The Panturas VS Sundancer; Bawakan Lagu Berbahasa Daerah dalam Satu Piringan Hitam

The Panturas VS Sundancer; Bawakan Lagu Berbahasa Daerah dalam Satu Piringan Hitam

Foto dan artwork didapatkan dari siaran pers. Kredit tidak disertakan. Foto di atas sudah mengalami proses edit.

La Munai Records mempertemukan dua band lintas pulau untuk terlibat dalam proyek split. The Panturas dan Sundancer lah yang jadi target untuk program 'La Munai - Singel Klub'. Keduanya membawakan lagu dengan bahasa dari daerah masing-masing.

Gerombolan bajak laut surf rock kontemporer The Panturas kembali bikin ulah. Setelah rilis single “Tafsir Mistik” beberapa waktu yang lalu, kali ini mereka terlibat bersama Sundancer merilis dua single eksklusif (split) berbahasa daerah. Di bawah kendali La Munai Records, The Panturas yang berasal dari Jatinangor dan Sundancer yang berasal dari Lombok merilis split single tersebut dalam format piringan hitam 7 inci. Rilisan ini menjadi salah satu rilisan dalam program “La Munai – Singel Klub” yang akan dirilis berkala.

Dalam proyek split tersebut, The Panturas meluncurkan lagu berlirik bahasa Sunda berjudul “Lasut Nyanggut”. Lagu yang diproduseri oleh Ricky Virgana dari White Shoes and The Couples Company merupakan hibrida dari musik garage psych-surf-calypso dan oriental pop Sunda. Lagu ini bercerita tentang situasi saat sedang memancing ikan, yang mana jika liriknya diartikan ke dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai “Gagal Bersambut”. Istilah tersebut cukup populer dalam kegiatan memancing.

Sementara, Sundancer hadir lewat single “Dedare Tanjung” yang liriknya berbahasa Sasak. “Dedare Tanjung” atau “Gadis Tanjung” adalah lagu yang digubah oleh Sundancer dari dua sumber utama. Sumber pertama mereka ialah “Dark Eyes”, lagu folk dari Rusia yang menjadi sumber asli lagu ini. Sumber kedua ialah “Panon Hideung”, lagu gubahan Ismail Marzuki yang telah membumi dengan lirik Bahasa Sunda. Tanpa mengurangi rasa hormat, Sundancer menerjemahkan lagu “Panon Hideung” ke Bahasa Sasak, bahasa ibu warga Pulau Lombok, tempat Sundancer berasal.

Piringan hitam ini akan dirilis dan didistribusikan di beberapa negara Eropa Barat dan Asia, memanfaatkan jaringan dari La Munai Records dengan layout cover yang sedikit berbeda.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by LaMunai (@lamunairecords)

BACA JUGA - Seperti Apa Suvenir Dari Lombok? Temukan Jawabannya di EP Terbaru Sundancer

 

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner