu. Hal tersebut berbanding lurus dengan kritik yang Revenge The Fate ingin sampaikan, dimana banyak orang yang akhirnya menjadi "boneka" untuk menjalankan kepentingan pihak-pihak tertentu, dan hal tersebut akhirnya mengarah pada fenomena intoleransi sosial. Revenge The Fate berharap visualisasi dari "Bencana" dapat dipahami dan pesan yang mereka ingin utarakan dapat tersampaikan dengan baik.

Persidangan malam itu akhirnya ditutup dengan kesimpulan dari Pidi Baiq yang secara serius meluruskan tentang apa yang seharusnya Revenge The Fate lakukan dan katakan sejak awal. Kurang lebih, Pidi Baiq menyatakan bahwa seorang seniman tidak memiliki tugas untuk membuat karya yang ia sajikan menjadi satu pedoman dan dituruti oleh banyak pihak. Seniman bertugas untuk bersuara atas nama pemikiran dan idealisme, setelah itu biarlah masyarakat yang menentukan dan bersikap. Memang, akan lebih baik jika sang musisi sendiri melakukan dan memberi contoh atas apa yang menurut mereka benar, tetapi itu bukanlah tugas utama seorang seniman. Pada akhirnya, seniman akan mengambil porsi untuk menjadi jembatan apresiasi banyak orang, dengan harapan apa yang mereka rangkum dapat dipahami dan diambil intisarinya dengan baik.

Pengadilan Musik akhirnya memasuki sesi akhir. Sesampainya para perangkat persidangan di kursinya masing-masing, hakim Man Jasad akhirnya mengumumkan hasil persidangan yang mengadili Revenge The Fate. Sang Hakim menyatakan bahwa single dan video klip "Bencana" dapat dipertanggungjawabkan dengan baik. Dengan demikian, Pengadilan Musik Bandung dengan nomor perkara 1.14/DCDC/2017 dengan terdakwa Revenge The Fate, selesai dan ditutup kembali dengan ketukan palu Hakim sebanyak tiga kali.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner