Terpacu EP Perdana, Silverglaze Ingin Lanjut Berkiprah

Terpacu EP Perdana, Silverglaze Ingin Lanjut Berkiprah

Suasana asri sangat tampak di teras belakang Kineruku, Sabtu (19/3), karna berada tepat di kawasan sejuk Bandung utara, tepatnya  daerah Hegarmanah. Ketika memasuki tempat tersebut, rerumputan hijau dan rindangnya pohon yang menjulang tegap menjadi sorotan indah untuk sepasang bola mata. Di sekelilingnya tetaplah sama, perpustakaan mungil serta kursi adalah hiasan lengkap didalamnya. Tak lupa beberapa orang tengah menikmati berbagai bacaan maupun melihat macam-macam rilisan musik dalam bentuk fisik.

Sore itu, Peter Adriaan Walandouw, pemilik label indie pop asal Jakarta, Anoa Records menyambut saya serta kerabat untuk tak usah sungkan lebih menyeloroh masuk teras Kineruku. “Acaranya bentar lagi mulai, kebetulan personil Silverglaze lagi siap-siap, sekarang lagi ada DJ set,” katanya dengan ramah.

Sebenarnya apa yang dimaksud dengan kesiapan dari personil Silverglaze itu? Ada sesuatu apa di hari itu? Namun sebentar, siapakah Silverglaze itu? Jawabnya; Anoa Records tengah membuat suatu sesi dengar untuk rilisan anyar salah satu rosternya bernama Silverglaze, sebuah entitas pop alternatif yang berlatarkan indie rock di dalam musiknya. Adalah mini album bertitel Essays yang akan diperdengarkan secara langsung kepada beberapa orang yang hadir. Sebuah rilisan yang berisikan enam lagu lama milik trio yang terdiri dari vokalis Widi Ariani, gitaris merangkap bassist, Harry Adjo, serta gitaris Adjie Gergaji.

Sebenarnya mereka belum pernah sekalipun tampil dalam panggung independen. Berkat kejeniusan Peter yang menemukan mereka di jejaring Myspace dan sebuah pertemuan di satu sudut - sebuah warung kopi di kawasan ramai Bandung beberapa tahun silam. Dimana Adjie ketika memberi demo yang terpendam di gudang rumahnya kepada Peter. Saat itulah Peter menyanggupi merilis demo tersebut menjadi sebuah mini album,  konon katanya band ini sudah menjadi daftar band yang ingin dirilisnya, atas dasar kesukaan.

***

Sesi tersebut dilakukan di sebuah bangunan kecil yang tepat berada di pojok teras Kineruku. Memang yang datang hanya segelintir saja, padahal pihak Anoa sengaja menjual CD Silverglaze dengan jumlah terbatas, 50 buah dan beberapa lembar poster ekslusif. Berikut pula nantinya, bakal membuka sesi tanda tangan personil.

Setelah Sir Dikie yang didaulat sebagai pengiring awal  melancarkan aksi disc jockeynya dengan lantunan dari The Stone Roses yang mengukir “Waterfall” dan The Smith menggemakan “Heaven Know I’m Miserable Now”, akhirnya sesi yang ditunggu dimulai juga. Satu persatu personil Silverglaze menghampiri  kursi yang sudah disiapkan untuk didudukinya. Disertai iringan keenam lagu mereka sebagai latar sesi dengar dan bincang-bincang hangat.

Adjie Gergaji, pria kacamata yang juga pemimpin garda band shoegaze/dream pop ternama, The Milo mengawali perbincangan saat itu. Menggenggam mikrofon secara santai, ia mengaku Silverglaze berdiri bukan atas inisiatifnya. Melainkan dua personil lain yang mencetuskan. “Sekitar tahun 2009, awalnya Widi dan Adjo yang ngajak saya untuk bantu proyek mereka berdua, kebetulan dua-duanya udah punya materi dan ngasih ke saya”, ungkapnya membuka topik pembicaraan.

“Intinya mereka kangen bermusik lagi dan langsung buat beberapa materi”, tambahnya

Sore itu, Adjie lebih dominan dalam bincang-bincang disbanding dua personil lain. Mengenakan kaus biru bergaris hitam, dirangkap sweater. Satu-satunya personil wanita dalam Silverglaze, Widi yang pendiam dan selalu melempar senyum kepada yang hadir, cukup santai dalam berpenampilan. Kaus lengan panjang bermotif garis serta tampilan rambut pendeknya cenderung seperti cewek tomboy. Samar-samar terlihat dibalik tubuh mungilnya, perutnya sedikit membesar.  

Ya, wanita yang pernah menjadi vokalis dua eksponen heavy pop-shoegaze, Cherry Bombshell dan Lass ini tengah hamil muda dan mengandung anak keempatnya bersama Harry Adjo. Seorang gitaris beramput cepak, yang pernah memainkan Metallica di awal 90an bersama Edy Khemod (Seringai) dalam satu gerbong bernama Orion. Selain itu, ia pernah mencicipi panggung bersama Puppen era awal, sebelum ikut mendirikan Cherry Bombshell di tahun 1996.

“Sebenarnya kita banyak mengalami hambatan setelah terbentuk jadi Silverglaze, tahun 2010 Widi hamil anak ketiga jadi harus vakum sampai ngerampungin EP, sekarang juga terancam kehambat lagi karena lihat aja dia (Widi-RED) hamil lagi”, Adjie kembali bersuara.

“Tuhan lagi menitipkan anugerah ke badan Widi, tapi malahan kita jadi kepikiran untuk lebih lanjut setelah ini”. Dalam hal ini mereka tidak menutup kemungkinan untuk membuat materi baru yang setidaknya dijadikan sebuah rilisan penuh. ”Tadi saya sama Adjo ngobrol buat kedepannya kita bakal buat materi.”, ujarnya.

Silverglaze

Selain itu, “Ada bantuan juga dari Loeloe (penata suara The Milo) dari EP sekarang sampai niatan membuat materi baru. Nah, saya suruh sekarang Adjie yang bikin lagu, bukan saya lagi (hahaha)”, Adjo coba mengeluarkan pendapat dengan khas mesem-mesemnya.

“Sementara baru ada dua lagu dan itu belum mateng, ya itu tadi, baru dibicarain tadi banget ketika di belakang”, tambahnya.

Untuk corak, masih berada dalam pakem musik era 90an. “Kan kita tumbuh sama telinga udah peka banget dengan 90an, ga jauh dari Lush, MBV, Cocteau Twins, Yo La Tengo, sama Mogwai”, Adjie kembali menjelaskan.

Dia pun tidak menutup kemungkinan dengan sound-sound modern. Memang bila didengarkan, masih ada nuansa indie rock Americana yang begitu menyentuh bebunyian Silverglaze. Begitu pun dengan lirik-lirik yang masih berdekatan dengan tema keseharian.

Adjie kembali bertutur, “Keliatan banget itu lebih ke hal-hal pribadi dan juga proses pendewasaan diri, apalagi Widi sebagai penulisnya, ada sih lagu yang agak nakal tentang tokoh kartun gitu deh”.

Setelahnya sesi bincang-bincang dan sesi dengar harus diakhiri. Berlanjut ke sesi tanda tangan dan beberapa sajian kudapan ringan yang telah disiapkan oleh pihak Kineruku maupun Anoa Records. Secara perlahan, semua yang hadir hari itu bergegas keluar dari Kineruku atau hijrah ke sebelah di Garasi Opa, untuk sekedar  nongkrong-nongkrong menikmati teh dan kopi hangat. Bercengkerama, menikmati rintik hujan. Begitupun saya yang diberi langsung satu buah CD Silverglaze oleh si empunya Anoa, Peter A. Walandouw. Tsahhhh!

Silverglaze

Foto: Bobby Agung Prasetyo

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner