DownForLifeForIndonesia - Saatnya Mengulang Sejarah di Tanah Eropa

DownForLifeForIndonesia - Saatnya Mengulang Sejarah di Tanah Eropa

Kami mendarat pada pukul 22.30 waktu Kuala Lumpur. Penerbangan selanjutnya adalah penerbangan menuju Hamburg dengan transit satu kali di Dubai. Kami akan berangkat dengan maskapai Emirates sekitar pukul dua dini hari waktu Kuala Lumpur. Karena itu, bagasi harus diambil dan kembali melakukan tetek-bengek check-in dan baggage drop-off. Untungnya, kali ini semua berjalan lancar, jadi kami punya beberapa saat untuk beristirahat dan beberapa dari kami bergegas ke luar gedung untuk merokok.


Down For Life bertemu dengan Beside di Kuala Lumpur International Airport | Foto: Karina Supriaman

Tiba-tiba kami bertemu dua wajah familiar yang juga sedang merokok di luar gedung. Kami bertemu dengan Agrog (vokalis Beside) dan Peloy (kru Beside). Mereka juga sedang menunggu pesawat menuju Bandung, setelah selesai melaksanakan rangkaian tur Asia yang juga dinaungi bendera DCDC DreamWorld. Menyenangkan, juga menjadi semacam déjà vu. Bukan déjà vu sebenarnya, karena tahun lalu hal ini memang benar-benar terjadi. Berdiri di tempat yang sama, menuju tempat yang juga sama, hanya saja tahun lalu kami bersama Beside. Kami berbincang sejenak sampai akhirnya kami harus kembali ke rombongan untuk bersiap terbang ke pemberhentian selanjutnya.

 

Selasa, 31 Juli 2018

Kami boarding sekitar pukul satu dini hari waktu Kuala Lumpur. Kami sadar, sesampainya di Jerman nanti kami harus menikmati jet-lag dan langsung dijejali jadwal yang padat. Jadi, perjalanan selama enam jam ini cukup membantu kami beristirahat. Kami mendarat di Dubai International Airport sekitar pukul 4.30 waktu Dubai.


Down For Life dan tim di Dubai International Airport (kiri) dan di dalam maskapai Emirates (kanan) | Foto: Karina Supriaman

Kami transit di Dubai selama empat jam. Waktu ini kami habiskan dengan merokok dan minum kopi, karena tetap saja mata kami masih sangat berat, kami tidak bisa tidur terlalu nyenyak di pesawat. Sepertinya, seluruh tim berpikiran yang sama seperti saya: ingin segera naik pesawat agar bisa lanjut beristirahat. Jadi, ketika gate dibuka kami buru-buru masuk, selain juga menghindari antrean yang panjang.

Ketika kami berada dalam barisan untuk memasuki gate pertama, Rio (di)sadar(kan) bahwa telepon genggamnya tertinggal di kursi ruang tunggu. Beruntung, ada seseorang yang memberikan telepon genggam Rio ke petugas bandara, jadi telepon genggamnya masih bisa diselamatkan. Sepertinya, nyawa Rio yang paling acak-acakan karena penerbangan panjang. Tidak juga, sebenarnya. Dia memang anak begajulan yang beruntung. Dia masih bisa haha-hehe ketika telepon genggamnya tertinggal.

Setelah melewati antrean, kami masuk ke ruang selanjutnya, menunggu panggilan boarding. Pesawat yang dijadwalkan terbang pukul 8.15 waktu Dubai harus ditunda selama lebih kurang 15 menit karena terjadi badai pasir. Jadi, kami baru benar-benar terbang menuju Hamburg sekitar pukul 9 pagi waktu Dubai.

Kami terbang sekitar tujuh jam lamanya. Kami sampai di Hamburg Airport sekitar pukul 15.00 waktu Hamburg. Sesampainya di sana, kami langsung mengambil barang-barang dari bagasi dan kami disambut oleh pihak Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) yang berlokasi di Hamburg.


Down For Life tiba di Hamburg Airport, disambut oleh KJRI Hamburg | Foto: Karina Supriaman

Penerbangan panjang dan melelahkan sudah kami lalui, tapi justru ini lah awal dari perjalanan sebenarnya. Perjalanan kami baru benar-benar akan dimulai.

BACA JUGA - DownForLifeForIndonesia - Memulai Naskah Baru dalam Sejarah Pasukan Babi Neraka

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner