Ternyata Pantura Punya Hal Lain Selain Goyangan

Ternyata Pantura Punya Hal Lain Selain Goyangan

Sumber foto : Diambil dari rilisan pers Nightfall

Apa jadinya jika Pantura tidak lagi menyajikan goyangan ala musik dangdut? Tapi malah menyuguhkan post hardcore, dengan sedikit bumbu emo pada gaya penulisan liriknya.

Apa yang terlintas di pikiran kita jika membaca kata ‘Pantura?’ Mungkin sebagian dari kita mengasumsikannya sebagai padanan kata dari istilah ‘goyang pantura’, mengingat banyaknya musisi dangdut yang berangkat dari pantai utara tersebut. Namun apa jadinya jika apa yang disajikan oleh Pantura adalah sekumpulan anak muda yang menyuguhkan post hardcore, dengan sedikit bumbu emo pada gaya penulisan liriknya? Maka jawabannya bisa didapatkan dari sebuah band bernama Nightfall, salah satu amunisi dengan bubuk mesiu aktif, yang siap lepas landas dengan materi album terbaru mereka berjudul “Toward to Harbour”.

Band yang terbentuk pada tahun 2016 ini mengawali perjalanan karirnya dengan merilis single pertama mereka yang berjudul “One Day”, pada tahun 2017. Sebuah lagu yang menceritakan tentang seseorang yang harus melupakan masa lalu, dan bergegas untuk kehidupannya yang baru. Single ini rupanya menjadi langkah awal keseriusan mereka untuk serius bermusik, dan memilih post-hardcore sebagai identitas karyanya.

Selain dengan dirilisnya single “One Day”, mereka juga menuturkan jika pencapaian karir bermusiknya terus mengalami grafik yang meningkat, saat mereka terlibat dalam sebuah kompilasi berjudul Sambung Balung, yang menjadi ‘pintu’ bagi mereka berkenalan dengan kolektif Ruang Tengah, yang berbasis di kota Pekalongan. Kompilasi ini membawa Nightfall bertemu dengan kawan-kawan Elbuba Store, Lucid, dan juga dengan Samstrong Records, label rekaman yang menjadi distribusi album Nightfall saat ini.

Secara proses kreatifnya, mereka menuturkan jika album Toward to Harbour itu membutuhkan waktu 3 tahun untuk mengumpulkan materi-materi lagunya, dimana yang membuat ini menarik, hampir keseluruhan lagu dalam album tersebut bersumber dari keresahan-keresahan gitaris band ini, yang juga merangkap sebagai vokalis mereka. Sedangkan untuk pengerjaan albumnya sendiri memakan waktu sekitar 6 bulan, dengan semua kendala yang mereka hadapai, seperti masalah jarak salah satu personil mereka yang berbeda domisili dengan personil yang lain.

Mereka juga menambahkan jika secara esensinya album Toward to Harbour mereka anggap sebagai karya mereka yang paling jujur selama mereka bermusik, dimana album ini sendiri bercerita tentang kehidupan yang dibalut dengan cinta, hingga diakhiri dengan kematian, yang nantinya mengantarkan kepada kehidupan sesungguhnya.

Album dengan isian lirik yang dalam dan personal tersebut sudah dapat didengarkan melalui kanal resmi Samstrong Records di situs Bandcamp, atau melalui tautan di bawah ini.

BACA JUGA - Phoneme Memvisualkan Simbol Minoritas Dalam Video Klipnya

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner