Ugal-ugalan Bersama 'Rock Datang Bulan', Sebuah Debut Album dari Band Penghancur Musik Rock Indonesia

Ugal-ugalan Bersama 'Rock Datang Bulan', Sebuah Debut Album dari Band Penghancur Musik Rock Indonesia

Foto dan artwork didapatkan dari siaran pers.

Muchos Libre adalah band garage rock asal Bandung yang beranggotakan Bagongtempur (vokal), Korongmentah (vokal), Hilman Hakim Nugroho (drum), Nizar Oktriyadi (bass), Ardian Aziz Oktriyana (gitar), dan Rizky Varama (gitar). Band ini terbentuk di tahun 2010, memiliki ciri khas aksi panggung dua vokalis bertopeng Luchador yang eksentrik dengan banyolan kasar yang membuat gelak tawa di setiap panggungnya.

Persona topeng dan bertelanjang dada. Kelakar jenaka dengan unsur BDSM nan estetik. Spontanitas, angkot, dan barter CD dengan sembako. Impian sebagai peternak lele sukses dan diganjar The Most Extreme Video di ajang Extreme Moshpit Awards 2020. Bakar gitar dan banting bass. Klenik, antik dan ironi. Ketidakelokkan yang menghibur. Muchos Libre terlalu banal untuk kalian lewatkan.

Tidak disangka tak dinyana, 9 Juli 2021 menjadi hari spesial bagi Muchos Libre. Setelah lima tahun materi album teronggok di antah berantah, debut album mereka yang berisikan 11 lagu dengan durasi 35 menit dan diberi judul Rock Datang Bulan resmi dilepas.

Album ini penuh tantangan tersendiri bagi Muchos Libre. Selain terpaksa ditundanya konferensi pers terkait debut album Muchos Libre bersamaan digelar dengan perayaan Record Store Day 2021, pula karena para personil Muchos Libre mencoba merepresentasikan energi liar kala beraksi di atas panggung mereka dalam bentuk audio. Hadirnya Nizar Oktriyadi pada bass dan Ardian Azis di posisi gitar jelas memberi daya gedor dan mendongkrak eksplorasi materi-materi di album Rock Datang Bulan yang hasilnya terdengar berbeda dibandingkan EP Viva La Libre yang sempat dilepas seadanya pada tahun 2013 silam.

Mengacu pada tema musik yang meloncat-loncat, lirik-lirik lagu memiliki tiga bahasa, dan nama bernuansa Meksiko, maka Rock Datang Bulan menjadi padu-padanan kata yang tepat untuk memancarkan aura dan semangat kemasabodohan mereka terhadap tahap-tahap membuat sebuah album mahakarya. Sejatinya, band urakan ini akan terus berusaha konsisten menjadi bentuk satir dalam kancah rock arus bawah/samping Indonesia. Sebuah antidot musik rock paripurna.

Mendambakan visual yang meluap-luap dan enerjik, Muchos Libre menunjuk Gandhi Eka (@supergunz) sebagai orang yang mempresentasikan Rock Datang Bulan dalam bentuk visual. Membawa premis “Bagaimana jika perang Dipenogoro diilustrasikan dalam nuansa perang bintang?”, maka Gandhi Eka mengekspresikan kemampuannya dalam mengolah materi lagu menjadi ilustrasi cover album perdana Muchos Libre.

Perilisan debut album Muchos Libre ini didistribusi oleh Orange Cliff Records dalam bentuk digital, CD, dan kaset. Selain itu, Muchos Libre juga akan berkolaborasi dengan beberapa pihak dalam bentuk rilisan fisik CD dengan cover album edisi spesial dan terbatas.

Bukan saatnya berpanjang lebar dalam untaian kata-kata membosankan. Bersiap untuk bersenang-senang dan sambutlah dirimu untuk berjingkrak, sorak-sorai sambil membenturkan kepala, melupakan sejenak kesusahan dan jemu yang ada; marilah para tuan dan para puan bergegap gempita, berdansa salsa atau tango alakadarnya bahkan dipersilahkan bergulat, saling meludah, bercumbu sambil membuat lingkaran pit sekalipun bersama debut Album Muchos Libre: Rock Datang Bulan! Selamat mendengarkan, ugal-ugalan dan semoga handai taulan terhibur.

BACA JUGA - Tentang Babi Menjadi Kucing dan Manusia Hidup Setengah Hati, Simak "Butaneko" dari Muchos Libre

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner