Jurnal Perjalanan: 31 Juli 2017, Keberangkatan Beside Menuju Jerman

Jurnal Perjalanan: 31 Juli 2017, Keberangkatan Beside Menuju Jerman

​​​​Menjadi sebuah band yang bergerak di ranah yang seringkali dipandang sebelah mata bukanlah hal yang mudah. Terlalu banyak stigma yang melekat dan butuh kesiapan mental untuk menghadapi segala macam nada miring tentang ruang lingkup yang dianggap minoritas dan tersegmentasi ini. Padahal, segala hal yang berkaitan dengan opini tidak bisa langsung dinyatakan benar, terutama ketika kita belum benar-benar terjun di dalamnya. Selama masih berupa hipotesa, maka adalah aneh jika seorang individu sudah merasa cukup untuk menyatakan suatu kalimat, terutama kalimat yang berarah pada hal yang negatif.

Beside adalah sebuah nama yang sudah familiar di kalangan minoritas ini. Nama ini tidak hanya dikenal karena karyanya, tapi juga karena segala macam dinamika yang berkaitan dengan Beside. Satu-satunya personil yang bertahan sejak awal yaitu Bebi, mati-matian bertahan dan berdiri untuk terus membawa Beside pada garis depan, meski sempat hampir keluar dari jalurnya. Bersama formasi yang semakin kuat hari ini, Beside dapat mencapai umur 20 tahun dan mengukir sejarah besar dengan terpilihnya mereka untuk mewakili Indonesia, untuk pertama kalinya, di ajang Wacken Metal Battle, Jerman. Ajang ini merupakan program spesial yang diadakan di Wacken Open Air Jerman, festival heavy metal terbesar di dunia.

Berangkatnya Beside ke ajang Wacken Metal Battle, Jerman pun ditempuh dengan perjuangan yang cukup panjang dan alot. Tahun 2017 adalah kali pertama Wacken Metal Battle menghampiri dan membuka pintu untuk Indonesia, dan acara ini diselenggarakan atas kerjasama antara DCDC, Atap Promotions, dan The Metal Rebel – Swedia. Setelah melalui proses yang diawali pada Bulan Februari hingga titik puncak di pertengahan Bulan Mei, Beside dianggap paling representatif untuk mewakili Indonesia di kompetisi tingkat dunia. Penilaian yang dilakukan terhadap band-band Metal Battle Indonesia berjalan secara ketat dan objektif, dieksekusi oleh tiga juri lokal yaitu Man (Jasad), Dadan Ruskandar (Manajemen Burgerkill), dan Adib Hidayat (perwakilan dari majalah musik nasional), bersama dua juri internasional yaitu John Resborn (The Metal Rebel, Swedia) dan Dom Lawson (Metal Hammer, UK).

Selama tiga bulan pasca final show, seluruh tim yang terlibat mempersiapkan segala hal guna mendukung performa Beside di Jerman. Selain persiapan yang berhubungan dengan administrasi, kami pun menampung informasi selengkap mungkin, berkoordinasi dengan Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Hamburg, dan intens berhubungan dengan John Resborn yang menjembatani kami dengan Wacken Foundation. Hal yang sangat membantu kami adalah informasi yang diberikan oleh Wacken Foundation sangat lengkap. Hal tersebut meminimalisasi pertanyaan kami, sehingga kami dapat fokus dan berangkat dengan persiapan yang matang. Technical riders, peraturan, stage layout, lokasi dan jam tampil, bahkan akses untuk menuju ke venue telah kami pegang sejak jauh-jauh hari, sebelum acara dimulai. Patut dicontoh, karena hal tersebut adalah indikator kesiapan dari penyelenggaraan acara.

Sesuai dengan informasi yang disampaikan oleh pihak W:O:A, Beside akan tampil di Headbanger Stage pada 2 Agustus 2017 pukul 16.25 dalam durasi 20 menit. Oleh karena itu, semua tim yang juga mendampingi Beside bersiap untuk terbang di tanggal 31 Juli 2017 dengan tiga titik pemberangkatan yang berbeda. Titik pertama adalah Jakarta, tempat dari Agus Danny Hartono sebagai perwakilan dari DCDC berangkat dari Bandara Internasional Soekarno Hatta. Titik kedua adalah Bandung, yaitu tempat dari Satria Nurbambang, Man Jasad, Dwi Fitriani, dan Karina Supriaman sebagai perwakilan dari Atap Promotions sekaligus menjadi perwakilan juri Asia (Man) untuk berangkat dari Bandara Internasional Husein Sastranegara. Titik ketiga adalah Bandara Internasional Juanda, Surabaya tempat Beside berangkat. Mereka berangkat dari sebelah Timur Jawa karena masih harus tampil hingga tanggal 30 Juli 2017 di Purwokerto dan Lamongan. Salah satu tim kami, yaitu Kimo sudah berangkat terlebih dahulu dan menunggu kami di Hamburg, Jerman.

Titik pertemuan kami berada di Bandara Internasional Kuala Lumpur. Penerbangan pagi yang memakan waktu lebih kurang dua jam ini akhirnya mendaratkan kami di Bandara Internasional Kuala Lumpur. Seluruh tim (minus Kimo) akhirnya saling bertemu disini, dan raut semangat jelas terlihat dari semua yang hadir atas nama Indonesia untuk berangkat ke Wacken Open Air, Jerman. Kami sadar, kami sedang berada dalam satu ruang yang sama, dalam luapan emosi yang juga saling sokong. Kami berangkat dalam satu tubuh yang utuh, dengan semangat, doa, cita-cita, dan rasa syukur yang sama.


Foto: Karina Supriaman

Kami sempat panik karena beberapa alat musik yang Beside bawa tidak dapat kami temukan di conveyor. Setelah menunggu sekitar tiga puluh menit, akhirnya kami berinisiatif untuk bertanya pada petugas bandara, dan ia mengantarkan kami ke ruang oversized baggage. Akhirnya, kami dapat menemukan alat-alat tersebut dan muka-muka pucat para personil mendadak hilang dan berbaur dengan tawa. Ternyata, kami memang masih sangat amatir dalam hal penerbangan luar negeri. Catatan demi catatan kami temui, dan bekal ini akan kami ingat dengan harapan perjalanan seperti ini akan rutin kami jalani. Satu hal, semua kegiatan yang kami lewati tidak lepas dari senyum dan tawa, sehingga selelah apapun badan kami, batin tetap berada di puncak euphoria.


Foto: Satria N. B.

Penerbangan menuju Jerman disisipi pendaratan di Dubai sebagai titik transit. Dengan maskapai Emirates, kami mendapatkan jadwal penerbangan pukul 19.20 waktu Kuala Lumpur. Setelah menunggu sekitar enam jam dari tibanya kami di Kuala Lumpur hingga penerbangan selanjutnya, perjalanan yang sesungguhnya akhirnya dimulai. Kericuhan sempat terjadi ketika kami sedang melakukan check-in. Belasan tas berukuran besar dan tempat-tempat tertentu yang tidak memperbolehkan kami untuk menggunakan troli membuat kami cukup kelimpungan. Tapi, kami saling bantu sehingga kendala demi kendala dapat diatasi dengan baik dan selalu disertai tawa. Sampailah kami di kursi masing-masing dalam sebuah pesawat airbus. Kami diharuskan untuk terbang selama tujuh jam menuju Dubai.

Sekitar pukul 22.20 waktu Dubai, pesawat kami mendarat dengan selamat. Kami akan kembali terbang menuju Hamburg di keesokan paginya, sehingga durasi kami transit di Dubai hampir memakan waktu setengah hari. Akhirnya, kami mencari spot-spot terbaik untuk merebahkan diri dan beristirahat. Kami terbang ke daerah yang waktunya semakin mundur dari Indonesia, sehingga badan kami terasa cukup lelah dan mata kami mulai berat untuk berjalan-jalan di bandara yang luar biasa besar. Hanya beberapa dari kami yang memutuskan untuk berjalan-jalan sembari mencari cemilan, dan sisanya sudah berada di ruang tunggu yang didesain senyaman mungkin. Kursi panjang dengan sandaran kaki menjadi pilihan terbaik untuk menutup mata dan menunggu panggilan keberangkatan selanjutnya.


Foto: Karina Supriaman

Bersambung

BACA JUGA - Jurnal Perjalanan: 1 Agustus 2017, Beside Memijakkan Kaki di Tanah Tujuan Metalheads Dunia

View Comments (2)

Comments (2)

  • Tuberoseska
    Tuberoseska
    2 Nov 2017
    Semoga terus berkarya beside????
  • Radianteclipse2014
    Radianteclipse2014
    13 Dec 2017
    Keren
You must be logged in to comment.
Load More

spinner