Transformasi Kaawang Awang Menjadi KAWG Via Single

Transformasi Kaawang Awang Menjadi KAWG Via Single "Serayu"

Foto dan artwork didapatkan dari siaran pers. Kredit tidak disertakan.

Meski single "Serayu" memiliki nuansa yang berbeda, lagu terbaru KAWG ini masih berasal dari proses kreatif bersama yang telah berevolusi sedemikian rupa dari Kaawang Awang menjadi Kite As a War Grate (KAWG). Tema yang diangkat pun lebih mendalam, berkisah tentang perudungan yang masih saja dilestarikan di tengah masyarakat Indonesia.

Setelah berhasil melepaskan album pertama bertajuk Rima Riang yang bisa disebut sebagai album eksperimental pada awal 2019 lalu, KAWG yang berakronim dari Kite As a War Grate kembali merilis single teranyarnya bertajuk "Serayu". Lagu ini disebut memiliki perbedaan nuansa dengan muatan lagu-lagu sebelumnya, tema utamanya masih setia tentang realita manusia.

Satu hal yang mungkin berbeda, karya terbaru mereka adalah bentuk evolusi dari Kaawang Awang (dalam hal ini nama grup sebelumnya) menjadi KAWG. Entah sekadar perubahan nama atau diikuti dorongan kuat untuk mengeksplorasi lebih lanjut gairah dan kegundahan dalam mencipta karya-karya selanjutnya. Tidak hanya terpaku pada aliran folk-pop-eksperimental sebagai fondasi kreasinya, melainkan mampu menyuguhkan hasil "percobaan" mereka yang lebih liar, mengejutkan, memiliki daya pikat tersendiri dan mengantarkan suguhan yang “berbeda” pula, terlebih dari segi musikalitas. Nyatanya, hal itu benar terjadi di single "Serayu" yang rencananya akan turut dimasukkan di album kedua KAWG yang sedang digarap dan akan segera rilis.

Kite As a War Grate (KAWG) sendiri dibentuk pada akhir tahun 2014, di mana mereka mengakrabkan identitasnya dengan cerita-cerita realistis pada setiap lagunya. Adapun tema dan karya yang akan KAWG keluarkan tidak jauh dari karya mereka sebelumnya, namun akan lebih dibumbui dengan nuansa musik yang lebih “menarik dan jujur”. Dengan disebarnya single “Serayu”, momen ini sekaligus meresmikan formasi teranyar yang kini diisi oleh Fatham Ridwan (gitar & vokal), Digun Landrims (gitar), Zulfikar Etsa (drum), Chae Luminati (bas), dan yang terakhir Ratih Putria (keyboard/synth).

Setiap orang pasti pernah mengalami masa lalu yang tidak menyenangkan. Pengalaman terintimidasi, perisakan atau perudungan baik secara mental maupun fisik. Akhirnya, ia menjadi seorang penyintas yang selalu dihinggapi perasaan bahagia karena pernah belajar hidup dalam kesendirian, mensyukuri dirinya telah terlepas dari masa suram dan mulai menapaki kembali jalan hidupnya yang baru, berdamai dengan dirinya juga lingkungan sekitar yang sempat merisaknya.

KAWG juga ingin menyampaikan benang merah dari lagu "Serayu" ini, yaitu dengan hal atau apapun yang kita punya, kita sudah merasa cukup. Bersyukur dan beruntunglah karena kita terlahir sebagai manusia, tanpa memikirkan sesuatu yang rumit, kita dapat bahagia. “Gak perlu ada lo karena dengan datangnya lo di hidup gue itu malah bikin gue jadi ribet,” ujar Fatham Ridwan dan Zulfikar mengenai lagu "Serayu" ini. Dengan merangkum cerita teman-teman yang mempunyai pengalaman sama dan menjadi korban bullying di lingkungan sekitar, KAWG menyimpulkan bahwasanya semua kisah perjalanan hidup yang kita lalui, takkan selamanya berada di masa sulit dan terpuruk. Segala bentuk kepahitan yang dialami tak mesti dimuntahkan, dan yang manis tak mesti ditelan, pengalaman adalah guru terbaik, kelebihan dan kekurangan itulah yang membuat kita hidup dan “ada”.

Single “Serayu” mencoba mewakili rasa ini. Toh, tidak menutup kemungkinan ketika single ini rilis lalu didengarkan oleh banyak orang, di luar sana ada seseorang yang sedang mengalami waktu terburuk dalam hidupnya, merasakan hal yang sama. Silakan nikmati single "Serayu" ini di gerai-gerai musik digital.

BACA JUGA - KAAWG Merayakan Momen Istimewa Mereka Lewat Album ‘Rima Riang’

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner