Anjingku Kucing
Sudah siang memang. Tapi masih kuhirup nafas gunung dari jendela kubuka dan kupanggil pak Obi untuk membuat dia menjadi celingukan karena akunya lalu sembunyi.
Itu memang anjingku, anjingku, kuberi nama Kucing. Sejauh ini, dan aku yakin sampai selama-lamanya dia tidak akan pernah komplain, bahkan selama hidupnya dia gak pernah tahu bahwa dirinya disebut anjing. Itulah binatang, dan mungkin juga untuk beberapa makhluk yang lainnya.
Aku tumbuh besar bersama mereka dan curiga, jangan-jangan selama ini cecak mengira meja kerjaku adalah jamban untuk kaumnya, dan aku menjadi pembantunya yang harus membersihkan beraknya. Ih! Masihkah kau akan suka menyebut "Tergantung yang diatas?".
Itu cecak, aku ingin bicara juga soal lalat, dia menganggap muka si Dinda adalah jambannya, aku bisa melihat di mukanya ada beberapa tahi lalat. Dinda malah suka, dia merasa jadi manis dengan itu, tak pernah ia bersihkan.
Comments (2)