TaringForIndonesia di Wacken Open Air 2019, Jerman (Bagian Satu)

TaringForIndonesia di Wacken Open Air 2019, Jerman (Bagian Satu)

Menurut Thomas, yang membedakan festival W:O:A dengan festival lainnya di dunia adalah bentuk kerjasama dan kolaborasi pihak penyelenggara dengan warga Desa Wacken. Mereka sadar bahwa keberlangsungan festival ini dapat membantu perekonomian desa mereka. Setiap warga Desa Wacken diberi kesempatan untuk melakukan aktivitas ekonomi, seperti berjualan cinderamata, minuman dingin, jasa katering dan menyewakan rumah mereka untuk penonton yang hadir dari berbagai belahan dunia. Mereka juga ikut dilibatkan menjadi pekerja yang mengurus segala macam keperluan festival.

Setiap tahunnya, skala festival W:O:A ini terus membesar dengan mengundang band yang lebih banyak dan penonton yang lebih banyak. Untuk festival tahun ini, mereka menjual tiket sebanyak 87.000 lembar dan ratusan hektar lahan untuk dipergunakan sebagai lahan festival. Dan, tentu saja, ada 1200 tiket gratis yang diberikan kepada penduduk desa Wacken.

History Stage adalah sebuah panggung yang sengaja didirikan oleh Wacken Foundation untuk mengenang kembali apa yang sudah mereka mulai di tahun 1990. Panggung ini ada di dalam sebuah tenda besar yang mampu menampung 500 penonton. Di luar tenda, dipasang layar besar untuk memberi kesempatan para penonton yang tidak dapat masuk ke area tenda.

Panggungnya terbilang sederhana, dengan luas 16 meter x 11 meter dan tinggi 1.50 meter. Tata lampu masih menggunakan barisan jenis lampu hollow klasik yang disusun di samping mengarah panggung. Speaker utama disusun dengan cara ditumpuk di sisi kiri-kanan panggung. Jika kalian pernah nonton video pertunjukan Led Zeppelin atau Deep Purple era tahun '70an, seperti itulah gambaran tata lampunya. Saya jadi teringat panggung agustusan yang biasa digelar di kampung-kampung di Indonesia. Dan pada tahun 2019 ini, dalam rangka perayaan festival W:O:A panggung itu kembali direkonstruksi untuk dijadikan arena pertarungan W:O:A Metal Battle. Ada 30 negara, termasuk Taring dari Indonesia yang mendapatkan kehormatan untuk tampil di History Stage.

"Jujur, saya merinding ketika melihat panggung pertama kami didirikan kembali. Kami berusaha membuat segala sesuatunya menjadi otentik seperti tahun 1990. Beruntung kami masih menyimpan tiang-tiang, konstruksi dan lampu yang dulu pernah kami pakai. Bahkan banner yang ada di atas depan panggung merupakan banner pertama yang kami buat untuk W.O.A."

Apa yang diungkapkan oleh Thomas Jensen menjawab rasa penasaran saya terkait makna dari History Stage. Di usianya yang semakin senja, Thomas seolah ingin kembali mengingatkan bahwa W:O:A berawal dari festival tingkat kampung dan hanya menampilkan band yang sama sekali tidak terkenal. Namun, Thomas mengingatkan kembali bahwa dengan militansi, konsistensi, kerja keras dan semangat pantang menyerah akan ada banyak mimpi yang bisa diraih.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner