Tujuh Kisah Menarik Dirajut Kiarakelana Dalam Mini Album ‘Meluruh Jenjam’

Tujuh Kisah Menarik Dirajut Kiarakelana Dalam Mini Album ‘Meluruh Jenjam’

Sumber foto : Diambil dari rilisan pers Kiarakelana

Dalam mini album berjudul  Meluruh Jenjam ini terdapat tujuh buah lagu dengan latar belakang cerita yang berbeda-beda.

Perilisan single bagi sebuah band kerap berperan sebagai jembatan menuju sebuah album, atau minimalnya mini album. Biasanya sebuah single yang dirilis juga dirasa bisa merepresentasikan warna musik dalam albumnya tersebut. Menjadi muara yang merangkum ragam pola kreasi dalam karyanya. Pun begitu dengan yang diamini oleh kolektif musik bernama Kiarakelana, yang merilis mini album berjudul Meluruh Jenjam pada awal November ini.

Mini album ini sendiri merupakan jawaban dari apa yang mereka lontarkan lewat tiga buah single yang dirilisnya. Menarik untuk dicatat adalah tentang cara mereka menginterpretasikan mini album ini dan mengantarkan pendengar menuju tempat dimana mereka dapat menerima semua kesedihan dengan segala baik buruk hal yang menyertainya. Satu hal yang bisa dibilang sebagai episode lanjutan dari apa yang mereka tulis dalam beberapa single yang dirilis oleh band yang terbentuk sejak duduk di bangku SMA ini.

Selain itu, mereka juga menambahkan jika dalam mini album ini terdapat tujuh buah lagu dengan latar belakang cerita yang berbeda-beda. Dibuka dengan ketukan pelan piano yang identik dengan ketenangan, Kiarakelana ingin mencoba memberikan kenyamanan untuk melepaskan apa-apa yang selama ini membelenggu hati. Selanjutnya, pendengar diajak untuk kembali menyelami lautan kesedihan dengan diiringi alunan musik sendu berpadu dengan suara vokal yang tak kalah sayu. Lalu ditutup dengan “Di Persimpangan” yang menandakan bahwa pendengar telah sampai pada ujung nestapa dan sudah saatnya untuk merelakan dan menerima.

Sebagai tambahan, seluruh lagu dalam mini album ini direkam dan disempurnakan di Suara Kelana Record, dan melalui proses mixing dan mastering oleh Adha Buyung. Lirik dari beberapa lagu tersebut didapat dari kumpulan puisi yang ditulis oleh beberapa kerabat mereka. Di antaranya, yaitu puisi dari Danang Mufty Noer Fachreza yang berjudul “Tentang Hati dan Angan” dan “Gusar Angin Malam”, “Di Persimpangan” yang merupakan karya dari Zahra Nurya, lalu ada puisi dari Nanda Primarta dan Samudya yang dipadukan dalam “Ángan”, pun juga Guruh Nusantara yang menuangkan ketenangan dalam “Selumbari Lalu”. Selain kelima lagu tersebut, ada juga “Mahia” yang ditulis oleh Adha Buyung dan “Aksara Jiwa” yang merupakan karya dari Noekie Pratama.

BACA JUGA - Sebagai Gerbang Pembuka Debut Albumnya, Humi Dumi Merilis “Time Tunnel”

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner