Terinspirasi Cuitan di Twitter, band Rachun Mengaplikasikannya dalam Bentuk Lagu

Terinspirasi Cuitan di Twitter, band Rachun Mengaplikasikannya dalam Bentuk Lagu

Sumber foto : Press release Rachun

Rachun  menuturkan jika awalnya dengan iseng twit itu digubah dalam bentuk nyanyian hingga akhirnya band ini memutuskan untuk melahirkan single berjudul “Makanan”, yang terinspirasi dari twit tersebut. 

“Makanan di warung anda kami sita, karena kami berpuasa. Kamu mesti pake jilbab, biar kami ga merkosa. Ini umat apaan imannya lemah amat”. Kalimat tadi diambil dari cuitan twitter seorang penulis bernama Arman Dhani, yang kemudian menginspirasi sebuah band asal Jakarta bernama Rachun, hingga melahirkan sebuah lagu berjudul “Makanan”. Lebih jauh, mereka menuturkan jika awalnya dengan iseng twit itu digubah dalam bentuk nyanyian oleh gitaris mereka Yudhis. Lalu, atas dasar kesepahaman terhadap isu yang diangkat Arman Dhani tersebut, band ini memutuskan untuk menggubahnya, dan melahirkan single berjudul “Makanan”, yang dirilis dalam bentuk kaset pada tanggal 21 April di Record Store Day 2018, Chapter Jakarta, yang diselenggarakan di Pasar Santa dan Kuningan City selama dua hari berturut-turut. Selain itu, kaset Rachun-“Makanan” ini juga tersedia pada perhelatan Record Store Day Tangerang pada 28 April 2018 lalu.

Hal ini menjadi menarik, karena pada umumnya, seorang musisi dapat memperoleh inspirasi untuk menulis sebuah lagu dari buku, film, atau produk budaya populer lainnya. Namun, berbeda halnya dengan single “Makanan”, yang diadaptasi dari sebuah twit Arman Dhani itu tadi, yang kemudian menjadi sejalan dengan pengalaman pribadi mereka, dan sedikit banyaknya juga merupakan pengalaman kolektif sejumlah besar masyarakat Indonesia.

Rachun merasa satu suara dengan keresahan yang dituturkan oleh Arman Dhani melalui kanal twitternya tersebut. Rachun meyakini bahwa toleransi merupakan proses resiprokal, yang diawali dari kemampuan kelompok-kelompok dengan latar belakang agama, dan budaya yang berbeda untuk sama-sama menghargai satu sama lain. Toleransi bukan merupakan hasil pemaksaan oleh satu pihak yang lebih berkuasa terhadap yang lain, melainkan hasil dari kesadaran akan pentingnya hidup harmonis sebagai anggota masyarakat. Bagi Rachun, hak seseorang untuk beribadah tidak seharusnya membatasi hak orang lain untuk menjalankan kesehariannya.

Mereka menuturkan jika melalui single “Makanan”, Rachun juga bertujuan untuk membangun kesadaran akan maraknya kasus pemerkosaan, dan pelecehan terhadap perempuan. Banyak yang menganggap bahwa kejahatan tersebut dapat dimaklumi apabila korbannya mengenakan pakaian yang terbuka, atau dikatakan “mengumbar aurat”—pandangan yang sepenuhnya ditolak oleh Rachun.

Pada akhirnya, “Makanan” adalah medium bagi Rachun untuk membuka dialog kritis dengan pendengarnya. Menurut mereka pesan kunci dari “Makanan” adalah bahwa tanggung jawab untuk menghindari terjadinya sebuah tindak kejahatan—seperti pemerkosaan dan pelecehan terhadap perempuan— dan pelanggaran terhadap ibadah keagamaan—seperti puasa—ada di tangan kita masing-masing, karena manusia memiliki kehendak untuk mengatur dirinya sendiri dan nilai-nilai moral untuk memilih jalan kebaikan, tanpa perlu meng-kambing hitamkan orang lain atas kesalahannya sendiri, dan dengan dirilisnya single “Makanan” menjelang kedatangan bulan puasa, Rachun berharap lagu ini dapat menjadi pengingat, sekaligus teguran atas peristiwa-peristiwa tidak menyenangkan, seperti yang diangkat pada lagu ini agar tidak terulang kembali di bulan Ramadhan tahun ini.

BACA JUGA - Weirdos Ciptakan First Impression lewat Single "Plug and Play"

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner